Hari - H akreditasi pun tiba. Dhita yang dari semalem udah menginap di kantor sudah bersih dan rapi menyambut pihak survyer datang ke rumah sakit mereka. Dhita menggunakan jas khusus yang dipake pada saat acara terentu di RS dan mengkuncir setengah rambutnya. Mas Dio duduk di sampingnya dan merangkul Dhita "tahun ketiga ya Dhit ?"
"Iya mas, sumpah aku deg-degan banget" ucapnya lirih. Mas Dio tertawa lalu mengacak puncak kepala Dhita, "udah tenang aja, pasti lancar-lancar aja. Yuk ke lobby, lo kan bagian penyambut tamunya" Dhita dan mas Dio berjalan menuju lobby. Mba Tyas memanggil Dhita untuk berdiri di sampingnya dan tak lama kemudian ada seseorang yang berdiri disampingnya dan Dhita hafal sekali ini wangi parfum milik siapa.
Semenjak dua hari lalu Dhita dan Bimo benar-benar tidak saling berkomunikasi kecuali mengenai akreditasi. Dhita memilih diam saja tidak mau menegur Bimo duluan. Semuanya berbaris dan Dhita mendengar Bimo mengobrol dengan Arlin yang ternyata berdiri disamping Bimo.
"Sleep well ?" Tanya Arlin
"Yah gitu" jawab Bimo singkat. Arlin terkekeh mendengar jawaban singkat Bimo. Ia melihat kerah baju milik Bimo berantakan dan ia langsung merapikan tanpa meminta izin Bimo. Dhita yang melihat hanya membuang mukanya malas melihat kedua orang di sampingnya.
"Mba gue tiba-tiba enek" ucap Dhita sedikit keras dan cukup bisa Bimo dengar.
"Lah kamu belom makan ? Pusing gak ?" Tanya Mbak Tyas panik sembari mengukur suhu di kening Dhita dengan tangannya.
"Udah mbak, ini mual trus panas gerah!" Ucap Dhita. Mba Tyas menyeritkan dahinya bingung karena cuaca di luar tidak panas dan kini mereka di lobby dengan keadaan pendingin ruangan menyala semua.
"Tau ah dhit, kamu aneh" ucap Mba Tyas lalu kembali fokus dengan keadaan sekitar.
Bimo tersenyum kecil mendengar perkataan Dhita. Keduanya berdiri berdampingan menyambut pihak survyer yang sudah datang. Semuanya kini ke aula untuk acara sambutan dari direktur dan dilanjut dengan dimulainya penilaian akreditasi. Mas Dio menghampiri tim KKS beserta dr. Alya "teman-teman kita kedapatan nomor urut 2 abis HPK jadi kalian siap-siap sekarang, persiapkan berkas yang menjadi PR tahun lalu, dan kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan kepada survyernya ya" semuanya mengangguk setuju dan paham lalu mereka mulai memeriksa berkasnya kembali.
Arlin menghampiri Bimo dan menepuk pundak Bimo. Bimo menatap Arlin kaget dan melihat Arlin menyerahkan segelas es coklat kepada Bimo "good luck Bim"
"Thanks. Btw gue musti ke tim gue buat meriksa berkas lagi" ucap Bimo yang melihat teman-teman KKS yang sedang memeriksa berkas. Dhita melihat satu - satu berkas yang akan dibawa dengan teliti. Ketika ia berjalan mundur ia tak sengaja menabrak tubuh seseorang yang ternyata Bimo.
"Sorry" ucap Dhita singkat lalu kembali mengecek semua berkasnya.
Setelah selesai, kini mereka duduk di bangku aula menunggu giliran untuk maju. Kaki Dhita tidak bisa diam dan Dhita mulai mengigit ujung kukunya tanda ia deg-degan dan takut. Bimo menarik tangan Dhita dan perempyan tersebut menatap Bimo tajam.
"Gak usah digigitin. Kebiasaan" ucap Bimo setelah menarik tangan Dhita
"Bawel, suka-suka gue" ucap Dhita yang melepaskan tangannya dari Bimo. Bimo kembali menahan Dhita dan memilih menggenggam tangan Dhita dan mengelus pelan. Dhita lebih memilih untuk memalingkan wajahnya. Bimo tau cara yang ampuh untuk menenangkan dirinya. Untung saja mereka duduk di paling belakang sehingga teman-teman KKS yang lain tidak mengetahuinya.
"Deg-degan ?" Tanya Bimo
Dhita mengangguk pelan lalu menghela nafasnya berat "takut kena bantai kayak tahun lalu" bisiknya pelan. Bimo mengelus pelan punggung tangan Dhita untuk kembali menenangkan perempuan tersebut. Hampir satu jam menunggu akhirnya kini giliran tim KKS yang masuk. Di dampingin dr. Alya, Mas Dio langsung memperkenalkan diri dan tim KKS.

KAMU SEDANG MEMBACA
first.
Teen FictionDulu mereka bersama, namun karena ego kini mereka berpisah. wonwoo x sana alternatif universe