|5|

104 15 0
                                    

//Different//

****


"Aku pulang!" Yura melepas sepatunya kemudian masuk ke dalam rumah. Yura yakin ini sudah petang, mengapa keadaan rumah begitu sepi? Apa Seungcheol belum pulang? Gadis itu menghampiri kamarnya terlebih dahulu dan meletakkan tasnya. Ia keluar kemudian menuju kamar pria yang dicarinya itu. Setelah lebih dari sepuluh kali ketukan pada pintu, kamar Seungcheol tak kunjung terbuka. Yura pun tanpa takut membuka kamar kakaknya perlahan.

"Seungcheol-ah? Kau di dalam?"

Yura sedikit terkejut mendapati Seungcheol tidur berbantal tangan di meja belajarnya. "Apa mahasiswa sepertinya selalu kelelahan seperti ini?" monolog Yura ketika sudah berada di samping tubuh Seungcheol. Dibiarkannya pria itu tidur dengan posisi seperti itu. Netra gadis itu tak sengaja menangkap sebuah buku yang mungkin benda itu adalah milik Seungcheol.

Yura berubah. Dan semua karena diriku.

Yura mengerutkan kening dalam. Apa maksudnya? Gadis itu kemudian memukul pelan punggung Seungcheol. "Hei, Cheol-ah! Tidur di kasurmu. Punggungmu bisa sakit jika seperti itu," ujar Yura yang hanya mendapat gumaman dari Seungcheol.

Gadis itu pun akhirnya bergerak meninggalkan kamar kakaknya. Berjalan menuju dapur guna mengambil segelas air. Tiba-tiba saja kerongkongannya terasa kering. Setelah menghabiskan setengah gelas air, Yura diam dan masih berdiri dapur. "Apa maksudnya? Dia memang sering mengatakan bahwa aku berubah, tapi kenapa dia menyalahkan dirinya?"

Gadis itu menyerah untuk memikirkan kalimat Seungcheol. Pria itu selalu saja. Tidak secara langsung, bahkan hanya dengan tulisan tangan saja membuat Yura memikirkan banyak hal. Yura meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya.

"Siapa dirimu yang dimaksud Seungcheol? Apa benar ada Choi Yura yang lain?" Yura menatap pantulan dirinya di cermin.

"Sial! Kenapa aku tak bisa mengingat apapun? Yura yang lama, Yura pendiam, Yura yang dingin. Argh! Dimana aku bisa menemukan Yura yang seperti itu? Aku bahkan tak bisa mengingatnya." Yura mengerang frustasi di tempatnya.


****

Seokmin mengarahkan pandangannya ke luar jendela kelas sedari tadi. Pandangannya lurus ke arah lapangan basket yang menampakkan beberapa orang bergantian memainkan bola. Dirinya hanya diam dan menyaksikan, tak memperdulikan sesuatu dalam dirinya yang mendorong pria itu untuk bergabung.

"Apa yang kau lihat?" suara Yura tiba-tiba terdengar di pendengaran Seokmin. Gadis itu mengikuti arah pandang Seokmin kemudian kembali menatap pria itu. Yura memposisikan tubuhnya untuk duduk di hadapan Seokmin.

"Seokmin-ah, kenapa tidak bergabung saja? Kau menyukai basket, kan?"

Seokmin mendengarnya. Tapi tak ada niat untuk membalas atau hanya sekedar menatap gadis itu. Seokmin hanya diam dan tetap menyaksikan.
Yura mendengus karenanya. Gadis itu mengambil pena milik Seokmin yang tergeletak di atas meja dan memainkannya.

"Seokmin-ah, apa orang bisa berubah setelah kecelakaan?" tanya gadis itu tanpa menatap Seokmin.

Mendengar pertanyaan Yura, Seokmin mengalihkan atensinya pada gadis itu. Tangannya yang semula menopang dagu, kini ia lipat di atas meja.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang