|14|

55 11 0
                                    


                        //Different//

                              ****

Malam itu, tepat setelah Seungcheol melempar buku harian pada adiknya.

"Bohong. Buku itu adalah bukti kau menyukai Lee Seokmin."

Suasana yang tercipta sedikit canggung ketika Yura perlahan mulai membaca rentetan kalimat yang tertulis di dalam buku harian itu. Yura memang sempat menyentuh buku itu sebelumnya, tapi hanya bagian dimana tulisan Seungcheol yang ia baca.

Lee Seokmin. Hari ini kau terlambat lagi.

Seokmin-ah, kau menyukai gadis itu?

Seokmin, aku berada di belakangmu sekarang. Kau tahu, ada reaksi aneh dalam tubuhku saat ini. Tapi aku menyukainya.

Seokmin-ah, aku minta maaf. Maaf karena selalu mengikutimu.

Namanya...Choi Yuna? Pasti menyenangkan jika aku menjadi dirinya. Dia beruntung, setidaknya dia bisa berada di dekatmu hampir setiap waktu.

"Aku menyembunyikan hal ini darimu. Aku ingin tahu. Apa benar ada sesuatu yang memang sudah hilang dari dirimu, Yura-ya..."

Seokmin-ah, maaf karena aku tak menyukai sahabat gadismu itu.

"Aku tidak ingin apa yang aku pikirkan itu adalah kebenaran. Tapi, setelah mengamatimu...aku menyadari bahwa kau memang kehilangan sesuatu." Seungcheol masih menatap adiknya.

Seokmin-ah, aku menyu--

Yura menutup kasar buku harian itu. Matanya tampak berair dengan tatapan kosong pada buku yang ia pegang. Seungcheol yang menyaksikan itu lantas menegakkan tubuhnya seraya mendekat pada Yura.

"Kau benar-benar menyukainya?"

Yura masih diam. Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata kirinya. Alih-alih menjawab pertanyaan Seungcheol, Yura justru menatap ke arah Yuna yang kini sibuk memalingkan wajah. Perlahan tapi pasti. Rangkaian kejadian yang ia lihat di dalam mimpi kembali berputar di kepalanya. Bayangan sosok Yuna yang selalu ada di dekat Seokmin, bayangan Seokmin yang tersenyum lebar pada gadis itu, bayangan dirinya yang tampak seperti orang bodoh tak punya pekerjaan yang setiap waktu memperhatikan bahkan mengikuti Seokmin maupun Yuna. Hingga bayangan tentang dirinya yang tengah duduk bersebelahan dengan Seungcheol di dalam mobil yang kemudian terjadi tabrakan mengerikan. Kepalanya kian berdenyut kala beyangan-bayangan itu bergerak cepat bak angin kencang yang dengan kasar menerpa dirinya.

"Cheo--Cheol-ah, bagaimana bisa buku ini ada padamu?" tanya Yura seraya menghapus kasar air matanya. Tatapannya kini sedikit kabur pada objek di depannya.

Seungcheol menghela napas sejenak sebelum akhirnya memilih untuk berdiri dan menggapai pundak adiknya.

"Yura-ya, kita bicarakan ini di rumah. Kau butuh istirahat."

Yura tersenyum tipis.
"Tidak, aku baik-baik saja. Dimana kau--"

"Choi Yura!" teriakan Seungcheol terdengar beriringan dengan tubuh Yura yang tak berdaya dengan mata terpejam.

Semua orang yang mendengar teriakan Seungcheol lantas mengalihkan atensi pada pria itu. Tak terkecuali Yuna. Gadis itu langsung menegakkan tubuhnya dan bergerak mendekati atasannya.

"Seungcheol-ssi, apa yang terjadi?"

Seungcheol tak menggubris pertanyaan Yuna sekalipun terdengar nada khawatir dari gadis itu. Seungcheol menepuk-nepuk pipi Yura berharap dengan begitu sang adik dapat segera membuka matanya.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang