Bimo kira semenjak hari ulang tahunnya, hubungan dengan Dhita akan membaik. Namun nyatanya tidak. Dhita yang jarang kelihatan bahkan setiap Bimo mengerjakan progja KKS di ruang HRD Dhita tidak ada di ruangan. Ia dengar info dari mba Tyas kalo Dhita sedang sibuk dengan program baru payroll untuk gaji karyawan jadi ia jarang di ruangan melaikan lebih sering di ruang keuangan.
Tepat 2 minggu pertemuan terakhir mereka akhirnya Bimo bertemu dengan Dhita di ruangan HRD. Dhita terlihat lelah menatap komputer sembari menopang dagunya. Alunan musik di ruang HRD mengisi keheningan antara keduanya. Dhita pin tidak sadar kalo Bimo ada diruangannya karena sangkin fokusnya dengan file yang ia kerjakan di komputer. Bimo tersenyum kala mengingat dulu Dhita yang serius mengerjakan tugas karya seni ketika mereka SMA.
"Dhita berkas payroll udah di kirim ke atas ?" Tanya mas Dio ketika ia memasukin ruangan.
"Udah mas, baru aku kirim tinggal tunggu kabar dari atas aja"
"Oh siap, tanda tangan dr. Budi udah ?"
"Belom mas, besok pagi aku kesana." Jawab Dhita yang dibalas anggukan oleh mas Dio. Mas Dio lalu duduk disamping Bimo dan menyapa Bimo.
"Udah sampe mana kks medis ?"
"Kontrak sama dokter spesialis sih yang belum. Ada beberapa yang belum tanda tangan. Ini mau gue list biar enak minta tanda tangannya."
Dio mengambil list nama-nama yang ada lalu menatap Bimo dan Dhita bergantian. "Bim ini ada dokter yang barengan sama Dhita besok mau minta tanda tangan. Barengan aja"
Dhita menatap mas Dio kaget dan menggeleng "gak usah mas aku aja jalan sendiri, takutnya lama. Lagian banyak kan tanda-tangan dokternya"
Dio kembali melihat list nama dokternya "tapi ini ada 5 dokter di Rumah Sakit yang sama Dhit, kenapa gak sekalian aja ? Lagia itu Rumah sakit di kota sebelah dan agak jauh juga kan"
Dhita melirik Bimo dan menghela nafasnya "aku seterah Bim- eh maksudnya seterah dr. Bimo aja"
Bimo mengangguk setuju "yaudah besok saya sama Dhita jalan mas. Ini saya Whatsapp dokternya dulu biar besok gampang ketemunya."
Keesokan harinya Bimo dan Dhita pergi bersama ke kota sebelah. Bimo seperti kemarin menjemput Dhita di Apartement. Sepanjang perjalanan Dhita tidak lepas dari handphonenya karena banyak panggilan masuk di handphonenya. Bimo tersenyum kecil melihat setiap perubahan aura muka Dhita ketika mengangkat telfon. Dari yang awalnya ramah, terus judes, lalu ramah lagi begitupun selanjutnya. Tanpa Dhita sadar Bimo memarkiran mobilbya di salag satu kedai kopi. Bimo menggunakan bahasa isyarat kepada Dhita untuk keluar sebentar dan Dhita hanya mengangguk.
Dhita menghela nafasnya kesal. Kantor ia tinggal sebentar malah ada aja yang nyari masalah. Yang Dhita di salahin karena semua file salah, filenya tiba-tiba hilang, tapi nyatanya itu kesalahan orang atas. Mau nangis rasanya Dhita hari ini. Dhita menunggu Bimo yang ia pikir ke toilet. 5 menit kemudian Bimo masuk kedalam mobil dan menyerahkan segelas es kopi susu yang lagi banyak di beli.
"Hah ?"
"Lo dari tadi emosi, nih minum dulu"
Dhita menatap Bimo agak bingung lalu menerima es kopi susu yang Bimo belikan. Bimo melanjutkan perjalanannya.
Mereka sampai di rumah sakit tujuan mereka, lalu mereka memutuskan untuk berpisah arah karena kepentingan masing-masing.
Bimo sudah mendapatkan tanda tangan dokter yang ia perlukan. Namun dirinya melihat Dhita yang duduk di taman dengan bahu yang bergetar. Refleks Bimo berlari menghampiri Dhita dan benar saja, Dhita tengah menangis. Bimo berlutut di depan Dhita dan memegang bahu Dhita.
KAMU SEDANG MEMBACA
first.
Teen FictionDulu mereka bersama, namun karena ego kini mereka berpisah. wonwoo x sana alternatif universe