Random Thing : Their (actually) First Kiss

9.9K 1.5K 105
                                    

#Flashback

3 tahun lalu, promnight sekolah.

















"Pegal." Joanna menggumam pelan, diakhiri dengan embusan napas panjang yang terdengar berat. Berjongkok, Joanna memutuskan buat melepas heels yang dari tadi dipakainya. Dia bisa melihat kalo bagian tumitnya agak lecet, akibat terlalu lama makai heels dan dia sama sekali ga terbiasa memakainya.

"Nih."

Joanna mendongak begitu satu botol kopi terulur ke arahnya. Senyumanya merekah tipis begitu melihat sosok Jeno udah berdiri di hadapannya. Cowok Lee itu masih aja kelihatan ganteng walaupun penampilannya udah agak berantakan.

Rambut hitamnya yang tadinya tertata rapi udah kelihayan berantakan, jas yang dari tadi melekat di badannya sekarang cuman tersampir di lengannya. Lengan kemeja hitamnya juga udah digulung sampai siku dengan dua kancing teratas yang terbuka.

"Beli dimana?"

Jeno menunjuk ke arah gerbang utama sekolah yang masih terbuka lebar. "Di toserba seberang. Untungnya masih buka." Dia mendudukkan diri di samping Joanna. Menatap ke arah ceweknya itu yang lagi menegak kopi di tangannya.

Ga begitu lama menatap Joanna, tatapan Jeno teralih ke kaki Joanna yang sekarang udah ga dibalut apa-apa. Heels-nya juga udah ditaro ke sisi badannya, seolah gamau dipakai lagi.

"Kenapa kok dibuka?"

"Pegel. Ga nyaman. Sakit." Embusan napas berat keluar lagi dari sela bibirnya. Diluruskannya kaki yang tadi tertekuk. "Ini luka." Adunya ke Jeno, menunjuk ke arah tumitnya yang lecet.

"Kok ga bilang? Padahal tadi bisa beli plester. Sakit banget? Perlu dibeliin ga?"

Joanna langsung menggeleng, gamau merepotkan Jeno lebih banyak lagi. Dia yang meminta pulang duluan sebelum acara prom berakhir malam ini aja udah lumayan merepotkan.

Harusnya, kalo Joanna ga minta pulang duluan, Jeno masih bisa bercengkerama sama teman-temannya di dalam auditorium sana. Apalagi malam ini seolah jadi malam terakhir mereka jadi teman satu sekolah.

"Beneran gapapa?"

"Gapapa Jenooo." Joanna mencoba mengukir senyumannya, meyakinkan Jeno kalo dia ga kenapa-napa. "Capek, pulangnya nanti dulu ya? Duduk di sini dulu gapapa kan?"

Jeno mengangguk, merasa ga keberatan sama sekali berdiam diri dulu di taman dekat parkiran sekolah yang sepi ini. Tapi untungnya masih ada pencahayaan dari beberapa lampu taman yang menyala temaram. Walaupun pencahayaannya ga memadai, tapi Jeno bisa melihat dengan jelas muka mengantuknya Joanna.

"Dingin ga?" Tanya Jeno begitu sadar kalo Joanna cuman memakai dress yang roknya aja ada di atas lutut. Beruntung lengan dress yang dipakai cewek Seo itu panjang dan bahunya sama sekali ga terbuka.

"Ga terlalu sih." Walaupun Joanna udah menjawab begini sambil menggeleng pelan, Jeno tetap melampirkan jas putihnya di atas paha Joanna, sengaja buat menutupi paha ceweknya yang agak terekspos.

"Sini peluk biar ga kedinginan lagi."

Joanna tersenyum geli begitu Jeno tanpa persetujuannya langsung mendekapnya hangat dari samping. Dia menyamankan posisi, membiarkan sisi kepalanya bersandar dengan nyaman di dada Jeno. Dari jarak sedekat ini, dia bisa mendengar dan merasakan degupan jantung Jeno yang menggila di dalam rongganya.

"Deg-degan banget." Gumam Joanna sambil mengetuk-ngetuk pelan dada kiri Jeno dengan jari telunjuknya.

Jeno berdeham pelan. "Ya kalo ga deg-degan berarti meninggal."

[TERBIT] What Lovers Do :: Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang