Bagian 21

7 2 0
                                    

Hari ini adalah hari libur di mana hari yang sangat di senangi oleh makhluk di muka bumi ini, karena hari libur merupakan hari untuk bersantai-santai dan berleha-leha. Sama halnya dengan penghuni Rumah Biru, mereka semua sedang bersantai di kamar mereka masing-masing tanpa ingin keluar. Hanya ada satu penghuni yang tidak bisa bersantai pagi ini karena mendapatkan tugas mendadak yang harus dia selesaikan hari ini jika tidak maka dia akan tereliminasi dari keluarga Purnama.

KLANTANG!!!

KLANTANG!!!

PRANKK!!

Mendengar suara bising dari bawah membuat Rigel, Antariksa dan Nichol keluar dari tempat bertapa kesayangan mereka menuju ke lantai bawah tergesa-gesa takut jika nanti yang membuat kebisingan adalah pemilik dari tempat ini siapa lagi kalau bukan Tante Ida a.k.a Tante Esmirelda.

Tepat di dapur mereka ber tiga berhasil di buat menganga lebar melihat kekacauan yang ada di hadapan mereka. Sedangkan orang yang membuat kekacauan hanya bisa menyengir dengan raut tak bersalahnya.

“Lo ngapain Tong?” tanya Antariksa.

“Gila... lo lagi demo sama tikus penunggu dapur apa ?” timpal Rigel.

“Duh... entar dulu nanya, ni kaki gue sakit gara-gara tu panci hitam” ucap Jevais yang kini mulai berjalan dengan sedikit pincang kearah kursi makan.

Kemudian Nichol berlari menuju ke ruang tamu membuka lemari yang ada di sana untuk mengambil kotak obat yang sering dia simpan di sana apabila salah satu di antara mereka ada yang terluka nantinya. Nichol mengambil sebuah salap peredam nyeri dan berjalan kembali menuju meja makan lalu memberikan salap tersebut kepada Jevais.

“Ini ambil olesin di kaki lo yang sakit itu”
Lalu Jevais mengambilnya dan mengoleskannya ke kaki mulus miliknya yang sudah terlihat merah keungu-unguan.

“Woii pertanyaan kita belum lo jawab, lo apain ini dapur sampe kek gak berbentuk dapur lagi?” tanya Antariksa.

“Iya bener, lo pasti nangkep tikus penguhuni dapur gimana dapet gak?” sahut Rigel.

“Kalian berdua itu bener-bener gak berperi ke Jevaisan banget sih, gue lagi sakit menderita kek gini lo pada nanya mulu”

Sedangkan Antariksa dan Rigel yang mendengar penuturan tersebut menatap jijik kepada Jevais, Nichol hanya tertawa kecil di kursinya.

“Astaga!! udah jam 7 mampus gue bisa-bisa di tendang ni sama si tua bangka!!” ucap Jevais histeris yang tak sengaja melihat jam di tangannya.

Dengan segera dia beranjak dari kursi, memasang perlahan sepatu hitam yang sudah kinclong tersebut di kakinya yang masih begitu sakit. Lalu hendak bergegas pergi dari sana,

“Eitss... lo mau kemana, enak banget pergi ngoyor aja gitu. Lo harus beresin kekacauan yang lo buat dulu di dapur ini” larang Antariksa.

“Lo bener-bener gak kasian apa sama gue, gue udah telai woii bisa-bisa gue di gorok sama tua bangka Purnama itu. Please lah baik hati bentar deh sama gue hari ini okey, tolong kalian beresin bentar ya entar gue traktir makan di luar deh. Dah... bye byee sahabat” . Ucap nya berlari terburu - Buru sambil melayangkan flying kiss ke sahabatnya itu.

Dengan secepat kilat Jevais pergi dari sana meninggalkan 3 pria yang tengah menatap kepergiannya dengan raut wajah terkejut. Setelah Jevais sudah tidak terlihat lagi, barulah mereka saling melihat satu sama lain.

“JEVAISSSSSSS!!!!” teriak mereka bertiga kencang dan bersamaan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dream Catcher {On Going }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang