“Eh si Aan belum pulang ya?” tanya Nichol yang baru saja sampai di Rumah Biru
Sedangkan Jevais dan Rigel baru saja turun dari lantai atas tempat persinggahan mereka.“Belum, kita gak liat batang idungnya dari tadi” jawab Rigel.
“Kalian belum makan kan, kita makan di luar yuk” ajak Jevais.
“Di luar mendung, mangkanya gua cepet-cepet balik tadi takut kehujanan” ucap Nichol
“Ya udah kita pesen makanan aja, kalian mau apa nanti gue pesenin atau mau gue panggilin Cheeff khusus buat masak di sini?”
Sedangkan Rigel dan Nichol hanya bisa saling bertatapan saja, entah teman mereka ini yang hilang akal atau memang menurutnya uang nya tidak akan pernah habis membuat mereka bingung semudah itu seorang Jevais mengeluarkan uang dan memanggil orang-orang lalu di bayar dengan upah yang sangat gila.
“Gue nanya woii, gimana mau gue panggilin Cheeff dari mana dari Indo, dari Australi, atau dari Paris?”
“Mohon maaf sebelumnya Tuan Purnama yang terhormat, lo mau makan apa bukak restoran bintang 10 di sini. Makan aja harus panggil Cheeff dari negara itu gila ya lo, keburu mati duluan nungguin mereka” jawab Rigel
“Mereka bisa datang malam ini kok tenang aja nanti gue suruh orang suruhan gue buat bawak mereka ke sini”
‘Benar-benar gak waras ni bocah’ sahut Rigel dalam hati.
“Udah-udah, kita pesen makanan aja kan sekarang bisa di pesen. Rigel pesen sana, gue mau bersihin badan dulu” ucap Nichol
“Oke oke”
Lalu Nichol mulai melanjutkan langkahnya naik ke atas menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lelah ini.
Rigel, Jevais dan juga Nichol mereka saat ini sudah berada di meja makan menunggu orang yang akan mengantarkan makanan pesenan mereka. Sedangkan di luar hujan turun begitu derasnya dan Antariksa belum juga sampai ke Rumah Biru ini.
“Gila.... makanannya belum dateng ya, gue dah laper banget ini” rutuk Jevais
“Sabar Is... kan hari hujan jalanan juga pasti licin” jawab Nichol
“Lo... huh gue harus berapa kali bilang sih jangan panggil gue Is.. Is... Is, nama gue itu Jevais bukan Isdahlia” ucap Jevais kesal
“Gue-nya nyaman gimana dong”
“Ihh... amit-amit gue denger jawaban lo, kelamaan jomblo sih lo”
Setelah perdebatan singkat tersebut, keadaan menjadi hening kembali mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.
Ting...Tong....
Ting...Tong....
Suara bel rumah ini terdengar membuat Rigel berdiri dari tempat duduknya menuju kepintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher {On Going }
Romansa"Hal apa yang menakutkan buat lo?" "Kehilangan, gue takut akan kehilangan saat gue sudah nyaman-nyamannya" *** "Kenapa lo sesulit itu?" "Karena gue bukan cewek gampangan yang bisa lo sogok dengan uang" ...