09»[Slowled]

932 126 7
                                    


Iridescent


The story Pure from_©Alula_as Author.

●●●

Masih di hari yang sama, dengan luka dan segala macam hal kesedihan pada tempatnya.

Belum tuntas Chimon berduka—tanpa air mata dan itu jauh lebih menyakitkan. Apa ia bisa mendapat jatah merenung sepanjang waktu, dengan dalih sakit hati? Sejenak saja jika bisa.

Jangan berharap! Tentu saja tidak.

Hanya sebentar. Chimon hanya harus tetap kuat, itu tak sulit bukan? Pluem dan segala ke-egoisannya tak boleh sampai mempengaruhi segala hal. Kau benar-benar bodoh Chimon! Tak seharusnya ia memancing amarah phi Kwang pagi tadi. Membuat beberapa kru dan staf gedung pemotretan sempat menciptakan ruang gosip sehingga berimbas pada beberapa orang di sekitarnya.

Sehingga phi Kwang harus menciptakan banyak alibi tanpa persiapan, ketika jadwal istirahat sudah harus di nikmati.

Sementara Nanon hampir tak ingin meninggalkannya. Anak itu terus tertunduk lesu dan sendu, merasa bahwa semua hal yang telah terjadi adalah akibat dari perbuatannya. Tidak, dirinya tidak berakhir dengan wajah penuh linangan air mata ataupun isakan pilu, bukan seperti itu. Bukankah situasi seperti ini teramat biasa?

Kalimat maaf di lontarkan. Ketika masih di bandara, phi Kwang dengan cepat menggiringnya agar kembali kedalam mobil—mobil yang di tumpangi phi Kwang, Nanon dan Ohm saat berusaha mengejarnya sampai bandara kota. Demi alasan keselamatan. Bayangkan saja bagaimana ramainya bandara di kala pagi.

Semuanya telah berlalu.

Berulang kali menghela nafas, phi Kwang terlihat tak ingin banyak bertanya padanya. Wanita itu menatap Nanon lamat mencoba mencari keterangan pada yang masih dapat mengendalikan diri. Nanon tentu menjawab dengan jujur tanpa hambatan, hanya untuk khusus perginya Pluem pagi tadi. Cerita tak sampai mengular panjang, sampai phi Kwang mengantar Nanon pulang sampai rumah di mana keluarga Vihoraktana tinggal. Waktu sekan di pangkas pendek saat Ohm juga memutuskan keluar, sang kekasih tentu dalam keadaan buruk. Sudah menjadi kewajibannya mencoba memberi ketenangan melalui atensi. Baik bukan? Bisakah yang lain merasa tak di berkati saat ini?

Sebelum itu Nanon dengan jelas menatap kerahnya lamat. Kedua mata bulat anak itu memerah, Chimon mengangguk pelan. Tak ada yang salah, ia sudah menegaskan berkali-kali. Jika sampai hatinya sakit, sesunggunya itu hanya kesalahannya seorang diri, sebab tak sanggup mengendalikan diri dan bersikap dewasa.

Chimon mencoba meredam segalanya. Mencoba tetap tenang, kenapa harus membuat segala sesuatunya menjadi buruk. Ia hanya harus menghubungi Pluem dan meminta semua penjelasan yang ada—semudah itukah? Tentu saja. Inilah dunianya. Bukan hanya tentang perasaan namun juga logika dan pemahaman.

Saat ini yang tersisa hanya keheningan. Phi Kwang tak mengangkat topik apapun saat perjalan menuju gedung agensi. Mengemudikan mobil dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan Bangkok, setelah sebelumnya telah menyelesaikan segala urusan dan semua barang di gedung pemotretan. Keheningan tetap terpelihara bahkan sampai ia dan phi Kwang berpisah di perpotongan lorong. Sebenarnya, entah itu phi Kwang ataupun Chimon tak mampu membaca apa isi pikiran dari masing-masing lawan bicara. Terlebih phi Kwang terlihat lebih diam, tanpa ekspresi pasti.

Wanita itu banar-benar kesal sepertinya.

Untuk apa bersedih dude?! Tatanan jadwal kegiatannya masih menggunug. Yang benar saja!

IRIDESCENT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang