When JenJo have their own baby...
Part 3!!!!!
[●] Percaya ga percaya, dia itu ayah sekaligus suami yang usil.
"Dek." Panggil Jeno agak berbisik sambil tangannya bergerak buat menggoyang pelan lengan kecil baby Lee yang duduk anteng di sampingnya.
Si kecil yang lagi berfokus ke puzzle di hadapannya langsung nengok dan menatap ayahnya itu dengan mata bulatnya yang keliatan berbinar.
"Mau punya bunda baru ga?" Tanyanya, iseng. Jangan lupain kedua alisnya yang bergerak naik-turun pas nanya kayak gitu.
Si kecil itu cuman terdiam menatap ayahnya yang udah tersenyum penuh arti. Jidatnya keliatan berkerut dalam dengan bibirnya yang agak maju. Ga lama, matanya keliatan menyipit ga suka dan dia langsung buang muka dari ayahnya.
"Dek, hei, Ayah nanya ini. Mau bunda baru ga kamunya? Bunda yang ga suka marah-marah, bunda kamu yang sekarang kan hobinya marah-marah."
Baby Lee cuman terdiam, dengan kerutan di jidat dan juga bibir yang masih keliatan maju, cemberut.
Ngerasa usaha mengusili anaknya ga berhasil, Jeno beralih merebahkan dirinya tepat di samping anaknya itu, "diem-diem aja ditanyain. Kebiasaan kamu." Dengus Jeno terus langsung nutup mata berusaha tidur di jam menjelang siang ini.
Begitu mata Jeno tertutup, mata yang sama persis kayak Joanna itu melirik ke arahnya dengan raut kesal yang tercetak jelas di sana. Dia langsung bangkit dengan susah payah, karena popok yang makin berat, dan langsung melangkah dengan terburu ke arah dapur.
Seingatnya si bunda ada di sana buat nyiapin makan siang.
Jeno yang sadar anaknya pergi itu cuman melirik dengan sebelah mata yang terbuka dan kemudian balik mencoba buat tidur lagi.
Sedangkan sekarang si kecil udah menarik-narik ujung baju bundanya dengan susah payah, "ndaaaa! Ugh... Ndaaa!" Panggilnya dengan kaki yang masih berusaha berjinjit dan tangan yang masih berusaha menggapai ujung baju bundanya.
Joanna yang lagi masak mau gamau mengalihkan perhatian dan langsung mematikan kompor begitu sadar kalo anaknya itu mau ngomong sesuatu. Joanna langsung berjongkok buat menyamakan tingginya dengan si kecil dan langsung mengulas senyuman hangat, "kenapa sayang? Udah selesai puzzle-nya?"
Kepala si kecil menggeleng ribut, terus kakinya bergerak maju beberapa langkah sampai perut gembilnya menabrak kaki si bunda, "Yah, Nda..." Bisiknya dengan tangan yang udah mendekap leher Joanna supaya mendekat ke arahnya.
Joanna mencoba nahan tawanya, karena nafas ga beraturan si kecil menerpa telinganya, "Ayah kenapa, hm?"
Si kecil melirik bundanya dengan mata melebar, bersiap ngadu, "Ayah unya Nda balu."