|18|

110 10 0
                                    


                          //Different//

                               ****

Suasananya canggung, sungguh. Pria di samping Yuna sedari tadi hanya diam dan jauh dari kata 'biasanya'. Yuna jadi merasa bersalah karena tak membalas pengakuan Seokmin yang tiba-tiba semalam.

"Seokmin-ah,.."

Pria di sampingnya menoleh dan tersenyum ke arahnya. Ah, senyuman itu mendadak membuat Yuna lupa akan kata-kata yang hendak ia keluarkan.

"Hm?"

Yuna menggeleng seraya menggaruk tengkuknya. Mereka berjalan beriringan menyusuri jalan yang Yuna sendiri tak yakin kapan Seokmin mengajaknya berhenti. Sesuai yang pria itu katakan semalam bahwa hari ini ia akan membawa Yuna ke suatu tempat.

"Masih lama?"

Pertanyaan itu hanya mendapat gelengan dari Seokmin. Sungguh Yuna kesulitan menghadapi Seokmin yang pendiam. Dan beberapa menit berikutnya, mereka berhenti di depan bangunan bertuliskan kantor polisi di depannya.

"Tunggu sebentar," ujar Seokmin kemudian meraih ponsel di sakunya. Sedang Yuna diam-diam berpikir 'kenapa Seokmin membawanya ke kantor polisi?'

"Hyung, bisa datang ke kantor polisi yang waktu itu?"

"Oh, aku tunggu." Seokmin kembali menyimpan ponselnya di saku. Pria itu lantas melirik Yuna yang masih memandang bingung kantor polisi di hadapannya.

"Sebelumnya aku minta maaf. Tapi ada hal penting yang harus kau ketahui. Mungkin setelah ini kau akan marah padaku. Jadi, aku menghubungi Shua hyung untuk datang kemari. Dia bisa mengantarmu pulang nanti."

Yuna mengerutkan keningnya dalam. Gadis itu sungguh tak mengerti apa yang dikatakan Seokmin. Lagi pula untuk apa Yuna marah? Seokmin tak melakukan kesalahan apapun menurutnya. Atau belum?

Setelah menunggu beberapa saat, Joshua datang. Pria itu tersenyum sebagai sapaan untuk Seokmin maupun Yuna. Ketiganya pun memasuki kantor polisi dengan keadaan Yuna yang masih belum tahu apa yang telah terjadi.

                               ****

"Jujur padaku, kau menyukai Yuna, kan?"

Ruang tamu di kediaman keluarga Choi hening setelah Yura melempar pertanyaan sakral itu pada kakaknya. Sedang yang ditanya hanya diam memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan. Yura benar-benar kesal karena tahu Seungcheol membawa namanya atas perlakuan buruknya pada Yuna.

"Tid-"

"Katakan 'tidak' sekali lagi maka kau akan kutendang," ancam Yura. Gadis itu benar-benar lelah menghadapi kakaknya yang terus saja berbohong pasal perasaan. Bahkan Yura tahu meskipun hanya beberapa kali mendapati momen sang kakak yang tampak salah tingkah dan kerap kali memperhatikan Yuna diam-diam.

"Memang tidak--akh!"

Satu tendangan Yura daratkan pada betis Seungcheol. Kini keduanya saling beradu tatapan tajam.

"Ya, aku menyukainya! Kenapa?"

Akhirnya. Dasar Choi pembohong!

"Sudah kuduga. Dan aku benar-benar kesal padamu karena membawa namaku dalam amarahmu pada Yuna waktu itu!"

"Ck, aku sudah minta maaf."

"Tidak, bukan padaku! Minta maaf pada Yuna! Argh, kau ini membuatku kesal saja!" Yura menyandarkan punggungnya pada sofa.

Entah mengapa Seungcheol tak lagi membalas Yura. Pria itu diam memikirkan sesuatu. Sedang Yura yang menyaksikan hal itu kembali menendang betis Sengcheol.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang