Iridescent
The story Pure from_©Alula_as Author.
●●●
Still here? Let me go. Stay strong, and don't cry.
.
Bagaimana ini bisa dijelaskan? Atau bahkan sekedar dikatakan?
Entahlah, terasa seperti ada musim kering yang mendadak mendekap tubuh itu. Bias cahaya perpendar pudar, sampai jengah menusuk pandangan. Seperti ini jadinya—yeah hanya sebatas ini pada akhirnya.
Apakah semua keadaan ini harus disebut sebagai akhir? Ataukah malah harus dikatakan sebagai sebuah awal? Rasanya mungkin tak akan jauh berbeda.
Jika ini adalah akhir, tapi mengapa ia masih disini, di kehidupan ini dan gagal menerima jadwal reinkarnasi yang telah di nanti?
Namun jika ini adalah awal? Saat kedua iris sejernih air samudra itu terbuka tak seharusnya disambut dengan hamparan bias cahaya terang sebuah ruangan dengan kilasan-kilasan banyak pertengkaran dan kenyataan yang mengerikan.
Sama saja, mengapa ia harus berharap menjadi sosok yang amat di berkati?
Diam, hanya diam. Bukan kah untuk seseorang yang baru menyelesaikan panjang perjalanan dalam gelap, sudah cukup luar biasa?
Chimon hanya terlalu takut kembali, namun kematian tak bersedia menampung kehadirannya. Setidaknya ruang gelap didalam tidur panjangnya lebih menenangkan dari pada dimana kesadaran ini kembali menemukan cahaya.
Ia tak pernah berharap hidup lagi.
Pada dasarnya, kehidupan baru seperti ini hanya akan membuatnya lebih terluka, entah dari segi batin dan raga. Hatinya takut dan tak tenang, sedangkan tubuhnya kaku, seakan-akan tulang telah membeku satu sama lain. Rasa mual berhamburan memenuhi rongga mulut, dentuman keras mengahantam ubun-ubun bahkan sampai mempengaruhi penglihatan. Belum lagi segala sisi tubuhnya seperti di lilit sulur berduri dan beracun—sakit, sakit dan sakit. Hanya itu yang dapat ia rasakan. Apakah itu terlihat harus dibanggakan?
Detak jantung melambat akibat opioid menekan sinyal neurologis—rasanya seperti merelakan semua yang ada dan menjadi bahagia—rasa sakit menuju gerbang kematian.
Chimon tak pernah membayangkan bagaimana hidup ini akan dilalui. Ia sudah memutuskan untuk pergi, namun tak pernah membayangkan bahwa ia bisa kembali di seret menemui bias matahari, untuk sekali lagi.
Ia tak berhasil pergi. Mengapa semuanya tak semudah yang ia bayangkan?
Membuka mata dan ia pikir akan bertemu dengan hamparan luas kapas putih sebagai lambang nirvana, namun kenyataannya, ia terbangun dengan langit-langit putih tepat di atas kepala. Sejurus kemudian aroma karbol berlomba-lomba membuatnya kian merasa buruk.
"H-hhah ...”
Chimon tak kuasa bergerak. Nafasnya memburu, rasa mual menusuk hingga menembus pangkal kerongkongan. Detak jantung terpacu sampai menimbulkan banyak dengingan bising disekitar.
“P-Phi Kwang! Apa yang t-terjadi?! Phi Off! Panggil seseorang!!”
“SESEORANG T-TOLONG! LAKUKAN SESUATU.”
Chimon mengenalnya. Bagaimana jenis suara lembut itu mengalun melampaui banyak nada tinggi, menggema begitu dekat, sangat dekat.
Suara dengan banyak syarat akan kekhawatiran—suara dengan banyak getar, dan suara yang penuh dengan perasaan putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT [END]
FanfictionPergi? Whatever ... Aku benar-benar tak peduli Chimon | GMMTV | OffGun Are we family? _________________________________ ♣. 01 #Rank at Pluemon » August - 12 - 2020 ♣. 01 #Rank at Iridescent » August - 06 - 2020 ♣. 100 #Ran...