tiga belas.

307 41 6
                                    

Ruang aula rumah sakit sudah di penuhi oleh kesepuluh tim progja akreditasi rumah sakit. Seperti biasa Mas Dio selalu mengajak timnya untuk duduk di belakang gak mau di depan. Dhita memilih duduk di pojokan deket jendela. Mba Tyas menyenggol Dhita dan berbisik "gue perhatiin udah hampir semingguan lo diem mulu, agak kalem. Kenape ?"

"Kenapa apanya ?" Tanya Dhita bingung

"Ya agak kalem, gak bawel. Apalagi kalo anak KKS pada kumpul"

Dhita refleks menundukan kepalanya mengerti maksud dari mba Tyas. Semenjak kejadian di apartementnya, Dhita dan Bimo memang agak sedikit menjauh namun mereka masih suka saling mengirim pesan. Dhita sendiri malu jika mengingatnya, apalagi setelah Bimo pergi ke RS dan membaca pesan dari Deva.

Dhita merasakan bahunya di tepuk dan melihat siapa yang melakukannya. Deva duduk dengan santai dan dengan senyum yang mengejek. "Bener kan kemaren ada tamu spesiaaal"

"Ssst diem deh, lo ngilang hampir dua minggu dateng-dateng langsung rese"

Deva tertawa lalu memberikan Dhita segelas teh hangat yang ia dapat dari pojok aula "maklum, kesayangan para dokter jadinya sibuk di ajak operasi sana sini"

"Ih jijik bener gue dengernya" timpal mbak Tyas yang mendengar kenarsisan Deva. Ketiganya tertawa lalu Deva menatap Dhita serius. "Jadi mobil yang parkir di tempat biasa itu mobil dia ?"

"Iya...lagian lo paham banget sih"

"Heh gue udah sering ke apartement lo masa gue gak tau tempat parkir khusus punya elo" omel Deva "ngapain aja ? Kayaknya khusyuk banget"

"Heh!" Dhita refleks memukul lengan Deva "sembarangan aja kalo ngomong"

"Tapi iya kan ? Iya doooong"

Deva terus menggoda Dhita hingga membuat Dhita bete lalu memukul dan mencubit Deva. Namun Deva tidak merasakan pukulan dari Dhita melirik dan melihat apa penyebab Dhita berhenti mukulin dia.

Arlin dan Bimo jalan bersama, namun yang membuat Dhita, Deva, bahkan semua orang di Aula adalah Arlin yang mengandeng lengan Bimo. Dhita merasakan dadanya bergemuruh dan tanpa sadar ia mengepalkan tangannya.

"Abis nyium gue dia malah gandeng cewek lain ? Ckck owalah jadi fakboi sekarang"

"Hah cium ? Siapa dhit ?" Ucap mba Tyas yang kaget mendengar cibiran Dhita.

Dhita menggeleng lalu memilih menatap depan tanpa menghiraukan bisikan-bisikan yang membahas keduanya.

Bimo melepaskan tangan Arlin di lengannya dan berbisik "ini yang terakhir. Gue gak mau lagi"

Arlin tersenyum dan berbisik "jangan sampe kalah main lagi sama gue makanya" Arlin menatap Bimo puas lalu melirik ke arah Dhita yang asyik menatap layar proyektor depan. Sebenarnya sepele, Arlin yang hari itu juga dinas malam malah stay di IGD tanpa balik ke farmasi demi bertemu dan menemani Bimo. Bimo marah dan menyuruh Arlin pergi. Gak kehabisan akal, Arlin menatang Bimo untuk main ludo dan siapa yang kalah harus menuruti permintaan yang menang. Memang apes, Bimo kalah dan Arlin meminta permintaannya ke Bimo hari ini. Mengandeng Bimo saat datang ke rapat pertama semua progja RS.

Arlin menatap Dhita tersenyum puas lalu melepaskan tangannya dari Bimo dan duduk bersama teman-teman satu progjanya. Bimo melipir ke pojokan dadn duduk di samping Dhita.

"Ngapain duduk sini ?" Omel Dhita yang kaget akan kehadiran Bimo

"Ya duduk ?"

"Kan banyak bangku yang lain"

"Enak disini"

Dhita mendengar deva yang menahan tawanya dari belakang dan meledek Dhita. Dhita menatap Bimo malas lalu mengabaikan lelaki disebelahnya yang sibuk dengan laptop di depannya.

first. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang