Sana langsung memeluk adik angkatnya yang kini tengah menangis ketakutan. Tangannya mengelus-elus punggung Dahyun untuk menenangkan. Dahyun menangis tergugu membuat Sana mempererat pelukan.
“Gwenchanha Dahyun-ah, sudah jangan menangis lagi..., aku dan Chaeyoung sudah ada disini,” tutur Sana lembut.
Jeongyeon memungut handphone beserta kepingan layarnya yang pecah menjadi beberapa bagian.
“Kupinjam dulu ya handphonemu.., aku bisa pastikan foto-foto dan kontak di dalamnya tidak akan hilang,” kata Jeongyeon lalu memasukan handphone itu ke dalam saku jas almamaternya.
“Banyak foto-foto kenanganku bersama Eomma dan Appa,” kata Dahyun sambil terisak.
Sana menghapus air mata di pipi Dahyun dengan tangannya.
“Yasudah, kita pulang sekarang saja..,” kata Sana, kemudian Chaeyoung dan Jihyo membantu Dahyun untuk berdiri.
“Aku pulang duluan ya...,” ucap Sana pada sahabat-sahabatnya lalu menuntun tangan Dahyun untuk pergi ke mobilnya.
Sana membawanya ke mobil, ruang di mobilnya terisi oleh suara tangisan Dahyun sepanjang perjalanan. Tangisnya bersua seolah luka dihatinya begitu sakit.
Sesampainya di rumah, Sana segera menyiapkan kompres untuk mengobati luka Dahyun.
Dahyun menunggu Sana, ia terbaring di atas kasur milik Sana, matanya sendu, di ujung bibirnya terdapat luka hasil karya Yeri dan kawan-kawannya, di pipi kanannya terdapat luka gores dan pelilpis kirinya memar. Beberapa pukulan Doyeon yang terhujam benar-benar membuatnya babak belur.
Dahyun memang diam, mulutnya tak bercakap apapun. Tapi hatinya menangis seperti hujan tadi malam, ia memang kuat, tapi tentu saja kekuatannya terbatas.
Sana memasuki kamar, ia menyeret kursi dari meja belajarnya dan duduk di sebelah ranjang dekat Dahyun. Wadah berisi kompresan itu disimpannya di atas nakas. Ia mencelupkan handuk ke dalam air es lalu memerasnya.
“Aw,” rintih Dahyun kala handuk dingin itu bersentuhan dengan permukaan kulitnya.
“Aku bukan kakak yang baik Dahyun..., bahkan sebelum kau datang, aku bukanlah seorang kakak yang baik untuk Chaeyoung yang jelas-jelas adik kandungku sendiri..,”. Sana memulai percakapan.
Dahyun hanya terdiam lemas, ia bergeming memandangi dinding dengan tatapan kosong. Ia terlalu sedih untuk menjawab penuturan Sana.
“Kau pasti sangat rapuh..., kau sudah di tinggal oleh kedua orang tuamu, lalu kau mendapat penolakan dari banyak orang, maafkan aku Dahyun..,” ucap Sana yang masih konsisten mengobati luka di wajah adiknya.
Ia memandangi Dahyun sejenak, wajahnya menjadi benar-benar pucat. Sana menyimpan handuk dingin di wadahnya setelah selesai mengobati luka Dahyun. Ia menggenggam jemari Dahyun.
“Dengar Dahyun..., mulai hari ini.. aku akan berusaha melindungimu, seperti kau melindungiku dari Suho waktu itu.., adikku,” ucap Sana sambil menatap mata sendunya lamat-lamat.
“Terima kasih Eonni...,” lirih Dahyun lalu bibirnya melengkung menggoreskan senyum sendu.
*
*
*
19.00 KST
Senjapun lenyap, tak lama malam datang mengendap-endap. Langit menjadi gelap, ternyata mendung membentangkan sayap. Akhirnya hujan turun mengguyur Seoul, kota dengan sejuta harap.
Sana berdiri di tepi balkon, kepalanya tertunduk memperhatikan foto-foto di layar ponsel. Foto yang menyakitkan untuk dipandang, tetapi hatinya selalu terdorong untuk melihat potret itu. Tentu saja foto Sana bersama namja yang selama ini dengan mati-matian ia lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Cinta / Eonni Im In Love (END)
FanficPeringatan!!! mengandung konten LGBT dan Sex🔞 Tiga orang gadis. Mina, Sana dan Dahyun dan seorang laki-laki yang merupakan adik kandung dari Sana bernama Chaeyoung. Keempat manusia tersebut awalnya tidak percaya dengan cinta. Sampai akhirnya mereka...