Seperti orang lain aku juga punya impian dan cita-cita setinggi langitku.
Ibaratnya aku sudah membuat istana pasirku sendiri untuk masa depan yang menurutku akan membuatku bahagia (kemauanku), tapi dalam hitungan detik istana pasirku hancur diterjang oleh hantaman ombak yang begitu keras dari kedua orang tuaku.
Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya dan menuruti kehendak mereka bukanlah hal yang salah, mungkin memang ini kunci suksesku kelak.
Tapi walaupun begitu semua orang tua tidak akan benar-benar tahu perasaan anaknya, seperti halnya orang tuaku saat ini. Mereka hanya memaksakan kehendak mereka tanpa tahu bagaimana perasaanku yang mereka tahu hanyalah aku harus jadi anak yang penurut jika ingin sukses.
Apa dengan menuruti mereka aku akan sukses, menjadi boneka mereka ? Aku yakin kalau orang tuaku memang akan menuntunku kekesuksesan tapi aku juga masih punya ego ku sendiri yang sangat besar diusia ini.
Tapi apa boleh buat mungkin ini lah takdirku yaitu mengikuti kemaukan mereka walaupun aku harus merelakan impian terbesarku.
Sesungguhnya aku ingin menjadi pskiater, tidak mudah bukan ? Kalau ditanya mengapa aku memiliki impian yang tidak terlalu dilirik banyak orang itu aku akan bilang kalau aku ingin memahami diriku dan juga orang lain dari segi sifat dan kepribadian jutaan makhluk terrumit muka bumi ini yaitu manusia.
Karena jujur menurutku manusia itu sangat unik dan masalah-masalah yang manusia hadapi adalah masalah yang sangat rumit bahkan untuk diriku sendiri saja aku masih bingung tentang "bagaimana diriku sebenarnya ?" atau "kenapa sebenarnya diriku, mengapa aku harus mempunyai masalah seperti ini ?"
Aku suka dengan hal-hal yang seperti itu, tentang memahami pola pikir seseorang, mengetahui masalah orang lain lalu memberinya solusi atau nasehat dan bahkan memahami kepribadian orang lain dan diriku sendiri untuk membuatku menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Aku ingin mengerti mereka dan setidaknya aku juga akan mengerti diriku seutuhnya bukan lagi bertanya-tanya siapa aku, mau jadi apa aku, bagaimana aku nanti atau pertanyaan-pertanyaan lain yang membuatku hidup dengan begitu sulit sampai saat ini tanpa tahu tujuanku sesungguhnya bagaimana.
Disaat orang-orang bertanya padaku mereka hanya akan larut dipikiran mereka sendiri setelah mendengar kalimat "aku ingin kuliah psikologi" atau hal-hal tentang seorang pskiater yang mereka pikir ialah seorang cenayang, peramal, seorang penipu ataupun dukun dan sebutan-sebutan lain yang serupa dengan itu tanpa memperhatikan alasanku sebenarnya dan menertawakanku dengan tawa remeh mereka yang bilang "mau jadi apa kamu dengan gelar itu ?" Atau "kau tak akan dapat pekerjaan !" Dan ocehan-ocehan lainnya.
Banyak sekali yang tidak mengerti apa itu pskiater sesungguhnya. Mereka hanya tahu bahwa aku akan kesulitan mendapat pekerjaan dengan kuliah mengambil jurusan psikologi, bahkan orang awam yang menertawakanku remeh tak mengerti bedanya psikolog dan pskiater dan hanya bicara semau mereka.
Tapi sudah setahun setelah lulus SMA dan aku hanya menjadi pengangguran dan berkurung diri dikamar yang begitu membosankan ini. Omong kosong tentang cita-citaku dulu saat masih SMA menjadi boomerang untuk diriku sendiri, inilah awal kekecewaanku pada kedua orang tuaku dan bahkan pada diriku sendiri.
Sebelumnya aku sangat bersemangat tentang ini, aku dengan tegas bilang bahwa aku ingin kuliah dijurusan psikologi klinis dewasa dan tujuan-tujuan lain yang menguntungkanku untuk masuk jurusan tersebut, aku terus belajar untuk tujuanku ini karena memang sungguh aku sangat ingin menjadi seorang psikolog atau bahkan hanya sekedar menjadi assisten psikolog pokoknya seperti itulah impianku.
Setelah dapat izin dari ayahku aku mulai makin memantapkan tekatku dari kelas 2 SMA. Dan setelah beberapa bulan aku mengantongi izin dari ibuku untuk kuliah diluar kota dengan jurusan yang ku mau tersebut. Ini benar-benar membuatku sangat senang dan membuatku terus belajar dengan giat, aku selalu dapat peringkat 3 besar dikelasku selama SMA dan belajar berbagai hal yang berkaitan dengan dunia psikologi dengan buku-buku diperpustakaan dan sumber-sumber lain.
Aku bahkan ikut tes saat kelas 2 SMA untuk bisa masuk universitas swasta yang khusus diadakan sekolahku dengan pilihan jurusan bebas dan akupun memilih psikologi yang ku mau dari awal itu, dan setelah 6 bulan hasilnya keluar dan aku lulus di 4 universitas swasta terbaik di 4 kota besar dinegara ini dan hanya tinggal melengkapi berkas aku sudah dengan jelas langsung diterima tanpa tes lain nya yang begitu rumit bahkan ini 8 bulan sebelum kelulusan tingkat SMA ku.
Waktu untuk memutuskan aku benar-benar akan memilih salah satu universitas itu adalah 2 bulan lamanya, hanya butuh berkas nilai raport dari kelas 1 semestar 1 sampai yang terakhir dan juga langsung melunasi herregenestrasinya dan aku akan langsung tercatat menjadi salah satu mahasiswa baru.
Selama 1 bulan kupikirkan dan kubilang pada kedua orang tuaku, kakakku bahkan juga sepupuku tapi kedua orang tua ku menolak mereka bilang ini terlalu jauh dari mereka dan hal-hal lain.
Kakak ku bilang kalau aku tidak akan bisa kesalah satu unversitas ini karena dia tidak mempercayai kalau aku memang bisa hidup diluar sana tapi syukurnya semua orang mendukungku kecuali orang tua dan kakakku, sugguh sangat kejam.
Disaat keluarga adalah wadah utama untuk penyemangat, keluargaku bahkan menjadi musuh utama mentalku diusia sangat muda. Aku masih bisa mengerti kalau saja mereka mengatakannya dengan lebih halus dan setidaknya memberiku selamat karena bisa lulus ujian universitas swasta itu.
Tapi ini untuk selamat saja aku tak mendapatkannya apalagi persetujuan. Mereka langsung bilang bahwa "tak usah" dan "terlalu jauh dari rumah" padahal universitas impianku lebih jauh dari 4 universitas ini.
Sampai akhirnya batas waktu pengiriman berkas berakhir dan surat kelulusan 4 universitas ku hanya menjadi pajangan saja tanpa dipergunakan padahal dari satu sekolah hanya aku yang lulus dijurusan itu, sangat disayangkan bukan ?
Dan sebulan sebelum ujian nasioanl SMA ku kedua orang tua ku mengatakan kalau aku tidak akan bisa ke universitas yang ku mau padahal awalnya kami sudah deal akan itu tapi mereka mengingkarinya, mereka bilang semua universitas itu bagus dimanapun dan mereka bilang aku hanya boleh kuliah dikotaku saja tak ada lagi izin untuk kuliah diluar kota seperti impianku.
Dari kelulusan diuniversitas swasta itu aku mulai curiga kalau aku memang tidak akan bisa menuruti kemaukanku dan harus dikordinator oleh kedua orang tuaku.
Tapi awal kecurigaanku saat itu aku tak ingin memikirkannya karena kami sudah deal bahwa aku bisa kuliah diluar kota menuju mimpiku.
Tapi tiba-tiba istana pasirku hancur ditelan ombak.
Impianku pun hancur, sangat hancur aku sudah mencari tahu semua hal tentang universitas itu dan semua hal yang mesti aku siapakan nanti, aku sangat antusias karena setelah kelulusan aku bisa mendaftar keuniversitas itu tapi hal itu sangat membuatku hancur bahkan ujian nasionalku nilainya sangat buruk dan aku terus menyalahkan diriku sendiri karena terlalu berharap dengan impian omong kosong itu.
Bahkan satu kelas sudah tahu bahwa aku akan kuliah di universitas dengan jurusan ini tapi itu hanya omong kosong seorang gadis umur 17 tahun sepertiku sangat menjijikan dan penuh dengan olokan teman-temanku bahkan tak segan mereka selalu bertanya hal-hal yang sama yaitu "mengapa kau tidak jadi kuliah disana dan malah jadi seperti ini sekarang" atau pertanyaan-pertanyaan dengan 5W+1H nya yang hanya ingin tahu saja tanpa memahami perasaanku.
Jujur aku sangat muak dengan pertanyaan "5W+1H" itu, jadi jawabanku hanya satu "yeah... why not ? Ini hidupku" dan aku berusaha untuk sesantai dan setenang mungkin padahal dalam hati ku tanpa sepengetahuan orang-orang ini aku sangat kecewa dengan hal ini dan aku tidak butuh pertanyaan itu, jadi bisa kan mereka menggantinya dengan kata-kata penyemangat atau lelucoan yang membuatku melupakan kekecewaan ku, tapi tak satupun kudapat.
Harapan tak akan sesuai dengan realita kaum remaja saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Sandglass-
FanfictionSaat membaca buku harian seseorang itu hal yang "sangat menyengakan", rasanya seperti membaca novel. Kalau kalian bertanya "mengapa aku melakukan ini ?" Aku akan menjawab dengan kalimat tanya pula yaitu "mengapa aku sampai melakukan hal seperti ini...