18»[Sweetness?]

1.4K 149 25
                                    


Iridescent

The story Pure from_©Alula_as Author.

●●●

I hate this live, but GOD wouldn't call me to back go home.

.

Tak ada yang tersisa.

Semangat, harapan, dan kekuatan ... semuanya lenyap dalam kendali singkat permainan kejadian pada balutan waktu.

Jangan berharap lebih. Chimon pikir selalu menjadikan sepenggal kalimat remeh itu sebagai kendali diri yang amat baik. Tak ada yang pasti di dunia ini. Namun sejauh mana Chimon menjadi sekuat baja—saat ini ia tetap kalah.

Malam tak benar-benar pekat seperti sebelumnya. Pertengahan dini hari merambat membentuk kabut embun dibeberapa titik jendela. Cahaya bulan kian redup sementara kamar dengan ukuran luas itu hanya mengandalkan hal itu sebagai penerangan.

Chimon benar-benar tak mengubah posisi sejak ia benar-benar tak lagi mampu bertumpu pada kedua kaki, hingga berakhir terduduk menggulung diri di bawah jendela.

Hampir berjalan-jam waktu berlalu, dan posisi duduk dengan kedua kaki tertekuk itu, tidak terganggu oleh gerakan reflek sekalipun. Ia masih menangis namun kedua matanya tak lagi mengeluarkan cairan bening apapun. Kepala sudah seberat dua kali lipat ukuran tubuhnya.

Angin balkon bertiup kencang, menerbangkan helaian gorden putih hingga menyentuh tubuh.

Pikirannya melayang jauh, menciptakan beragam kilasan-kilasan acak di dalam otaknya.

Dalam satu waktu, hanya dalam satu waktu ia kehilangan banyak hal secara bersamaan. Ia yang tak berguna untuk sang sahabat, dan ia yang di buat menjadi hasil undian keegoisan kedua orang tuanya.

Kehidupan ini memang tak normal sejak awal. Ia bertaruh tak pernah merasa melakukan dosa berat hingga sanggup menjadi karma seperti ini.

Suasana menghening, setelah beberapa saat lalu, berulang kali Gun mencoba membujuknya agar keluar, dan segera pergi.

Titik fokusnya menguap seirama bersama detik-demi detik jam berlalu.

“Kau benar-benar menyedihkan Mon.” Pandangannya terarah sempruna pada sebuah cermin dengan ukuran setinggi tubuh manusia, tak jauh didepan tepat di hadapannya.

Cermin indah yang tengah menanggung bayangan menyedihkan sosok dengan wajah kusut dan beberapa bercak darah di sekitar lubang pernafasan.

Chimon tak pernah berkata bahwa ia sehat. Namun hatinya jauh lebih mampu menyamarkan segalanya dengan sensasi jauh lebih mematikan.

Seulas senyum terbit tanpa disengaja. Kemudian terkekeh lirih, lihat bagaimana nasib mantel tebal kepunyaan phi Kwang saat ini. Ia yakin wanita itu akan mengomel nanti. Warna mantel yang semula serupa kelopak bunga gardenia berubah menghitam. Berbaur menjadi satu dengan air mata dan gelap darah yang sudah mengering. “Phi Kwang akan membunuhku nanti.”

Permainan kata yang manis. Beberapa penggal kenangan manis yang pernah dilakukan membuatnya bertambah buruk.

Banyak yang berkata anak broken home adalah hal biasa. Cukup kendalikan dirimu dan menjadi baik. Cobalah jalani hidup dengan semangat dan menjadi diri sendiri. Masalahnya, ia hanya memiliki waktu menjadi diri sendiri terlampau singkat, sisanya ia tak ubahnya bagai boneka wayang orang-orang. Panggung sandiwara jauh lebih mendominasi. Ia tak sanggup melawan keharusan seulas senyum dalam keadaan berduka sekalipun.

IRIDESCENT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang