Iridescent
The story Pure from_©Alula_as Author.
●●●
Perasaan seseorang itu rapuh. Mereka kuat sebab segala tuntutan, menjadi paling tangguh, tak ingin di remehkan—sudah terlalu biasa.
Hati seseorang itu satu. Hati akan nenjadi yang pertama menampung sagala afeksi perasaan yang tercipta sebab keadaan.
Baik dan kejam, semua selalu tersimpan rapi dalam ruang hati, terutarakan jika perlu.
Jika sudah seperti ini, maka dengan sewajarnya harus mulai memahami segalanya.
Phi Kwang belum ingin menyerah dan mengalah sampai sejauh ini. Tetap ingin menjadi kukuh menahan tali takdir agar tetap pada keinginannya.
Menahan apa yang mulai mengacaukan kenyataan. Phi Kwang yang menjelma bak tembok besar kokoh tak ingin kalah! Belasan tahun ia selalu tahan dengan segala sifat keras kepala seorang Chimon, namun tidak untuk saat ini. Ia pikir anak nakal itu sungguh keterlaluan. Membuat banyak orang menjadi kacau dan berantakkan dengan segala doa yang mengantung tanpa kejelasan sampai pada detik ini.
Yeah, itulah keteguhan hatinya sebelum lampu merah terang di atas pintu ganda kokoh disana belum sampai menyadarkannya. Menyala sampai mampu menembus titik kegundahannya.
Lebih dari apapun, berharap itu menakutkan. Tak ada yang pasti dan itu menyebalkan!
Phi Kwang yang mulai penuh dengan keringat dingin. Kedua telapak tangannya saling bertaut erat, tak lepas saling memberi cubitan-cubitan kecil—sadarkan ia bahwa ini nyata. Ia hanya sanggup berpegang kuat pada lima puluh persen kemungkinan atas operasi emergency ini.
Lima puluh persen, di mana ia berpikir bahwa Chimon juga harus memikirkan semua orang yang menyayanginya, masa muda ini, dan segala romansa yang belum benar-benar di jelajahi, anak itu harus berusaha berjuang! Kemudian lima puluh persen untuk banyak orang yang harus mengerti bahwa Chimon sudah sampai pada ujung perjuangannya. Chimon yang telah menemukan kebahagian abadinya, dan mulai melepas segala rasa sakit yang ada.
Pada akhirnya bagaimana? Hahaha phi Kwang selalu kalah. Ia hanya mampu kembali pasrah. Tertunduk seolah tak lagi punya pilihan.
Sejak kabar operasi dadakan pagi ini di cetuskan dengan segala perjanjian yang amat singkat dan mendesak. Si manis telah tiba pada batasnya—harus segera ada tindakan. Inti liver mulai mengalami peradangan. Kerusakan mulai merambah sampai beberapa saluran vital yang lain. Menciptakan pendarahan tak mau berhenti.
Malam kelam itu merusak segalanya.
Ia mulai paham, bahwa manusia memang tidak di takdirkan untuk mengatur.
Inilah yang ia pahami, jika hati seseorang telah rusak, waktu bahkan tak sanggup menanggung segala desakan yang ada.
Satu tanda tangan persetujuan tampak seperti kunci sebuah gerbang. Satu tanda tangan yang membuat kedua orang tua di kursi tunggu di sisi lain itu menjadi sedingin palung es. Satu tanda tangan yang mampu merontokkan kewarasan banyak orang. Satu tanda tangan yang sanggup menjadi gerbang kehidupan, atau bahkan persetujuan keberangkatan menuju gerbang reinkarnasi.
Sudah sejauh ini, detik jam semakin cepat seirama dengan ritme jantung yang menggila.
Dilirikanya keberadaan Off yang masih setia memberi rengkuhan erat pada Gun. Sepanjang waktu Off tak pernah absen membuat Gun tetap nyaman. Menenangkan dikala petugas kesehatan datang dengan kabar kurang baik atas nama sang putra. Sisi lembut Off sejauh yang ia tahu, dan ia masih tak pernah paham bagaimana perkara kedua orang itu bisa sampai fatal seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT [END]
Fiksi PenggemarPergi? Whatever ... Aku benar-benar tak peduli Chimon | GMMTV | OffGun Are we family? _________________________________ ♣. 01 #Rank at Pluemon » August - 12 - 2020 ♣. 01 #Rank at Iridescent » August - 06 - 2020 ♣. 100 #Ran...