[BC] The first time I create a Big Mistake [Junkyu's Focus]

181 21 1
                                    

"Bagus, Junkyu, kerja yang bagus," ucap sang fotografer padaku. Aku mengucapkan terima kasih padanya dan menghampiri seseorang. Seseorang yang sudah men-support ku untuk mencapai di titik ini. Menjadi seseorang yang dikenal oleh khalayak umum.

"Bagaimana penampilanku tadi, nuna?" ucapku pada Dakyung, wanita yang sudah mendukungku selama ini untuk meniti karirku. Meskipun aku belum menjadi artis terkenal, tetapi aku akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik di setiap kesempatanku. Membuktikan pada Dakyung bahwa dukungannya selama ini tidaklah sia-sia.

Dakyung memberikan two thumbs padaku. Aku sungguh bersyukur mendapatkan respond positif darinya.

"Apa yang kamu lakukan setelah pemotretan ini?" ucap Dakyung padaku. Aku hanya menggelengkan kepala, tanda belum ada kegiatan. Semenjak lulus, aku memutuskan untuk ke Seoul, meninggalkan kedua orang tuaku untuk meniti karir sebagai public figure. Bersyukurlah aku bertemu dengan Dakyung, yang notabene memiliki kampung halaman sama denganku, yang bersedia membantuku berjuang untuk menggapai angan-anganku.

"Makan malam di rumahku, bagaimana?" tanyanya padaku. Aku pun menganggukkan kepalaku dan kami berakhir di rumahnya setelah menempuh beberapa waktu dari tempat pemotreatan.

"Teo oppa dinas luar kota lagi?" ucapku saat kuketahui tidak ada seorang pun selain asisten rumah tangga yang berada di rumah megah tersebut.

Dakyung menganggukkan kepalanya, "Banyak hal yang dia urus semenjak pembukaan cabang perusahaan baru, sehingga ia menjadi sering meninggalkan rumah."

Aku pun mengangukkan kepalaku. Mataku tertuju pada sebuah lukisan baru yang terpajang di dinding ruang makan. Lukisan potret seorang gadis muda yang bersila manis di atas rerumputan, dimana seorang pemuda menopangkan dagunya pada pucuk kepala gadis tersebut sambil tersenyum manis.

"Itu adalah foto kencan awal kami," ucap Dakyung melihat diriku yang menatap fokus pada lukisan tersebut.

"Lukisan ini baru dibuat? Saat terakhir aku kesini akibat ajakan Teo oppa, aku tidak melihat lukisan ini," ujarku padanya.

Dakyung menganggukkan kepala, "Lukisan ini selesai 1 minggu lalu. Tepat saat anniversary pernikahan kami."

"Nuna, selamat. Seharusnya kamu mengatakannya sehingga aku bisa menyiapkan sesuatu untuk kalian berdua," ucapku sambil mengenggam tangannya, memberi selamat.

Dakyung tertawa dan menepuk punggungku, "Untuk apa memberi kami hadiah? Itu hanya perayaan anniversary."

Dakyung mencari posisi di ruang makan, dan begitu pula denganku. Kali ini posisi duduk kami berhadapan.

"Kau tahu, Junkyu, aku sangat penasaran dengan cerita sahabat-sahabatmu," ucap Dakyung membuka obrolan sembari menunggu makan malam tiba.

"Apa yang kamu ingin ketahui mengenai mereka?" ucapku padanya.

"Bagaimana kalian menjadi dekat? Bagaimana kalian menghabiskan waktu bersama-bersama? Bagaimana kalian menjaga persahabatan kalian? Aku hanya penasaran karena memiliki sebelas sahabat sekaligus cukup unik bagiku," ungkap Dakyung panjang lebar.

"Memangnya kamu tidak punya sahabat, nuna?" ucapku padanya.

"Tentu saja aku punya. Tapi hanya dua. Dan karena kami sudah memiliki keluarga masing-masing, sangat sulit untuk bertemu dengan mereka," tutur Dakyung padaku. Aku pun menganggukkan kepalaku.

"Sudah cukup mengenai diriku. Sekarang giliranmu untuk bercerita," ucap Dakyung menuntut jawabanku atas pertanyaannya.

"Pertemuan kami sebenarnya cukup unik. Aku dekat dengan mereka karena pelanggaran sekolah," jawabku dan membuat Dakyung membulatkan matanya. Akhirnya akupun menjelaskan padanya bagaimana kami bisa secara kebetulan terlambat bersama, menjadi dekat satu-sama lain, dan berakhir dengan menjadi sahabat dengan nama Treasure sebagai julukan persahabatan tersebut.

Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang