Sinta menatap matahari terbit dengan nanar. Tidak seperti biasanya, gadis bermata lembut yang sering mengerjap bagai bintang ini, sudah berdiri di balkon kamarnya sebelum matahari menampakan diri. Biasanya di jam seperti ini dia masih bergelung manja di balik selimut lembutnya. Mukanya sedikit memucat dan matanya tampak berselaput mendung. Pikirannya menerawang seolah ingin menembus awan yang menari beriringan di langit seolah mengejeknya?
Mengejek? Ah mungkin tidak. Awan tidak tahu apa yang Sinta rasakan. Tidak ada yang tahu. Semua orang menganggapnya sebagai wanita belia yang beruntung diperebutkan para CEO. Ayahnya yang tidak ingin jatuh dalam kebangkrutan membuat sayembara proposal investasi yang akan diikuti para CEO dan investor di seluruh dunia. Ya, ayahnya, Mr. Janaka pemilik Mantili Corp yang bergerak dibidang property, sedang diambang kebangkrutan. Kini kedua putri nya ini sudah beranjak dewasa. Sinta tahu Janaka menganggap sudah saatnya mereka memiliki pasangan hidup yang sepadan. Janaka mengatakan pada Sinta kalau kecantikannya sudah terkenal ke seantero negri, hingga banyak laki-laki dari banyak negara yang melamar dirinya. . Disaat yang sama, ayahnya juga membutuhkan suntikan dana yang cukup besar untuk bertahan. Dari sinilah laki-laki tua tampan itu memutuskan menggelar sayembara untuk mencarikan jodoh yang tepat bagi Sinta sekaligus menyelamatkan perusahaannya.
"Aku tidak mau putri cantikku ini menderita karena miskin," kata Janaka pada Sinta saat mengatakan rencana menggelar sayembara proposal investasi yang diakiri dengan pertandingan memanah, olah raga yang saat ini sedang digemari oleh berbagai kalangan.
"Kak, kamu baik baik saja? " Sinta dikagetkan oleh suara Urmila adiknya. Urmila yang selama ini kuliah di New York, baru saja pulang untuk menyaksikan pesta perebutan kakak angkatnya oleh para CEO. Sinta memang bukan putri Janaka. Sinta hanyalah anak angkat keluarga ini. Sinta yang masih bayi ditemukan bunda Sara di pintu Mansion mereka. Kebetulan saat itu pasangan Janaka dan Sara belum memiliki keturunan. Mereka memutuskan untuk merawat Sinta seperti putri mereka sendiri. Setahun setelah itu, Bunda Sara mengandung dan melahirkan Urmila. Kami berdua tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan bersahabat satu sama lain.
"Aku baik baik saja Mila. Memangnya kenapa?" tanya Sinta sambil tersenyum ceria, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Sinta sendiri tidak mengajukan banyak syarat. Ia hanya berpesan pada ayahnya untuk bijaksana dalam memilih. Karena dia butuh suami yang bijaksana, adil dan mengasihi sesama. Bagi Sinta, inilah saatnya dia membayar hutang budinya kepada keluarga Janaka. Sinta menerima apapun yang diperintahkan ayahnya dengan segala konsekwensinya. Bahkan jika nanti pemenangnya adalah laki-laki gendut, tua, hidung belang sekalipun, Sinta akan berusaha menjadi istrinya."Aku paham perasaan kakak saat ini. Aku berdoa semoga pemenangnya adalah laki-laki tampan yang baik hati dan bisa menjaga sang kakak, " kata Urmila menghibur Sinta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rahwana
RomanceCinta memang Buta. Cinta tak pernah permisi kepada hati saat dia datang dan menguasai jiwa sang empunya. Cinta tak mengenal logika. Cinta kadang seperti matahari yang indah saat terbit membakar saat terlalu dekat dan menyiksa dengan keindahannya s...