Akhir

140 9 0
                                    


                         //Different//

                              ****

"Kenapa kau justru menyatakan perasaan?" bisik Yura setengah geram pada kakaknya. Bagaimana tidak? Seungcheol baru saja menyatakan dirinya menyukai Yuna  dan bukannya meminta maaf. Di hadapan Seokmin pula. Yang benar saja!

"Cheol-ah, aku rasa ini waktu yang tepat untukmu."

"Baiklah.." Seungcheol menatap Yuna yang kini sedikit memiringkan tubuh untuk menatapnya.

"Aku menyukaimu, Yuna-ssi."

Dan kini tatapan tak bersahabat dari Seokmin sudah terarah pada Seungcheol. Pria itu mengeratkan genggamannya pada sumpit yang ia genggam sedari tadi. Yuna yang mendapati kalimat tersebut tentu saja terkejut. Respon tubuhnya tampak gelisah dan sesekali dirinya melirik ke arah Seokmin. Sedangkan Soonyoung menghentikan aktivitasnya yang tengah meminum air.

"Hei, Cheol-ah! Kenapa sekarang diam?" bisik Yura lagi sebab melihat sang kakak yang tiba-tiba tutup mulut setelah pernyataan mendadaknya.

"A-aku.." belum sempat Yuna selesai dengan kalimatnya, suara Seokmin mengambil alih atensinya.

"Hyung, aku rasa kita harus pergi," ujar Seokmin seraya bangkit dari duduknya. Soonyoung yang belum paham situasi, masih diam dan mengangkat alis kebingungan pada Seokmin.

"Tenang saja. Aku sudah membayar untuk makan malam ini," balas Seokmin kemudian berlalu meninggalkan meja tersebut tanpa pamit pada orang-orang di meja itu kecuali Soonyoung.

"Haha, maaf. Aku juga harus pergi sepertinya," ujar Soonyoung diiringi tawa canggungnnya kemudian menyusul langkah Seokmin. Yuna yang melihat itu lantas ikut berdiri dan hendak melangkah menyusul Seokmin dan Soonyoung, tapi Seungcheol menahannya.

"Dengarkan aku dulu, kumohon..."

                                ****

"Seokmin-ah, bukankah lebih baik kita pulang daripada duduk disini hampir setengah jam?" keluh Soonyoung kala Seokmin tak ada niat untuk meninggalkan halte yang tak jauh dari kedai ramen tadi. Seokmin masih diam. Suasana hatinya tengah buruk saat ini. Soonyoung memasang wajah masam karena diabaikan. Kenapa Soonyoung tak pergi saja? Tentu Soonyoung tak ingin meninggalkan kawannya itu. Suasana hati Seokmin tengah buruk dan Soonyoung takut hal yang tak diinginkan akan terjadi. Jadi, setidaknya biarkan Soonyoung menjaga kawannya itu.

Lama mereka diam, Soonyoung semakin bosan. Pria itu bangkit dari duduknya dan pamit untuk membeli sesuatu di minimarket sebrang. Malam ini yang perlu Soonyoung lakukan hanya memastikan kawannya itu baik-baik saja. Pikirnya,  beberapa camilan dan minuman dingin bisa memperbaiki suasana hati Seokmin. Padahal, Soonyoung sendiri juga tidak baik-baik saja.

Soonyoung keluar dari minimarket dengan beberapa camilan dan minuman. Netranya menangkap sosok Yuna yang berjalan dengan tatapan lurus di sebrang sana. Karena penasaran, Soonyoung mengikuti arah pandang gadis itu. Dan setelahnya Soonyoung tersenyum.

"Ah, mereka ini membuatku pusing saja," ujarnya yang kemudian masuk ke minimarket lagi dan memutuskan untuk menikmati camilannya sendiri seraya menyaksikan dua kawannya di sebrang sana dari balik kaca.

Benar, rupanya Yuna memang memandang lurus sedari tadi. Ah, tepatnya memandang seseorang di depan sana yang tengah duduk sendiri di halte. Perlahan tapi pasti, langkah gadis itu semakin dekat dengan halte. Hingga segenap keberanian mendorongnya untuk angkat suara di samping seseorang yang menjadi objek tatapannya.

Different✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang