|6|

89 13 0
                                        

                          //Different//

  
                               ****

Jika Yuna bisa menjelaskan apa yang ada dipikirannya, Yuna akan lakukan. Namun, ia tak tahu harus menjelaskannya pada siapa. Pria yang selalu bersikap kasar padanya selama tiga hari lalu, kini menjadi pria penuh ketenangan. Choi Seungcheol. Atasannya itu sudah tak bersikap kasar semenjak hari keempat Yuna bekerja di kafe itu.

Yuna tengah sibuk mengantar pesanan pelanggan dari meja satu ke meja yang lain. Dan ia rasa, ada seseorang yang tengah mengawasi pergerakannya. Seseorang yang kini tengah berdiri di dekat meja pemesanan dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Yuna memang tampak sibuk, tapi ekor matanya masih bisa menangkap seseorang itu. Gadis itu berjalan kembali ke arah meja pemesanan. Dilihatnya Seungcheol yang masih setia diposisi awalnya. Gadis itu membasahi bibir bawahnya kemudian memberanikan diri untuk bertanya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Seungcheol diam dan mengalihkan wajah kala Yuna bersuara. Sedang Yuna merutuki dirinya yang sepertinya salah bicara.

"Apa saya membuat kesalahan lagi tuan?"

Seungcheol diam. Yuna menunduk seraya meremas apronnya.

"Maaf."

Yuna cengo mendengar kata tersebut keluar dari mulut Seungcheol. Ia rasa, Seungcheol tak melakukan kesalahan apapun. Yuna menggerakkan kepalanya ke samping kemudian ke belakang guna memastikan apakah ada orang lain yang seharusnya menerima kata maaf itu. Ah, sepertinya tidak ada.

"Maaf tuan, tapi--"

"Aku minta maaf," ujar Seungcheol yang masih tak menatap gadis itu.
Yuna mengusap tengkuknya. Ia harus bagaimana?

"Ah, sudahlah. Bekerja saja dengan benar. Jangan lakukan kesalahan lagi dan jangan pikirkan apa yang aku katakan tadi." Seungcheol bergerak menuju ruangannya.

"Ada apa sebenarnya?"

                              ****

Seokmin melangkah ringan menuju lapangan basket. Bukan. Bukan karena dirinya akan memainkan bola oranye itu. Tapi ia hanya akan duduk di tepian lapangan sembari menatap ke arah ring bola yang menjulang tinggi. Seokmin sudah memposisikan dirinya duduk di bawah pohon tanpa alas apapun. Kakinya ia lipat dengan kedua tangan menahan tubuhnya di belakang. Bergantian pria itu menarik dan membuang napas. Merasakan semilir angin yang mengenai tubuhnya. Cuacanya memang sedikit panas, tapi itu tak membuat Seokmin beranjak hingga menit kelima belas pria itu tetap pada posisinya.

Seokmin menyipitkan matanya guna memastikan ada seseorang yang berjalan menghampirinya. Seorang pria yang tingginya tak jauh dari dirinya. Ah, sepertinya Seokmin mengenal pria itu.

"Shua hyung, kenapa kemari?" tanya Seokmin. Hong Jisoo. Atau pemilik nama Joshua itu memposisikan tubuhnya untuk duduk di samping Seokmin. Pria itu adalah senior yang bisa dikatakan dekat dengan Seokmin.

"Tidak ada, sama sepertimu. Aku rasa, duduk dan memandangi ring basket bukan hal yang buruk." Ucapan Joshua mengundang tawa kecil Seokmin.

"Hyung.."

"Hm?"

"Apa mungkin aku bisa bermain basket lagi?"

Joshua menatap juniornya itu.

"Kenapa tidak? Lakukan jika kau ingin."

Seokmin menghela napas sejenak. Tubuhnya seolah menolak perkataan Joshua. "Aku memang ingin, tapi aku masih tetap tidak bisa melakukannya," balas Seokmin seraya menundukkan kepalanya.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang