Namaku Kim Yewon atau teman-temanku sering memanggilku Yewon dan orang rumah memanggilku Yewonie cukup mudah dingat dengan kata Yewon bukan ? Aku terlahir dari 3 bersaudara dan aku anak tengah dari keluarga sederhana tapi sangat berkecukupan (saat ini) setelah banyaknya rintangan di usia kecilku sampai usia kepala dua ku tahun ini.
Rintangan yang mungkin akan terlihat biasa saja tapi sangat menyimpan banyak memori buruk diusia 7 tahunku, ayahku seorang karyawan diperusahaan besar dalam artian dia seorang karyawan yang rutin mendapat gaji setiap bulannya bahkan bonus-bonus yang didapatnya dari kerja lembur dan tenaga yang dia berikan untuk perusahaan dinegara ini.
Dia seorang karyawan yang sangat rajin, dan tahun ini dia sudah bekerja lebih dari 30 tahun ditempat itu. Harus kutegaskan sekali lagi bahwasanyanya ayahku sangat pekerja keras dan selalu disiplin dalam pekerjaannya.
Tapi pada usia 7 tahunku yang terhitung sebagai seorang bocah perempuan polos, keluargaku bermasalah.
Mimpi buruk datang saat tiba-tiba ayahku menjadi tersangka karena hutang yang dipinjamnya pada seseorang yang tak kunjung dibayar selama setahun lamanya, bukankah gaji karyawan perusahaan besar cukup untuk keluarga kecil kami mengapa dia memiliki banyak hutang sampai ratusan juta pada orang lain.
Alasan akan itu hanya satu karena dia "membutuhkannya" karena bisnis cadangannya sedang bangkrut dan perlu diketahui semua ini gara-gara adik ayah ku sendiri yang telah merugikan bisnis ini dan menyebabkan banyaknya hutang atas nama ayahku.
Berarti ini bukan salah ayahku bukankah begitu, dan juga ibuku hanya ibu rumah tangga biasa dia tak pernah berpoya-poya dengan uang gaji ayahku. Tapi tetap ayahku lah yang harus membayar semuanya dan bahkan dicari oleh polisi dan ayahku selalu bersembunyi didalam gudang setiap kali polisi mencarinya, aku melihat itu beberapa kali. Tapi walaupun begitu dia tidak sampai ditanggkap karena setidaknya ayahku selalu mencicil hutang itu setiap bulan.
Kami sampai menjual rumah kecil kami dan pindah kerumah almarhum nenekku yang adalah ibu dari ibu ku yang kebetulan kosong dan tak jauh dari rumah lama kami.
Aku baru berumur 7 tahun dan adikku baru terumur 1 tahun saat itu, kami tak punya apapun ayahku setiap hari bekerja keras dengan mengayuh sepeda tuanya kekantor, ibu ku mulai membuka warung kecil didepan rumah yang memang syukurnya ada warung kecil bekas almarhum nenekku dan setiap subuh ibu selalu pergi kepasar menggunakan alat transpostasi satu-satunya yang keluarga kamu punya yaitu sepeda tua berwarna biru tua bekas punya ibu saat muda.
Jika ibu sedang kepasar aku akan menjaga adikku dikasur selama beberapa jam sampai ibuku tiba dan membuka warung lalu ayahku yang akan pergi untuk bekerja setelahnya.
Kami tak punya apapun dan saat aku pergi kesekolah harus ikut dengan 2 teman lelaki yang dekat rumah itu yang kebetulan saat itu kami satu SD dan bertangga.
Setiap pagi setelah aku selesai besiap sekolah aku akan berlari kerumah seorang anak lelaki itu dan meneriki nama mereka untuk berangkat sekolah bersama dan memberiku tumpangan kesekolah.
Namanya Jimin dia yang selalu memberiku tumpangan dan bocah lelaki lainnya bernama Taehyung, dia sangat susah dibangunkan dan dia yang membuat aku dan Jimin harus menuggunya sambil sarapan dirumahnya, Taehyung tinggal dengan neneknya dan neneknya sangat pandai memasak di selalu memberi aku dan Jimin makanan yang enak.
Itu yang rutin kulakukan sampai umur 10 tahun sampai akhirnya orang tuaku bisa melunasi utang itu tanpa harus dikejar dan bersembunyi lagi dengan uang pinjaman dari bank yang bisa dipinjam oleh ayahku karena ada jaminan bahwa dia seorang karyawan tetap dari setiap bulan gaji nya lah utang itu dicicil setiap bulannya.
Dan kami kembali membeli rumah kami, aku sudah kelas 4 sekolah dasar dan adikku sudah masuk Taman kanak-kanak ibuku menjadi ibu rumah tangga biasa lagi dan kakak perempuanku sudah masuk SMA diluar kota yang memang setelah lulus Sekolah Dasar dia langsung diasramakan diluar kota. Kamipun menjalani hidup senormal mungkin diluar kota. Dia hidup sendiri, dia begitu keren.
3 tahun hidup dengan lilitan hutang, dipandang buruk oleh orang-orang bahkan dikucilkan dan bahkan tak dianggap bahkan didepan mataku sendiri ibuku pernah dituduh mencuri oleh tetangga kami padahal ayah bilang orang itulah yang sering membuka kotak uang warung ibu saat ibu sedang melayani pelanggan lain dan tak ada yang menjaga warung sampai akhirnya ibuku menangis dan aku yang melihat itu merasa bahwa bukan karena kami jatuh miskin dan kami akan mencuri bahkan karena kami miskin banyak orang yang merendahkan kami bahkan tak segan untuk meludah didepan kami saat berpapasan itu semua sudah pernah keluargaku alami.
Kalau ditanya bagaimana rasanya jadi orang kaya kurasa aku bisa merasakannya karena sebelum usia 7 tahun kelurgaku memang terkenal cukup kaya, lalu kalau ditanya bagaimana rasanya jadi orang miskin akupun pernah merasakannya. Dan hal paling mengerikan lainnya seperti bagaimana jadi anak broken home saat masih kecil akupun pernah merasakan itu, saat ayahku lembur dan tak pulang kerumah ibu sibuk dan pertengkaran mereka saat berselisih ini itu disaat kami banyak masalah, atau hal-hal yang buruk lainnya.
Dan aku bahkan pernah tak naik kelas satu tahun mungkin karena kejadian ini. Disaat teman-temanku dileskan aku tidak pernah sekalipun mendapat bimbingan belajar, atau saat teman-temanku punya sosok seorang kakak atau ibu yang mengajari mereka aku tak pernah mendapatkan itu dan tak ada satupun yang membantuku belajar ditambah dengan aku yang memang bodoh, dan untuk raport saja aku akan mengambilnya sendiri tanpa perwakilan seperti teman-temanku yang lain membawanya pulang dan dapat omelan karena nilaiku jelek bahkan saat aku tidak naik kelas.
⏳⏳⏳
KAMU SEDANG MEMBACA
-Sandglass-
FanfictionSaat membaca buku harian seseorang itu hal yang "sangat menyengakan", rasanya seperti membaca novel. Kalau kalian bertanya "mengapa aku melakukan ini ?" Aku akan menjawab dengan kalimat tanya pula yaitu "mengapa aku sampai melakukan hal seperti ini...