Chapter 17 : Spend Time with Full Members

257 47 8
                                    

Tidak peduli dimanapun, kebersamaan dengan sahabat akan selalu bermakna

●◊●●◊●●◊●●◊●●◊●


Semua anggota Treasure minus Jihoon, Yoshi dan Yedam akhirnya dapat berkumpul bersama di ruangan Hyunsuk. Jaehyuk sudah meminta izin pada rumah sakit untuk membiarkan mereka dapat berkumpul bersama, dan syukurlah pihak rumah sakit memperbolehkan karena melihat kondisi Hyunsuk membaik saat ada mereka.

"Yang masalah sepertinya Yedam kali ini," ucap Jaehyuk. "Bagaimana kita bisa membawa Yedam untuk pergi?"

"Kita culik saja," ucap Junkyu yang langsung mendapat cubitan dari Mashiho.

"Kalau ngomong dipikir dulu, Junkyu hyung. Kita mau masuk penjara ramai-ramai?" ucap Mashiho kesal.

"Seandainya kita kenal orang yang dekat ibu Yedam, mungkin kita bisa minta tolong untuk membujuk ibu Yedam," ucap Hyunsuk.

"Sebenarnya orang tuaku dekat dengan keluarga Yedam. Aku akan meminta ayah atau ibu untuk membujuk ibu Yedam," ucap Junghwan.

"Tidak apa, hwan?" ucap Jeongwoo sedikit khawatir karena ia tahu adanya kerenggangan antara Junghwan dan orang tuanya.

"Tidak apa, Wo," ucap Junghwan sambil menggenggam tangan Jeongwoo. Dapat Jeongwoo rasakan bagaimana Junghwan mencoba menguatkan dirinya.

"Apa perlu kami temani?" ucap Haruto melihat keresahan Junghwan. Junghwan lantas menggelengkan kepalanya. "Ada beberapa hal juga yang harus aku bicarakan dengan kedua orang tuaku sendiri. Aku tidak apa."

Dan setelah pertemuan tersebut, Junghwan kembali ke rumahnya. Ia sadar sudah beberapa hari ia tidak kembali pulang. Junghwan dapat membayangkan bagaimana amarah orang tuanya akan ia dapatkan hari ini. Junghwan mempersiapkan hatinya untuk segala kemungkinan tersebut.

Begitu ia sampai di rumah, bibi pengurus rumah segera memberitahu kepada orang tua Junghwan bahwa anaknya sudah pulang. Serta merta orang tua Junghwan menemuinya. Kakak Junghwan juga tepat ada di rumah, sehingga ia pun menghampiri adiknya tersebut.

Melihat seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul, Junghwan hanya bisa menunduk. Tangannya gemetar, menandakan betapa takutnya ia untuk menghadapi segala konsekuensi yang harusnya memang ia dapatkan.

Tanpa Junghwan duga, tiba-tiba ayah memeluknya dengan erat, "Ayah berterima kasih kamu mau balik ke rumah." Junghwan cukup terkejut dengan semua perlakuan ayahnya. Sang ayah kemudian mengajak Junghwan untuk duduk.

"Ayah sungguh minta maaf jika selama ini ayah membuat Junghwan tertekan. Ibumu dan kakakmu menyadarkan ayah bahwa tidak sepantasnya ayah melakukan hal tersebut," ucap sang ayah sambil menggenggam erat tangan Junghwan.

Junghwan tidak dapat membendung air matanya. Sambil menahan tangis, Junghwan menjawab perkataan ayahnya, "Ayah tidak salah. Junghwan yang memang tidak bisa membanggakan seperti kakak."

"Tidak, hwan. Kamu sangat membanggakan. Kamu dapat tetap mempertahankan nilai sekolah, padahal kamu juga sibuk dengan kegiatan dance-mu dulu. Jika aku menjadi dirimu, aku pasti tidak akan bisa sehebat dirimu," ungkap sang kakak.

Junghwan tersenyum mendengar penuturan kakak. "Ibu, ayah. Mohon maaf Junghwan tidak pulang beberapa hari. Junghwan pergi sebenarnya bukan karena tertekan, Junghwan pergi karena mendengar semuanya. Mengenai siapa diri Junghwan sebenarnya,"

Ayah dan ibu cukup terkejut. Kakaknya juga terkejut mendengar penuturan Junghwan.

"Junghwan mendengar pembicaraan ayah dan ibu tempo hari? Junghwan dengarkan ayah. Apapun yang kamu dengar, itu hanyalah sikap ayah yang kelewat kontrol. Junghwan adalah anak ayah, mau bagaimanapun masa lalu kamu," ucap sang ayah. Junghwan menatap sang ayah dimana ayahnya tersenyum lembut padanya. Junghwan lantas memeluk sang ayah. Perkataan tersebut entah mengapa melepaskan segala beban di dalam dirinya.

Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang