Mereka semua saat ini sedang berada di parkiran kampus menunggu Pak Teguh karena memang janjinya mereka harus menunggu di parkiran.
“Lo yakin gak kerja?”
“Iya Ta... santai aja gue udah ngirim pesan kok sama pemilik cafe”
“Ini semua gara-gara lo!” ucap Aleta mengarah ke Antariksa.
“Eh.... jangan salahin dia dong, kalo lo gak nyari ribut duluan gak akan kek gini!!” sahut Jevais.
“Apa lo bilang...”
“Udah-udah, capek gue ngeliat kalian berantem. Gue minta maaf okey”
“Lo pikir dengan kata maaf semuanya selesai begitu aja”
“Ya terus....?”
“Lo bakal ngebayar semuanya” ucapnya sambil memasang senyum miring di wajah cantiknya.
Tidak lama kemudian Pak Teguh yang mereka tunggu kini sudah datang berjalan menghampiri mereka.
“Kalian.... kenapa di sini?” tanya pak Teguh dengan raut wajah bingung.
“Kan bapak sendiri yang bilang kita janjian di sini karena mau ngasih kita hukuman” jawab Jevais.
“Iya... tapi kenapa serame gini?”
“Lah... kan bapak sendiri yang ngizinin kita boleh ngajak teman-teman kita” jawab jevais lagi.
“Pikun ni bapak palak pelontos” ucap Aleta pelan
“Kamu ngomong apa Ta?” tanya pak Teguh
“Eh?? Oh enggak kek nya mau turun hujan” jawabnya asal, padahal jelas langit saat ini sedang terang tidak menunjukkan pertanda jika akan turun hujan.
“Huh.... sudah-sudah kalian bawak kendaraan sendiri kan jadi ikuti saja mobil saya”
Mereka semua saat ini sudah siap-siap, tetapi pak Teguh menahan membuat mereka kembali melihat kearah pak Teguh.
“Tunggu.... dia siapa?” tanya pak Teguh melihat kearah Antariksa.
“Oh.... dia teman kita pak, dia mau ikutan ngebantu” jawab Rigel
“Persahabatan yang sungguh kuat” ucap nya pelan tersenyum sambil melihat para mahasiswa itu sudah menaiki kendaraan mereka masing-masing.
Sebuah bangunan yang menjulang tinggi, tidak terlalu tinggi karena bangunan nya hanya ada 2 lantai ini seperti ruko yang sudah lama tidak di huni atau bisa di bilang sudah lama di tinggalkan melihat dari banyaknya tanaman yang menjulang tinggi di halaman rumah ini membuat ke 6 anak muda tersebut saat ini melongo melihat bangunan yang ada di hadapan mereka.
“Loh... kenapa masih diam saja?” ucap pak Teguh memecahkan lamunan mereka.
“Ini apaan pak?” tanya Jevais.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher {On Going }
Roman d'amour"Hal apa yang menakutkan buat lo?" "Kehilangan, gue takut akan kehilangan saat gue sudah nyaman-nyamannya" *** "Kenapa lo sesulit itu?" "Karena gue bukan cewek gampangan yang bisa lo sogok dengan uang" ...