Cinta memang Buta.
Cinta tak pernah permisi kepada hati saat dia datang dan menguasai jiwa sang empunya.
Cinta tak mengenal logika.
Cinta kadang seperti matahari yang indah saat terbit membakar saat terlalu dekat dan menyiksa dengan keindahannya s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mas, emangnya puas cuma bisa liat nggak bisa memegang?" kata Sarpakenaka dari layar komputer, sambil menjulurkan lidahnya. Tawanya terdengar lepas, meledek sang kakak yang terlihat bahagia.
Hemm iya-ya. Aku memang hanya ingin melihatnya kemarin. Tapi sekarang? Aku haus akan hadirnya. Aku ingin dia nyata disini, disisiku. Tak sekali aku berpikir untuk menculik Sinta dan mebawanya ke Alengka Mansion, karna memang disanalah tempat ia seharusnya. Setelah berhasil menculiknya aku penjarakan dia di tempat yang indah bagaikan surga apa yang dia inginkan selalu terpenuhi, terkecuali pulang ke suaminya, kata Rahwana dalam hati.
"Smart, tolong nyalakan kamera permaisuriku. Lengkap dengan audionya," kata Rahwana "Selamat pagi Tuan. Bagaimana dengan pagi anda? " sebuah suara menggema di telinga Rahwana
"Sudahlah Smart, aku nggak butuh basa basimu. Segera lakukan perintahku. Tolong masukan gambarnya ke tabletku dan suara ke microphone telingaku," geram Rahwana. Otaknya berputar membuat rencana untuk mendapatkan cintanya. Dia lalu meraih smartphonenya dan menekan tombol 9.
"Marica, tolong batalkan semua meetingku untuk minggu ini. Alihkan semua urusan perusahaan ke Kumbokarno dan Wibisana, sampai perintahku lebih lanjut. Dalam satu jam kedepan, tolong jangan ganggu aku," terdengan suara baritone Rahwana yang tegas berwibawa memberikan perintah.
Rahwana kembali duduk dikursi kerjanya, memperhatikan tablet di mejanya. Dia dengan teliti memperhatikan Sinta yang sedang sarapan bersama Rama dan Lasmana. "Arggghhh.... Nggak penting banget sih obrolannya," kata Rahwana marah. Dadanya terasa sakit melihat kemesraan Sinta dan Rama. Sedetik kemudian, muka Rahwana berubah serius. Michropone di telinganya dia tekan, seolah ingin menajamkan suara disana.
"Mas, aku benar benar ingin memiliki The Orange. Warnanya lain dari pada yang lain. Berlian ini sangat langka dan pasti juga menguntungkan untuk mendapatkannya. Harganya sebagai berlian termahal juga tidak terkalahkan dari tahun 2013 kan," kata Sinta. Ah, Sinta menginginkan berlian langka yang harganya di pasar lelang hanya Rp 481.610.272.320,- itu.
"Sinta, bukan masalah harganya. Untuk mendapatkan itu, kita harus ke Sydney. Dan kamu tau kan kalau saat ini sedang tidak aman melakukan perjalanan kesana. Ada beberapa ancaman bagi kita bertiga. Sampai sekarang bahkan kita tidak tahu siapa yang mengawasi dan menyadap kita dirumah ini. Lebih baik nanti ya, kalau semua sudah aman," kata Rama membujuk Sinta.
"Rama, jika masalahnya uang, kamu bisa ambil uangku, dan cukup. Tapi tidak bisa nanti. Berlian itu akan dilelang besok, dan entah kapan lagi aku bisa menemukannya dan membelinya, jika sudah jatuh ke tangan orang lain," kata Sinta merajuk sambil mengerjapkan matanya. Menggemaskan sekali kamu manis, kata Rahwana dalam hati, gemas. Ia terus menajamkan pendengarnya sambil sebelah tangannya menekan tombol bertuliskan S di I pad nya.
"Woiiiii, jangan menelponku saat kamu sedang berkhayal mesum tentang gadismu, mas!" kata suara gadis diseberang tertawa tergelak.