Chap 4. Menyebalkan

65 9 1
                                    

Deg! Rifa meneguk salivanya, perlahan ia mundur menciptakan jarak bagi keduanya. Gilang mengernyitkan dahi nya, ada apa dengan wanita dihadapannya, mengapa dia merasa takut? Apa tampangnya saat ini terlihat menyeramkan?

"Kamu kok bisa tau rumah saya?"

"Maaf, tadi siang aku tidak benar-benar pergi" Gilang tertunduk, khawatir wanita dihadapan nya marah.

Rifa membuang nafasnya perlahan sebelum melontarkan kembali pertanyaannya.

"Terus, ada perlu apa?" tanya Rifa to the point

Gilang berfikir keras, tujuan dirinya datang kesini untuk apa? "Hm.. Itu, aku boleh minta nomer kamu?" kalimat itu lolos dari mulut Gilang

"Handphone aku lagi di perbaiki, next time ya" jawab Rifa berbohong

Gilang mengangguk paham, meskipun rasa tak puas menyelimuti relungnya, ia berusaha memaklumi itu.

Gilang bangkit tanpa membawa apa-apa alias gagal total. Rifa menatap punggung Gilang, bukan tak ingin membagi kontak nya, hanya saja ia menjaga agar tidak berhubungan akrab dengan lawan jenis nya.

Fenomena jaman sekarang malah sebaliknya, banyak anak muda bertukaran nomor telepon untuk mengenali satu sama lain, istilahnya pdkt sebelum pacaran. Padahal masih ada cara lain yang syar'i untuk berkenalan yaitu ta'aruf. Ta'aruf memang lebih indah dibandingkan pacaran jaman sekarang karena banyak aspek positif yang akan didapatkan yaitu tidak terjerumus ke dalam zina, lebih efektif, hemat biaya, lebih adil, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Rifa buyar dari lamunannya, disekitarnya sudah tidak ada Gilang disana, tanda kepergian lelaki itu tidak diketahuinya. Malam sudah larut, ia bergegas masuk dan mengunci pintu, tak lupa pula ia berwudhu sebelum tidur mengikuti anjuran Rasulullah Shalallahu alahi wasallam.

Nek Asmi sudah tertidur pulas, Rifa menyibakkan selimut ketubuh Neneknya. Kecupan hangat mendarat dikening Nek Asmi, Rifa mengambil posisi disebelah Neneknya, tak lama kemudian matanya terpejam mengikuti mimpinya.

"Nek, hari ini Ifa bawa bekal aja ya. Makan sekarang gak sempat" Teriak dari Rifa dari dapur. Tangannya sibuk memasukkan kotak nasi kedalam ransel miliknya. Mendengar teriakan Rifa, Asmi yang sedang menyapu menghentikan tugasnya, ia bergerak mendatangi cucunya.

"Yaudah terserah Ifa, kalau udah istirahat jangan lupa langsung dimakan" Pinta Neneknya

Rifa mengangguk seraya hormat
"Siap laksanakan" Ucapnya lantang seperti pasukan upacara bendera

Keadaan bis pagi itu tidak terlalu padat, sehingga Rifa bisa leluasa duduk tanpa berdempetan dengan penumpang lain. Rifa menikmati perjalanan bis sambil melihat suasana adem disekitarnya, matahari belum mau menampakkan sinarnya, padahal jam sudah berputar diangka tujuh kurang sepuluh. Mungkin hari ini cuaca lagi tidak bersahabat.

Rifa berhasil tiba di sekolah sepuluh menit sebelum bel berbunyi, ia bersyukur hadir tepat waktu. Diluar ada beberapa murid yang sedang di intimidasi atas keterlambatan mereka. Rifa melihat satu persatu siapa saja yang kena hukuman Buk Ine guru Bimbingan Konselling. Tidak ada teman sekelasnya disana, pandangan Rifa beralih ke laki-laki yang tadi malam berkunjung kerumahnya, Gilang, ia berlari merapat kebarisan. Sedetik, Pandangan keduanya bertemu, buru-buru Rifa membuang wajahnya ketempat lain.

"Fa buruan masuk, bentar lagi pelajaran dimulai. Lo mau dihukum juga?" Kata Meira dari dalam kelas

"Eh iya" Rifa pun masuk, baru saja ia menjatuhkan pantatnya ke kursi, guru kimia pun datang.

────────

Bel istirahat terdengar nyaring dipenjuru sekolah, ini adalah hal yang dinantikan siswa/siswi Nusa Bangsa yaitu makan, mereka sudah tak tahan setelah berperang melawan cacing ganas diperut mereka.

Terlebih Rifa yang sudah merasakan kelaparan, begitu seisi kelas berhamburan keluar menuju tempat favorit tak lain dan tak bukan dari kantin. Rifa mengeluarkan bekal dan
minuman dari ranselnya.

Meira sedang fokus ke benda yang ada ditangannya, membaca beberapa kutipan menurutnya lebih bermakna
daripada scroll beranda facebook yang isinya dipenuhi curcol para abg.

Meira menyudahi bacaannya, ia lupa telah mengabaikan sahabatnya.

"Kamu ninggalin aku ceritanya nih, udah makan duluan aja" Meira mengambil kotak nasinya, tak mau kalah

"Loh aku gak tau kalau kamu bawa bekal juga, kirain kamu lagi diet" Ucap Rifa disela-sela makannya

"Ngapain diet-diet nyiksa diri. Kebutuhan perut itu nomor satu Fa" cletuk Meira meluruskan

Rifa hanya cengengesan mendengarnya

***

Lagi-lagi mereka bertemu, Rifa sudah berusaha menghindar darinya. Tetapi siapa sangka kebetulan itu benar terjadi. Mereka berpapasan dalam keadaan gugup, lebih tepatnya Rifa dan Gilang, tidak dengan Meira yang santai terus berjalan.

Menyadari tingkah aneh dari sahabatnya, Meira menghentikan langkahnya. Tangan kiri miliknya menarik tangan kanan Rifa otomatis membuatnya ikut berhenti.

"Kamu kenapa? Perasaan tadi baik-baik aja" Tangan kanannya terangkat menempel dikening Rifa memastikan keadaan sahabatnya.

Rifa menyingkirkan tangan Meira "Aku gak papa"

Meira mengangguk walau ia tak percaya atas jawaban sahabatnya.

Niatnya, Meira akan bermain kerumah Rifa namun ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa dan harus membatalkannya. Berulang kali Meira meminta maaf atas janji yang tak bisa tertepati.

"Lain kali aja Mei, Untuk saat ini urusan kamu jauh lebih penting"

"Tapi aku gak enak udah janji sama kamu" Meira merutuki dirinya. Ia lupa hari ini Ummi memintanya segera pulang karena ada tamu yang akan datang kerumahnya.

Kedua sahabat itu terpisah, Meira sudah menaiki ojol yang dipesannya beberapa menit lalu dari aplikasi handphonenya. Sementara Rifa harus menyebrang agar berada di terminal bus yang akan mengantarnya pulang.

Kendaraan yang berlalu lalang tidak ada hentinya membuat Rifa kesulitan melangkah, sementara bus sudah berhenti didepannya mengangkut siswa/i yang ada disana. Rifa tidak bisa menghalangi bis itu untuk pergi, sampai saat ini ia masih setia berdiri menunggu kendaraan sepi.

Kepalanya sudah bolak-balik melihat kanan kiri, tapi kakinya tidak berani melangkah. Sampai ada lelaki yang tidak asing baginya nyelonong nerobos beberapa mobil yang berhenti. Rifa mengikuti dari belakang, ketika laki-laki itu berbalik mata Rifa nyaris melotot.

"Apa susahnya minta tolong?" Ujar Gilang menatap intens kearah Rifa

"Gak mau ngerepotin" Rifa tak berani bertatapan dengan lawan bicaranya yang saat ini menunjukkan sikap tak bersahabatnya.

"Terus lo mau berdiri aja disitu" Nada bicaranya mulai tinggi

"Bukan urusan kamu" Ujar Rifa tak kalah sewot, ia menghentakkan kakinya sebelum duduk.

Gilang tersenyum dan ikut mendudukkan dirinya dikursi yang tersedia diterminal.

"Jutek amat sih" Ucapnya setengah berbisik, namun terdengar jelas ditelinga Rifa.

Rifa menghela napasnya saat bus menampakkan wujudnya

Rifa menaikkan kakinya ke pijakan bis, tanpa menghiraukan laki-laki dibelakangnya yang masih duduk terdiam sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

TBC

ASKARA LOVE[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang