Sukesi, Widowati, Madudari
Siang itu sangat terik. Seorang laki-Laki 28 tahun, tampan, namun berwajah dingin dan garang, tampak sibuk dengan laptop di ruangannya yang serba mewah. Disela-sela kesibukannya, dia menatap layar televisi yang menggambarkan sebuah taman yang indah. Di dalam taman itu tampak dua perempuan cantik sedang berbicara menikmati segelas es lemon tea. Salah satu dari wanita itu adalah Sinta.
Laki-laki bernama Andreas Rahwana, adalah seorang Billionaire pemilik kerajaan bisnis Alengka Corporation, yang menguasai dunia. Nama dan wajah sering menghiasi majalah-majalah bisnis, karena kejeniusan mengelola kerajaan bisnisnya. Seorang CEO, Cucu dari Sumali Alengkaraja, pendiri Alengka Corporation.
POV Rahwana
Namaku Andreas Rahwana Alengkaraja. Tapi kalian bisa memanggilku dengan Rahwana. Orangtuaku sendiri tidak senang jika aku dipanggil Rahwana. Padahal, nama itu yang mereka berikan padaku. Entah kenapa, aku merasa justru Rahwana yang paling sesuai untuku. Aku dibesarkan di sebuah rumah besar bersama ketiga saudaraku. Alexander Kumbakarno Alengkaraja, Alexa Sarpakenaka Ratu, dan Adrian Wibisana Alengkaraja.Aku terlahir dari rahim putri satu-satunya Sumali Alengkaraja, yang terkenal dengan kecantikannya, Dewi Sukesi. Bagi Rahwana, Mama Sukesi tidak hanya cantik, tapi lembut dan cerdas. Dia adalah wanita yang setia pada cinta, tak perduli siapa yang dicintainya. Mamanya yang menanamkan bahwa cinta tidak perlu alasan.
"Dan wanita seperti itulah yang akan menjadi ibu anak-anakku kelak" kataku saat diinterview majalah Forbes beberapa tahun lalu. Dan aku bersungguh sungguh mengatakannya. Ibuku adalah wanita luar biasa yang rela membela suami dan kesuciannya sampai meregang nyawa, saat sang suami dibunuh lawan bisnisnya. Pengalaman akan cinta dan wanita yang dikasihinya ini sangat membekas dihati Rahwana.
Flash back:
Butuh waktu satu jam lebih dengan mobil menyusuri pantai yang menakjubkan. Bocah laki-laki itu selalu takjub memandang keluar jendela mobilnya, saat melalui jalanan Nerang Broadbeach Road, lalu the Pacific Motorway, dan Tambourine Oxenford Road. Pemandangan diluar membuat bocah itu sedikit melupakan kerinduannya pada sang ibu yang dipujanya. Kenangan pada ibunya selalu membuat perutnya menghangat bagai mentari pagi.
"Hii nak, kamu sudah menyisir rambutmu yang indah itu? Ayo sini mami rapikan," Diapun mendekati dan duduk di pangkuan ibunya. Ya, hanya ibunya yang bilang dia tampan dan rambutnya bagus. Semua orang bilang mukanya mengerikan dan rambutnya lebih mengerikan lagi. Setiap hari orang memandang mukanya dengan pandangan ngeri atau paling tidak mencemooh, karena penampilannya yang beda. Mata besar tajam menakutkan, Rahang yang keras dan menonjol, hidung besar dan kasar, gigi-gigi yang besar seperti memenuhi mulutnya, badan tambun, kulit gelap serta rambut yang acak-acakan, memang sedikit mengerikan jika digabungkan dalam wajah anak usia 5 tahun. Namun bagi ibunya, bocah ini tetap paling tampan. Bocah laki-laki itu adalah aku. Ya bocah yang setiap hari dibuli karena tampilannya itu adalah aku, Rahwana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rahwana
RomanceCinta memang Buta. Cinta tak pernah permisi kepada hati saat dia datang dan menguasai jiwa sang empunya. Cinta tak mengenal logika. Cinta kadang seperti matahari yang indah saat terbit membakar saat terlalu dekat dan menyiksa dengan keindahannya s...