Cinta Tak Terucap

80 15 19
                                    


Cinta memang Buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta memang Buta.
Cinta tak pernah permisi kepada hati saat dia datang dan menguasai jiwa sang empunya
Cinta tak mengenal logika
Cinta kadang seperti matahari yang indah saat terbit membakar saat terlalu dekat dan menyiksa dengan keindahannya saat dia menghilang

Dan itulah Cinta Rahwana.
Cinta yang begitu dalam pada gadisnya.
Cinta yang menyiksanya sampai dia tidak perduli dengan apa kata dunia.
Cinta yang begitu dalam yang mencairkan es di wajahnya dan membahagiakan banyak orang.

Cinta yang begitu dalam hingga membuat hitam menjadi putih dan putih menjadi hitam.

Rahwana sebagai pemilik Alengka Corp yang begitu hebat menguasai dunia, hanya bisa merana di sudut ruangan, menghabiskan wine kelas terbaik, sambil meratapi kisah cintanya yang hilang. Merenungi dua wanitanya yang terlepas dari genggamannya. Padahal dengan kejayaannya, Rahwana bisa mendapatkan puluhan wanita di luar sana. Cinta Rahwana pada Widowati memang tak pernah padam. Kecelakaan hanya merengut nyawa perempuan yang akan dia nikahi itu. Kecelakaan itu hanya merengut raganya, bukan cintanya.

"Widowati memang kini sudah tidak ada, namun kini terlahir kembali sebagai Sinta. Aku tetap mencintainya. Ya aku tidak mencintai namanya, yang aku cintai adalah belahan hatiku yang digenggamnya. Sinta sebagai titisan Widowati menjadi tempat belahan hatiku," gumam Rahwana. Sayangnya Sinta kini telah milik laki-laki lain.  Rama, laki-laki sempurna yang gagah ganteng dan rupawan dan tak kalah kaya dariku.

"Mungkin sedikit dibawahku lah, aku lebih laki-laki dan lebih kaya sedikit darinya," kata Rahwana sambil tersenyum miris. Entah kepada siapa Rahwana bicara. Mungkin pada botol wine di tangannya karena mata dan senyumnya terpusat disana.

"Aku tahu, Rama mencintai Sinta hanya wujudnya saja. Dia mencintai Sinta masih dengan alasan. Ketika ditanya mengapa dia memilih Sinta, masih ada kata karena. Dia akan mengatakan karena dia cantik, karena dia baik dan sebagainya. Dan aku? Aku tidak seperti Rama. Beda denganku. Aku mencintai Sinta tidak dengan alasan yang ada padanya. Aku murni mencintainya meskipun dia berubah wujud menjadi kuntilanak. Meski dia berubah nama dari Widowati menjadi Sinta. Meski Dia tidak selalu ada untukku. Meski dia bukan milikku. Aku tetap mencintainya hanya itu yang aku tau, tanpa alasan. Walaupun aku mempunyai banyak wanita yang memujaku, meski aku punya Madudari yang menjadi istriku, tapi cintaku hanya milik Sinta. Dan jika Sinta memintaku untuk meninggalkan semua wanitaku, aku dengan senang hati akan meninggalkan mereka," Rahwana bermonolog dalam gelap ruang kerja, di mansionnya.

Laki-laki berahang keras itu tampak menyedihkan. Masih mengenakan baju yang sama dengan yang dikenakan di ajang sayembara memperebutkan Sinta, rambut yang acak acakan, mata merah dan kemeja kusut masai. Rahwana melepaskan tiga kancing atas kemejanya yang dia rasakan mencekik. Buku-buku tangannya tampak merah dan hampir terluka karena dia pakai untuk memukul meja yang terbuat dari kayu oak tua dihadapannya. Aura tajam dan menakutkan keluar dari tubuhnya, membuat seisi rumah memilih untuk diam-diam pergi ke cangkang peraduan masing masing. Meninggalkan Rahwana dengan monolognya yang sangat panjang dan gelap. 

Cinta RahwanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang