Cinta memang Buta.
Cinta tak pernah permisi kepada hati saat dia datang dan menguasai jiwa sang empunya.
Cinta tak mengenal logika.
Cinta kadang seperti matahari yang indah saat terbit membakar saat terlalu dekat dan menyiksa dengan keindahannya s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sinar mentari pagi masuk dari celah korden, menghangatkan wajah Sinta. Sinta terbangun dari tidurnya yang begitu nyenyak. Dikerjapkan matanya untuk membiasakan diri dengan cahaya ruangan. Matanya menyapu ruangan lalu berusaha bangun untuk menyandar ke kepala ranjang. Dia tampak kebingungan memandang sekelillingnya. Sebuah kamar mewah bernuansa emas yang tidak dikenalnya. Perlahan dia turun dari ranjangnya dan menuju meja rias. Di sana telah berjajar produk kecantikan seperti yang biasa dia gunakan, namun masih baru. Dia melangkahkan kakinya menyusuri kamar. Di lemari besar kaca, tampak baju-baju wanita yang sama persis dengan baju-bajunya di mansion Bay of Plenty, namun yang ini masih baru, termasuk juga perhiasan, sepatu dan tas. Semua yang ada di kamar ini adalah barang-barang yang sangat mirip dengan miliknya.
"Aku di mana? Mengapa aneh sekali perasaaan ini," Sinta mengumam. Sinta melangkahkan kakinya menuju korden dan membukanya. Ia melangkah keluar menuju balkon. Sebuah pemandangan indah pegunungan yang sangat hijau.
"Aku berada dimana? Ini mansion siapa? Sangat megah di tengah hutan jauh dari perkampungan. Ah ya, aku ingat. Setelah ditinggal Lasmana, ada dua laki laki datang ke mansion, melumpuhkan Marcus. Entah mengapa aku menjadi tidak bisa berbicara dan sulit bergerak. Aku ingat ada seorang laki-laki dengan bau wood dan mint yang menenangkan, menggendongku dengan lembut. Dan aku ingat aku masih sempat menyalakan kalungku seperti yang Lasmana minta. Tiba tiba suara memekakkan telinga membuatnya pingsan. Dan kini aku terbangun ditempat asing ini," kata Sinta berbicara sendiri.
"Tempat ini pasti milik penculikku. Tapi ini dimana? Rasanya percuma saja aku berteriak. Pasti semua yang ada di sini milik penculikku. Pasti tidak ada yang bisa menolongku, sekeras apapun aku berteriak. Ah, Rama, di mana kamu. Tolong aku Rama. Aku harus bagaimana?" Kembali Sinta berdialog sendiri. Terdengar pintu dibuka dan tampak seorang laki-laki berwajah mirip Lasmana menyapa.
"Mimpi indah tuan puteri?" "Siapa kau? Aku ada di mana? Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Sinta kaget dan bingung.
"Di mana Rama dan Lasmana? Katakan mengapa aku disini?" teriak Sinta dengan penuh waspada. Hatinya dipenuhi dengan ketakutan.
"Saya hanya seorang pengawal. Tuan Puterilah ratu di sini. Apa yang tuan putri inginkan?"
"Maksud Anda?" Sinta menurunkan nada bicaranya. Saat itu, seorang pelayan wanita masuk dan membisikan sesuatu kepada laki-laki yang mengaku sebagai pengawal. Tak lama kemudian datang dua pelayan wanita lagi yang mendekatinya dan tersenyum.
"Silahkan Tuan Puteri, kami akan membantu Tuan Puteri menyiapkan diri. Setelah itu Tuan puteri bisa sarapan di bawah," kata perempuan pertama yang sepertinya kepala pelayan di mansion ini. Sedangkan dua pelayan lainnya segera ke kamar mandi yang mewah untuk menyiapkan air mandinya. Mereka juga menyiapkan gaun berwarna emas selutut, untuknya.
"Kenapa orang-orang di sini begitu ramah dan memanggilku dengan sebutan Tuan Puteri?" Lalu Sinta pun segera menuju kamar mandi. Kali ini Sinta hanya melirik gaun yang sudah disiapkan dengan enggan. Dia melangkah ke lemari, mengambil kaos turtleneck santai berwarna ungu dan celana jeans selutut untuk dibawanya ke kamar mandi. Dia tidak menghiraukan keempat manusia asing yang menunggu untuk melayaninya. Bahkan dia menutup pintu kamar mandi dengan cepat, hingga hampir mengenai kepala salah satu pelayan yang mengikutinya. Sinta sengaja berlama-lama berendam di kamar mandi yang penuh dengan aroma vanilla yang disukainya. Sinta sepertinya ingin membuat mereka jengah dan meninggalkannya sendiri. Namun betapa terkejutnya Sinta, saat keluar dari kamar, keempat orang itu masih berdiri di tempatnya, tak bergeming sedikitpun.