Halaman 5 : Anganku

84 14 4
                                    

Setelah semua mimpi dan omong kosong itu, 2 bulan setelah lulus dari SMA ibuku menyuruhku untuk mendaftar disalah satu universitas swasta dikota ini dan digelombang terakhir aku baru mendaftar dengan sedikit rasa masih kecewa dengan jalan hidup menyedihkanku ini, akhirnya aku ikut tes dan hal-hal lain sampai akhirnya aku lulus diuniversitas swasta tertua kota ini tanpa banyak masalah.

Dari psikologi aku malah dianjurkan oleh kedua orang tua ku untuk masuk fakultas ekonomi dengan prodi management sangat jauh berbeda dari keinginaku dan pola pikir ku tapi apa boleh buat aku mengikutinya, yang jujur masih setengah hati dan rasa kecewa.

Bahkan sehari setelah ospek usai aku jatuh sakit, badanku sangat panas, tak bisa bangun dan hanya berbaring dikasur kalau anak noraml lain akan diperhatikan saat sakit berbeda denganku.

Kedua orang tuaku bahkan tak tahu kalau aku sakit, mereka tak tahu kalau aku demam mereka hanya sibuk dengan dunia mereka tanpa memikirkan aku yang sedang meringis karena kepalaku sakit.

Tapi untungnya aku masih bisa bangun saat itu dan bahkan aku masih bisa makan dengan tenang walaupun lidahku sangat pahit dan kepalaku saat pusing saat jam makan tiba.

Keluarga kami tak pernah makan bersama dimeja makan kecuali saat ada acara keluarga maka dari itu mereka bahkan tak menyadari porsi makanku yang berkurang ataupun wajah pusatku selama beberapa hari.

Akhirnya aku masuk untuk pertama kalinya kekelas istimewaku di universitas swasta tertua ini untuk pertama kalinya setelah sebulan sesudah ospek berakhir yang jujur kelas ini dari pertama aku masuk sudah membuatku jenuh dan aku tak suka dengan suasananya yang menurutku sangat menyebalkan ini, ini benar-benar bukan gayaku.

Disaat masa akhir Sekolah Dasar ku pilihan sekolahku dengan kedua orang tuaku selalu berbeda. Awal kelulusan Sekolah Dasar aku sudah berpikir kalau aku ingin meneruskan ke SMP diluar kota tapi kedua orang tuaku ingin aku masuk SMP diBusan saja dan aku dengan percaya dirinya mengikuti tes dikedua sekolah itu dan nasib baik pengumuman di SMP luar kota lebih cepat dan aku lulus dan langsung mendaftar menjadi murid dan 2 hari setelahnya pengumuman di SMP Busan dan aku juga lulus tapi sudah terlanjur diluar kota jadi mau tidak mau aku akan jadi siswi di SMP favoritku. Dan ini bertentangan dengan kedua orang tuaku, tapi mereka harus menghargai keputusanku.

Begitu juga saat lulus dari SMP kedua orang tuaku ingin aku masuk SMA dikota itu pula dan aku punya pilihanku sendiri yaitu SMA di Busan karena aku merindukam teman-temanku yaitu Taehyung dan Jimin.

Seperti saat masuk sekolah menengah pertama 3 tahun lalu akupun mengikuti 2 tes sekaligus di luar kota dan diBusan. Aku gagal masuk SMA diluar kota dan aku berhasil masuk SMA diBusan satu sekolah dengan Taehyung juga Jimin dan akhirnya ini juga bertentangan dengan kehendak kedua orang tuaku.

Mungkin ini akhirnya aku harus mengikuti keputusan orang tuaku, menghargai keputusan mereka bukan memaksakan kehendakku lagi. Maka dari itu sekarang aku berada di universitas pilihan orang tuaku yang jujur masih kuterima dengan setengah hati sebelum satu alasan yang membuatku yakin bahwa inilah yang terbaik, inilah takdirku dan itulah yang membuatku tabah.

Aku disuruh untuk memilih versi non reguler yaitu hanya masuk kelas 2 kali selama 2 hari dengan jangka 2 minggu sekali dengan 7 mata kuliah dan 20 sks yang terisi dan itu sangat bukan diriku, ini sama saja seperti hanya duduk dan pulang selama 2 hari bahkan ini lebih singkat dari jadwal keperputakaanku setiap minggu.

Jujur aku bukan tipe seperti itu. Aku lebih suka belajar, aku lebih suka sekolah dan ini sungguh bukan aku, aku suka berteman tapi disini aku merasa masih sangat muda dari teman kelasku yang lain yang rata-rata terpait 5 tahun denganku dan itu cukup membuatku sulit untuk mencari teman dan mencari bahan obrolan yang pas dengan mereka, sungguh ini bukan dunia ku.

Tapi sejujurnya lebih sulit saat aku pertama masuk SMA karena disaat itu aku selalu berpikir untuk mencari teman, teman dan teman karena aku sangat terkenal perdiam di SMP ku dulu. Siswa tak terlihat mungkin, yang tak punya banyak teman, tak suka kekantin saat istirahat, tak pandai bicara dan berteman, tak pintar, tak cantik dan juga tak dikenal dikelas.

Bahkan saat pertama kalinya aku masuk SMA aku merasa bahwa aku harus berubah, aku tak bisa terus-terusan menjadi Yewon yang pendiam dan bodoh aku harus mendapat teman dan beradptasi dengan orang lain dengan begitu aku akan dengan mudah mendapat teman.

Aku mulai merubah hidup monotonku dengan lebih banyak berintraksi dengan yang lain. Jujur awalnya aku sangat merasa terkejut dengan dunia SMA yang menurutku liar ini. Aku pernah menonton sebuah tayangan dari negara lain di tv dan dari episode pertama aku selalu berkomentar bahwa hal yang ku nonton ini tak akan ku alami saat SMA apalagi dikorea ini sangat tidak familiar dari hidup monotonku dari dulu.

Sampai akhirnya aku melihat kenyataan bahwa teman lelaki sekelasku hampir semuanya perokok bahkan mereka tak malu untuk merokok didalam kelas saat pergantian jam pelajaran apalagi saat jamkos dan mereka membolos meloncati pagar belakang berbondong-bondong dengan anak nakal kelas lain.

Bahkan salah satu teman kelasku ada yang sampai menikah diam-diam disaat dia masih berstatus sebagai seorang siswi dengan fakta bahwa ternyata dia sudah mengandung dan tak ada yang mengetahuiku.

Dia dengan mulusnya menyembunyikan itu saat sekolah sampai dia bisa melahirkan, dan kebetulan salah satu perawat yang membantunya bersalin memberitahukan itu pada wali kelas 11 ku saat itu dan dia langsung mempertanggung jawabkannya dengan harus rela dikeluarkan secara tidak sopan.

Bahkan minum obat terlarang dan meninggal karena overdosis, minum oplosan yang tak karuan dan bahkan sosok siswa SMA yang tattoan dan bertindik semuanya komplet dikelas ku yang terkenal kelas membangkang ini. Setiap hari aku melihat mereka minum obat dan teler dikelas, ini bahkan disekolah bagaimana diluar aku tidak bisa membayakannya.

Mencuri uang teman dikelas bahkan merusak properti kelas dan lab kimia bahkan memecahakan kaca jendela kelas lain itu sudah sangat familiar dimasa SMA ku saat satu kelas dengan semua pembuat onar itu, sungguh aku sangat culture syok.

Bahkan dalam hitungan satu semestar pertamanku di SMA sudah ada 4 murid yang dikeluarkan, dan setiap tahunnya kelasku menjadi kelas yang paling sedikit muridnya padahal awalnya kelasku adalah kelas yang paling banyak muridnya dan bahkan ini kelas unggulan.

Sampai akhirnya dikelas 11 aku menjadi wakil ketua kelas dan dikelas 12 aku menjadi ketua kelas yang menjadi penaggung jawan kelas unggulan ter onar sekolah ini. Apapun yang mereka lakukan akulah yang harus maju terlebih dahulu, apapun yang terjadi akulah yang akan ditanyai oleh semua guru dan yang paling sering bolak-balik kantor guru untuk memastikan mereka mengerjakan tugas, berperilaku baik dan hal-hal lainnya dikelas.

Mulai dari situ aku mulai menyukai yang namanya memimpin bukan dipimpin, aku pun menjadi orang yang sangat suka pujian dan terkesan bermuka dua. Aku sangat individualisme dan mau menang sendiri, aku menjadi serakah dan selalu ingin dinomor satukan disetiap kegiatan.

Aku tak merasakan yang namanya simpati atau empati, hatiku menjadi keras aku bahkan tak menagis saat guru agama memutarkan video tentang berbakti pada kedua orang tua. Hatiku mungkin sangat dingin karena dari dulupun hatiku tak pernah mendapat kehangatan dari orang sekitarku.

Tapi anehnya aku masih sering menangis saat melihat orang lain tersakiti ataupun sedang kesusahan, menangis saat aku mengingat bagaimana hidupku selama ini sangat tidak adil dan penuh dengan kesepian. Dengan air mata yang menetes tapi tidak dengan hatiku, hatiku biasa saja tak kurasakan sesak ataupun tersentuh rasanya biasa saja seperti tak ada yang terjadi.

Seperti halnya tertawa aku bisa tertawa dengan lelocuan super garing guru geografiku tapi tak kurasakan kesenangan dibalik tawaku, tak ada kecerian disetiap senyum yang kutampilkan setiap bersama dengan temanku, aku begitu merasa hampa.

Dan itu yang kurasakan setiap menangis, mataku mungkin berair tapi hatiku tak tersentuh ataupun sesak sedikitpun. Aku mungkin tertawa tapi tak ada kebahagian dihidupku. Aku begitu hampa dan aku seperti tak mempunya emosi yang normal dan terasa seperti emosiku telah mati itu yang kurasakan sampai aku terus ingin mengakhiri hidupku.

⏳⏳⏳

-Sandglass-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang