Sorry for some typos and enjoy!
Mata Joanna tertutup dengan nyamannya begitu ngerasain elusan lembut Jeno di bagian belakang kepalanya. Sesekali tangan Jeno bakal memijit pelan bahu atau tengkuknya ngebuat Joanna makin merasa nyaman. Pelukan Joanna di pinggang Jeno mengerat, ngebuat tubuh mereka jadi makin merapat dan kehangatan makin menjalar di antara keduanya.
Rasanya tenang dan nyaman banget. Selama kurang lebih 2 minggu yang menguras air mata dan juga pikirannya, akhirnya Joanna bisa ngerasa nyaman kayak gini. Rasa kantuk bahkan menyerang Joanna dengan mudahnya sekarang, beda dari yang kemarin-kemarin sampai Joanna harus minum obat tidur kalo mau terlelap dengan tenang.
Mata Jeno udah keliatan menahan kantuk, tapi dia ga bisa benar-benar tidur sekarang. Gatau kenapa pokoknya kayak ada suatu hal yang melarang Jeno buat tidur sekarang. Bersyukur karena besok kelasnya dimulai jam 11, jadi dia ga harus ketar-ketir pagi nanti karena dikejar waktu.
Di jam yang udah lewat tengah malam ini, mereka berdua malah ga bisa benar-benar tidur sama sekali.
"Yang..." Panggilan lirih dari Joanna ini ngebuat Jeno menundukan kepalanya, matanya yang awalnya udah tertutup sekarang terbuka lagi dengan tatapan mengarah lurus ke puncak kepala ceweknya.
"Hm? Kenapa?"
Joanna malah terdiam, dia cuman mengeratkan pelukannya tanpa ada niatan buatan menjawab pertanyaan Jeno. Gatau kenapa, dia cuman mau mendengar suara Jeno sekarang. Rasanya dia masih kangen sama cowoknya ini walaupun sekarang dia udah ada di dekapan hangat Jeno yang menenangkan. Mungkin emang perasaan Joanna aja yang jadi sensitif akhir-akhir ini.
Karena ga dapat jawaban apapun dari Joanna, Jeno jadi berinisiatif melonggarkan pelukan. Awalnya Joanna gamau, tapi akhirnya cewek Seo itu merenggangkan pelukannya di pinggang Jeno.
Cowok Lee itu langsung menyejajarkan muka mereka dan beralih menangkup pipi Joanna dengan sebelah tangannya. Ibu jarinya bergerak pelan mengelus pipi Joanna yang makin tirus, "tirusnya bukan karena diet kan?" Tanya Jeno dengan suara seraknya.
Joanna terdiam buat beberapa detik, dengan bibirnya yang tertutup rapat dan juga mata yang mengarah lurus ke arah Jeno di hadapannya.
"Mind to tell me? Hm?"
Joanna tetap milih buat berdiam diri, sekarang matanya udah tertutup erat karena lagi-lagi perasaan sesak mendadak memenuhi dadanya. Joanna bahkan gatau alasan pasti kenapa perasaan sesak itu hadir di dadanya.
"Joanna Seo." Panggil Jeno serius, kali ini gaada lagi senyuman tipis yang dari tadi terukir di bibirnya. Mata tajamnya menatap lurus dengan tatapan serius ke arah Joanna, sedangkan ceweknya itu malah menghindarinya dengan menutup mata.
Helaan nafas berat Jeno menerpa bibir Joanna, membuat matanya mau gamau terbuka. Tatapan mereka akhirnya beradu dalam keheningan, dengan Jeno yang menatap serius dan Joanna yang menatap sendu.
Jeno jadi makin yakin kalo sekarang ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati dan pikiran Joanna. Tapi ceweknya itu bahkan gamau cerita.
Helaan nafas pelan menguar dari sela bibir Jeno, "ya udah kalo belom siap cerita, ga usah dulu. Gue ga bakal maksa." Satu senyuman tipis yang terkesan menenangkan terukir di bibir Jeno, sukses ngebuat Joanna tertegun kecil di tempatnya.
Tangan Joanna kemudian kembali bergerak memeluk pinggang Jeno dan dia langsung melesakkan kepala ke ceruk leher Jeno.
"Cuman pengen peluk." Lirih Joanna setelahnya, dia menghirup nafas dalam-dalam di ceruk leher Jeno, ngebuat wangi maskulin khas cowoknya itu memenuhi indra penciumannya.