“Ta.... udah deh mending kita masuk kelas aja yok”
“Della, lo liat kan tadi dia udah menghina si 'bubu' kesayangan gue. Ini gak bisa di biarin gue harus kasih pelajaran sama tu anak”
“Lagian juga kan si Rigel udah minta maaf, udah ya yok...”
“Enggak!!! Yang minta maaf itu si kuping caplang bukan si pendek itu”
Sedangkan Della hanya menghela napas lelah, sekuat apapun dia berusaha membujuk tetap saja tidak ada hasil karena sekali Aleta mendengar penghinaan kepada tongkat baseball kesayangannya maka orang itu harus mendapatkan hukuman terlebih dahulu barulah Aleta melepaskannya.
Mereka saat ini tengah menunggu di sebuah koridior, Aleta yakin jika ke 4 pria itu akan lewat sini karena memang koridor ini adalah jalan menuju fakultas kedokteran dan juga astronomi. Benar saja, tidak menunggu waktu lama mata jeli Aleta menangkap sosok ke 4 cowok yang sedang dia tunggu.
“Ehh.... pendek”
Ucapan itu berhasil membuat Rigel dan teman-temannya berhenti dan menoleh kearah belakang. Di sana sudah ada Aleta yang tengah mengunyah permen karet dan menggoyang-goyangkan tongkat baseball berwarna ungu tersebut.
“Lo.... manggil kita?” tanya Rigel.
“Lo ngerasa pendek?” tanya Aleta dan di jawab gelengan oleh Rigel.Sedangkan Nichol menelan paksa air ludahnya karena dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Gue ada urusan sama temen lo yang pendek itu”
“Eh... nenek sihir lo ngomongin siapa, kalo ngomong yang jelas-jelas dong” sahut Jevais yang merasa tersinggung.
“Heh, kenapa lo ngerasa gitu karena LO PENDEK”
“Wah.... bener-bener ni nenek sihir ungu. Lo nyari ribut ya”
“Lo berani?” tanya Aleta dengan wajah meremehkan
“Sebenarnya sih enggak. Tapi ini menyangkut harga diri gue yang lo katain pendek gue gak terima jadi gue harus berani”
“Mending lo sana pulang minta sama mami lo di mandiin di pasangin popok gih sana. Ribut kek gini bukan tandingan lo”
Sedangkan Rigel, Nichol dan Antariksa yang mendengarnya menahan tawa mereka karena ini baru pertama kalinya mereka melihat jika seorang Jevais Arum Purnama di katai oleh seorang cewek.
Jevais yang sudah merasa kesal kini berjalan maju kearah Aleta dan dengan beraninya dia menarik rambut cewek tersebut.
“Lepasin gak!!!” ucap Aleta kesal karena rambutnya di tarik oleh Jevais.
“Enggak, lo harus minta maaf sama gue karena sudah menghina gue!!”
“Cuih... minta maaf kata lo, bukan level gue ngucapin itu sama anak mami kek lo!!” jawabnya sambil membuang permen karet yang dia makan.
“Oke kalo gitu gue gak akan ngelepasin ini”
Kemudian Jevais menyeret Aleta dengan menarik rambutnya kearah tengah lapangan di dekat situ. Sontak hal itu menjadi pusat perhatian seluruh anak kampus tertuma Rigel, Nichol, Antariksa dan juga Della.
“Duhh..... kok kalian diem aja sih” ucap Della kesal
“Iya bener Gie... pisahin gih malu di liat anak-anak kampus” sahut Nichol
“Kok jadi gue sih, kalo gue jadi sasaran gebukannya tu tongkat baseball gimana. Enggak-enggak deh” jawab Rigel ngeri karena dia tau se bar-bar apa Aleta.
Kemudian Nichol menatap Rigel dengan tatapan sendu memohon, membuat Rigel mau tidak mau harus ke tengah lapangan memisahkan dua orang tersebut.
“HUHUHU..... AYOKKKK”"TERUS....PUKUL....."
Sorakan anak-anak kampus yang tengah meneriaki Jevais dan Aleta yang tengah berkelahi.
“Heii.... udah dong malu” sahut Rigel berusaha memisahkan.
Dugh...
Dugh...Dugh....
BRAKK
Tongkat baseball yang di layangkan oleh Aleta ternyata bukan mengenai Jevais melainkan mengenai Rigel. Cowok itu saat ini tengah terjatuh di tengah lapangan karena wajahnya terkena pukulan dari tongkat baseball Aleta.Sontak hal itu membuat semua orang terkejut termasuk Aleta dan Jevais.
“Lo liat kan gara-gara lo Agie yang kena!!” ucap Jevais kesal
“Ini salah lo, kenapa lo narik rambut gue!!”
“Salah lo!!!”
“Salah lo!!!”
“APA-APAAN INI!!!” ucap salah satu pria paruh baya yang kini sudah berjalan kearah tengah lapangan.
Semua mahasiswa di sana terkejut melihat kehadiran Pak Teguh yang terkenal dengan kegalakannya. Pak Teguh kini menghampiri Aleta, Jevais dan Rigel lalu dia menatap kesal kepada mereka.
“IKUT. SAYA. KE. RUANGAN. SEKARANG!!!!” ucap Pak Teguh penuh penekanan.
Aleta hanya memutar malas bola matanya saja, untuk ke sekian kalinya dia harus berhadapan dengan dosen berkepala pelontos itu. Kini Aleta, Jevais dan Rigel pergi menuju ke ruangan-nya Pak Teguh. Sedangkan Nichol, Antariksa dan juga Della mengikuti dari belakang.
“Tunggu.... lo bukan anak kampus di sini kan?” tanya Della kepada Antariksa.
“Iya”
“Huh.... lo gak bisa ikut”
“Gakpapa dia ikut aja, lagian juga ini kan ada hubungannya sama dia” sahut Nichol.
Della menghela napas-nya saja, kemudian mereka kembali berjalan menuju ke ruang Pak Teguh.(Don't forget to vote and comment)
See you the next chapter guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher {On Going }
Romance"Hal apa yang menakutkan buat lo?" "Kehilangan, gue takut akan kehilangan saat gue sudah nyaman-nyamannya" *** "Kenapa lo sesulit itu?" "Karena gue bukan cewek gampangan yang bisa lo sogok dengan uang" ...