Halaman 3 : Adikku Yo Han

97 17 0
                                    

Dan aku juga punya adik laki-laki berumur 14 tahun dengan 6 tahun perbedaan usia denganku. Dia masih duduk dibangku SMP ditinggat 3 nya, dia adalah satu-satu orang rumah yang bisa kuajak bicara dan keluar rumah saat bosan, ialah Yohan.

Aku sangat bersyukur memilikinya dihidup membosankanku ini dan "di keluarga yang terlihat hangat tapi sangat dingin ini".

Yohan sekolah sepanjang hari saat weekday dan dia juga hanya memiliki satu hari libur diweekend. Tapi suatu ketika aku mulai mencurigainya saat setiap dia pulang sekolah aku selalu mencium bau asap rokok yang sering tercium dikelasku.

Mungkin karena setiap hari mendapati teman-teman lelakiku dikelas yang perokok aktif aku jadi lebih peka dengan aroma ini.

Sampai akhirnya aku menggeledah tas sekolahnya saat dia sudah tertidur lelap karena kelelahan, saat itu dia baru anak kelas 1 SMP dan aku cukup kaget saat melihat bungkus rokok kosong, beberapa batang rokok didalam tas bagian lain dan ada 3 koreng api didalam tasnya.

Akupun menambilnya memasukkanya kedalam sebuah kantong plastik hitam dan menyimpannya tanpa bicara apapun pada Yohan bahkan keesokan harinyapun aku tetap diam.

Sampai akhirnya 3 hari setelah itu aku mulai bertanya padanya "apa temanmu ada yang merokok ?" Dan dia tidak menjawab tapi malah pergi kedapur jauh dari ku yang sedang ada dikamar menonton tv.

Dari saat itu dia tak pernah masuk kamarku lagi dan mulai menjauh akupun hanya mendiamkannya tapi mungkin karena kami terbiasa menonton tv dikamarku diapun masuk kamarku lagi setelah beberapa hari dan mulai bersikap senormal mungkin tapi masih dengan mata takutnya dan tak pernah membuka suara saat aku bicara hal-hal di tv.

Aku mulai bertanya lagi hal yang sama padanya "apa temanmu ada yang merokok ?" dan akhirnya dia bilang kalau teman-temannya perokok tapi bukan perokok aktif hanya sesekali saja dan diapun jujur padaku bahwa dia juga mencobanya sekali diwaktu jamkos kelas dibelakang sekolah.

Aku pun memperlihatkan kantong plastik hitam yang berisi barang temuanku didalam tas sekolahnya dan dia mengakuinya kalau itu miliknya dan beberapa teman-teman sekelasnya di SMP.

Jujur aku sangat kesal, di saat aku SMP sepertinya aku bahkan tak pernah melihat teman sekelas atau bahkan kakak kelasku merokok diarea sekolah dan diluar sekolah.

Perokok adalah hal yang tidak familiar dimataku karena lingkungan kami tinggal saat ini tak ada perrokok, ayahku dulu perokok tapi setelah kejadian dahulu beliau mulai berhenti bahkan tak pernah kutemui ayahku merokok lagi.

Walaupun firasatku bilang bahwa ayahku masih merokok diluar rumah, karena pernah beberapa kali aku melihat beliau seperti merokok tapi kuhiraukan semua itu. Kupikir mungkin ayahku butuh hal itu untuk melepas penatnya.

"Aku akan membelikanmu rokok yang banyak tapi merokoklah diruang santai, didepan ibu dan ayah" aku mengatakannya didepan Yohan yang sudah mulai ingin menangis, aku bersumpah akan membelikannya rokok sekantong plastik besar dengan syarat dia harus merokok didepan kedua orang tua kami.

"Aku bersungguh-sungguh, kau masih kelas 1 SMP dan kau berani merokok disekolah. Kau ingin bunuh diri secara perlahan ?, lebih baik kau tabung uangmu daripada untuk membeli rokok lebih baik kau kumpulkan untuk membeli hal yang lebih berguna" dan aku pun akhirnya membuang barang yang kutemukan di tas Yohan itu dan tak membahasnya lagi.

Dari saat itu tak pernah kucium asap rokok dari baju sekolah Yohan lagi, dan dia lebih sering menabung bahkan tabungannya sangat banyak saat ini sampai aku membuatkannya buku tabungan dibank.

Beberapa waktu lalu dia bahkan mampu membeli 2 baju sekaligus, 1 jaket, jam tangan mahal baru dengan uang tabungannya sendiri.

Ini lebih baik daripada membuang uangnya untuk bunuh diri secara perlahan, kubilang padanya dia masih sangat muda untuk merokok aku tidak akan bilang begitu jika saja dia sudah dewasa dan mencari uang sendiri atau bahkan sudah berkeluarga itu tinggal pilihannya sendiri bukan tanggung jawabku, tapi masalahnya aku tak ingin adik tersayangku ini menjadi seorang pecandu hal-hal seperti itu karena menurut pandanganku dimulai dari rokok lalu minum-minuman keras bahkan narkoba begitulah dunia ini semakin kita tua akan semakin kejam dan tak terampunkan.

Itu yang kupelajari dari pengalaman dimasa SMA ku yang penuh dengan warna-warni dunia luar yang sangat kejam dan mengerikan jika saja aku salah pergaulan mungkin aku juga akan terjerumus pada hal-hal berbau candu seperti itu karena kenyataannya banyak teman dikelasku yang sangat liar didunia luar yang kejam ini.

⏳⏳⏳

-Sandglass-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang