“Apa ini perpisahan kita ?” tanya seorang gadis mungil dengan rambut terkepang satu kebelakang.
Sedangkan seseorang yang di tanya hanya bisa menundukkan pandangannya tak kuasa menatap sang gadis.
“Kenapa kau hanya menunduk saja, katakan lah” lanjutnya dengan suara yang sedikit bergetar.
“Maafkan aku” terdengar suara pelan yang keluar dari mulut sang pria.
Kemudian sang gadis tersebut menoleh kearah pria yang berada di sebelahnya yang masih saja setia menunduk entah pemandangan indah apa yang sedang pria itu lihat di tanah tersebut dengan tatapan yang sendu, bahkan air mata yang berusaha dia tahan kini lolos dengan begitu mudahnya dan mulai membasahi pipi chuby nya.
Mendengar suara isakan tangis kecil yang keluar dari gadis di sebelahnya, membuat sang pria tersebut dengan berat hati mengangkat pandangannya untuk melihat kearah gadis di sebelahnya.
Kemudian pria itu mengangkat tangannya dan hendak mengarahkan tangannya kearah wajah sang gadis berpipi chuby itu tetapi dengan cepat sang gadis menepis tangan pria yang telah membuatnya menangis bahkan membuat sedikit hatinya terluka. Dengan sedikit memaksa, sang gadis menghapuskan airmata yang sudah membasahi pipinya tersebut.
“Baik lah... jika kau ingin pergi, pergi saja aku tidak apa-apa, jika kau ingin hubungan ini berakhir maka aku yang akan mengakhiri hubungan ini agar tidak ada penyasalan di diriku. Lagian aku juga sadar aku hanyalah gadis menyedihkan di mata mu, gadis yang memiliki banyak kekurangan, gadis yang sudah membuat mu di hina oleh banyak orang karena memutuskan berpacaran dengan ku, gadis yang selalu marah-marah kepada mu dan yang terakhir aku adalah gadis DISLEKSIA yang memalukan” ucap gadis itu dengan intonasi nada yang sedikit meninggi dan di iringi dengan airmata yang semakin deras keluar.
Mendengar hal itu membuat sang pria tersebut terkejut bahkan dia sama sekali tidak pernah memikirkan hal-hal semacam itu, hatinya begitu sakit dan terasa begitu nyeri mendengar semua perkataan yang di lontarkan oleh sang gadis.
Dia berani bersumpah, sejak awal dia mengenal gadis tersebut hingga mereka kini menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih tak pernah sedikitpun terbesit di benaknya untuk memutuskan gadis tersebut, untuk meninggalkannya, menyalahkan gadis itu akan segala kekurangan yang dia miliki, bahkan dia tidak pernah menyalahkan hatinya kenapa dia harus jatuh kedalam pesona gadis berpipi chuby ini.
Sama sekali tidak pernah di benaknya menganggap gadis ini adalah gadis Disleksia, walaupun itu kenyataannya tetapi dia selalu berusaha bahkan selalu menyingkirkan kekurangan gadis itu dengan menganggap gadis tersebut adalah gadis normal biasanya yang tidak memiliki kekurangan apapun.
Namun, kenapa.... kenapa justru gadis ini mengatakan hal konyol seperti itu, hal yang sama sekali dia tidak pernah terpikir akan mengatakannya.
Kini sang pria mendekat dan menarik tubuh mungil gadis tersebut dan memeluknya, menyalurkan segala ketenangan untuk gadis yang sangat dia cintai tersebut, berusaha membuatnya berhenti menangis dan membisikkan kata-kata penenang untuk sang gadis.
“Berhentilah ku mohon, jangan menangis” ucapnya sambil mengelus lembut rambut gadis tersebut sedangkan sang gadis terus saja terisak bahkan semakin terisak dan memberontak dalam pelukannya.
“Hentikan, ku mohon hentikan hati ku sakit melihat mu seperti ini”
“Aku mencintai mu”
“Jika kau mencintai ku kenapa kau ingin meninggalkan ku!” pekiknya tertahan di dalam dekapan sang pria.
“Aku tidak meninggalkan mu” jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher {On Going }
Romantizm"Hal apa yang menakutkan buat lo?" "Kehilangan, gue takut akan kehilangan saat gue sudah nyaman-nyamannya" *** "Kenapa lo sesulit itu?" "Karena gue bukan cewek gampangan yang bisa lo sogok dengan uang" ...