“Jangan tinggalkan aku!”. Semuanya bersimbah air mata. Dokter kembali mendatangi ruangan itu. Ia diam sejenak sebelum memberi penjelasan pada keluarga Minatozaki.
“Dahyuuun, aku mencintaimu...”
Sana menggenggam erat tangan Dahyun, ia terduduk lemas di sampingnya, Sana tertunduk dan perlahan melepas tangan Dahyun.
“Sana Eonni...” lirih seseorang membuatnya refleks memandang pada sumber suara. Seseorang yang wajahnya pucat pasi namun masih bisa tersenyum untuknya.
“Dahyun. kau sudah siuman...”
“Eonni..., aku merindukanmu,” lirih Dahyun. “Bagaimana kabarmu?,” tanya Dahyun. Bahkan di saat seperti ini Dahyun masih peduli menanyakan kabar Sana.
“Aku juga sangat merindukanmu.” Sana mendekat, ia membelai lembut kepala Dahyun, memandang Dahyun dengan sorot mata bahagia kemudian meneteskan air mata.
“Jangan menangis...,” ucap Dahyun. Eomma, Appa, Chaeyoung dan Mina mendekatinya.
“Dahyun...,” panggil Chaeyoung.
“Aku merindukan kalian,” kata Dahyun pada keluarganya. Chaeyoung tersenyum tipis seraya mengusap kaki Dahyun.
Dan kini giliran Dahyun memandang Appa yang sudah banjir air mata. Wajah Appa memerah karena menangis. “Sana..., boleh Appa bicara di dekat Dahyun?,” pinta Appa. Sana mempersilahkan Appa untuk menggantikan posisinya di sebelah Dahyun.
“Appa...”. Dahyun memandang Appa dengan mimik wajah takut.
“Jangan takut sayang..., ini Appa.”
Dahyun hening, hatinya sesak kala melihat Appa.
“Jangan takut Dahyun..., kami mencintaimu,” ucap Eomma seraya menghapus air di ujung matanya.
“Bagaimana rasanya?, perutmu sakit sayang?,” tanya Appa. Dahyun mengangguk pelan, lalu tak lama air mata timbul di batas pelupuk gadis itu. Mata Dahyun berkaca-kaca.
“Maafkan Appa...,” lirih Appa. “Aku sudah memaafkanmu..,” ucap Dahyun bersamaan dengan air matanya yang jatuh. Appa menghapus air mata Dahyun.
“Maafkan Appa. Appa tidak akan membiarkan kejadian ini terulang lagi.” Appa meminta maaf lagi seolah maaf sekali tak cukup ia ucapkan.
Dahyun memeluk Appa, keduanya menangis. Dahyun melepas maaf untuk pria yang telah mengusirnya. Dan Appa, ia melepas penyesalannya.
Semua orang yang ada di ruangan itu membiarkan keduanya saling berpeluk dan meluruhkan rindu. Dan setelah beberapa menit berlalu hingga rindu itu luruh. Dokter mendekati keduanya, dua orang berstatus Appa dan anak itu.
“Boleh ku periksa dulu kondisi putrimu tuan Minatozaki?,” tanya dokter. Appa mempersilahkan dokter untuk memeriksa Dahyun, namun Appa memegang erat tangan Dahyun seolah ia tak mau pisah dari putrinya.
Dokter memeriksa Dahyun, mendengar detak jantung Dahyun melalui stetoskop. “Apa bagian ini sakit?,” tanya dokter seraya menyentuh bagian batas dada dan perut yang dekat dengan luka tusukan.
“Sakit..,” jawab Dahyun. “Jahitanmu belum kering, dan secara psikis kau mengalami trauma karena kejadian ini, lukamu cukup dalam dan kemungkinan beberapa organ butuh waktu yang lama untuk proses regenerasi,” jelas dokter.
“Apa yang kau makan selama seminggu terakhir?,” tanya dokter, namun Dahyun hening tak menjawab.
“Kau juga mengalami malnutrisi...” lanjut dokter. “Jadi apa yang kau makan selama seminggu terakhir?,” tanya dokter lagi.
“Aku..., aku hanya makan ramen mentah,” jawab Dahyun.
“Ya Tuhan,” keluh dokter. Eomma tertegun mendengarnya, anaknya benar-benar tak terurus di rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Cinta / Eonni Im In Love (END)
FanfictionPeringatan!!! mengandung konten LGBT dan Sex🔞 Tiga orang gadis. Mina, Sana dan Dahyun dan seorang laki-laki yang merupakan adik kandung dari Sana bernama Chaeyoung. Keempat manusia tersebut awalnya tidak percaya dengan cinta. Sampai akhirnya mereka...