Episode 24 - Aku Bosan

2K 187 117
                                    

“Somi?.” Heran Chaeyoung.

“Ini.., tadi jatuh dari tas mu,” ujar Somi, sembari menyerahkan sesuatu.

DEG! Jantung Chaeyoung berhenti sepersekian detik, matanya membulat sempurna, kala melihat Somi menyerahkan hasil USG milik Mina.

“Eo?! Terima kasih..,” ucap Chaeyoung kemudian menerimanya dari tangan Somi.

“Siapa yang sakit ginjal?,” tanya Somi. Chaeyoung mengernyit heran dengan pertanyaan mantannya.

“Sakit ginjal?,” tanya Chaeyoung lagi meyakinkan.

“Iya.., itu hasil USG ginjal kan?,” tanya Somi lagi.

Chaeyoung mengembuskan puh lega. Namja itu mengulas senyumnya.

“Ooh ini temanku yang sakit ginjal,” jawab Chaeyoung. Somi hanya mengangguk kemudian kembali ke tempat duduknya tanpa rasa curiga.

*

*

*

14.00 KST

Siang itu, Seoul memutuskan untuk memulai pukul dua siang dengan langit yang redup. Guratan senyum awan nimbostratus mengisyaratkan bahwa sebentar lagi langit akan menangis dan membasahi kota itu. Semilir angin terdengar lumayan kencang.

Dahyun si sang pengemudi kembali dihadapkan dengan lampu merah yang mau tak mau membuatnya memijak pedal rem. Pikuk jalanan kali itu tak sepadat biasanya, langit yang mendung tanpa sengaja mengusir beberapa manusia di jalanan ke tempat perteduhan.

“Mendung ya..,” ucap Sana memecah keheningan ruang mobil.

“Iya, kau tidak apa-apa kan kita pergi berkencan di keadaan mendung begini?,” tanya Dahyun.

“Mau cuaca seburuk apapun, selama itu denganmu rasanya tidak masalah,” jawab Sana.

“Benarkah?, sekalipun ada badai salju yang menakutkan?,” tanya Dahyun.

“Iya, yang penting kau tidak pergi. Lebih baik aku mati berdua denganmu,” jawab Sana. Dahyun terbahak mendengar jawabannya.

Sana menggenggam tangan Dahyun. Kebetulan jalanan lengang siang itu, membuat Dahyun bisa mengemudi dengan satu tangan.

Lampu hijau menyala, Dahyun kembali melajukan mobil itu menuju rumahnya. Matanya fokus memandang jalanan, tapi sesekali ia melihat Sana dengan ekor matanya. Pacar sekaligus kakaknya itu sedang memandangi spion dengan mata berat. Sesekali kepalanya jatuh tertunduk menahan kantuk.

“Tidurlah sayang, kau lelah ya,” ucap Dahyun. Sana membalikkan tubuhnya menjadi berhadapan dengan Dahyun. Ia hanya ingin tertidur sembari memandangi wajah Dahyun dari samping.

“Aku tidak bisa mengusap-ngusapmu saat sedang menyetir begini anak kucing..., belajarlah tertidur tanpa harus ku usap atau ku peluk, kau bisa kan?,” tanya Dahyun.

“Aniya,” jawab Sana singkat, namun suaranya melemah menahan kantuk. Dahyun mengulas senyum kemudian mengusap puncak kepala Sana lembut. Benar saja, kelopak mata Sana terasa semakin berat kala Dahyun mengusapnya. Usapan atau pelukan Dahyun memang membuatnya seketika merasa aman dan nyaman. Pikiran-pikiran yang mengganggu otak Sana seolah pergi begitu saja saat usapan itu mendarat di kepala Sana.

Dahyun kembali menyimpan kedua tangannya di atas setir. Karena kalau tidak begitu, ia dan Sana akan sama-sama mengalami kecelakaan konyol sebab Dahyun mengemudi dengan satu tangan.

“Kenapa berhenti?,” tanya Sana.

“Kau belum tidur juga.., aku butuh dua tanganku untuk mengemudi sayang,” jawab Dahyun.

Arti Sebuah Cinta / Eonni Im In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang