Posessive Bintang--13

18.5K 1.6K 155
                                    

Sinta, Molly dan Sera kini berada di pusat perbelanjaan. Mereka menghabiskan waktu bersama saat selesai bekerja.

"Kau ingin membeli apa?" tanya Molly.

Sinta tampak menatap kesana kemari. "Emm, entahlah. Aku bingung," ucapnya.

"Atau kau ingin membeli pakaian untuk anakmu," ucap Sera dengan jahil.

Sinta mendelik. "Aku belum mengandung," ucapnya.

Sera mengangkat bahunya. "Siapa yang tau kau akan mengandung dengan cepat," ucapnya.

Molly mengangguk setuju. "Gen keluarga Antony sangat mendominasi," ucapnya.

"Aku jadi membayangkan bagaimana kalau kau mengandung bayi perempuan," ucap Sera. "Itu akan sangat seru mengingat kau memiliki suami yang sangat over protective,"

"Itu akan menjadi tontonan yang seru," balas Molly sambil terkekeh.

Sinta menatap sebal. "Berhentilah menggodaku," ucapnya.

"Baiklah. Baiklah. Bagaimana jika kita membeli baju?" tanya Molly.

Sera dan Sinta mengangguk mereka pun mengunjungi salah satu toko baju disana.

"Bagaimana dengan ini?" tanya Sera sambil menunjukan beberapa baju dengan belahan dada rendah.

Sinta meringis. "Se-sepertinya tidak," ucapnya.

"Kenapa? Bukankah itu bagus?" tanya Molly heran.

"Terakhir kali aku memiliki baju itu tapi baju itu langsung dibakar habis oleh Bintang," ucap Sinta.

Sera menggaruk pelipisnya. "Ah, memiliki suami yang sangat posesif sedikit menyulitkan ya," ucapnya.

"Baiklah," Molly menunjukan baju yang lebih tertutup. "Bagaimana dengan ini?"

Sinta mengangguk. "Aku akan mengambil itu," ucap nya.

Molly bersorak. "Baiklah. Aku akan memilihkan baju yang lumayan tertutup untukmu," ucapnya.

"Yo, bukankah ini Sinta? Si jenius sekolah kita dulu."

Sinta dan kedua temannya menoleh. "Jean," ucap Sinta.

Jean tersenyum sinis. "Tidak aku sangka bertemu denganmu disini," ucapnya. "Bagaimana rasanya di jual oleh ayah sendiri?"

Sinta mengepalkan tangannya. "Kau---"

"Ku dengar kau sudah menikah. Siapa pria yang mau dengan seorang wanita dari keluarga yang sudah hancur?" tanya Jean remeh.

Sera menarik tangan Sinta. "Mulutmu seperti seorang sales saja. Banyak berbicara dan membuat pusing," ucapnya.

"Kau tidak memiliki pekerjaan lain selain mengurusi urusan temanku?" tanya Molly sambil menatap pakaian yang di kenakan Jean.

"Terlihat dari pakaian yang kau gunakan. Teryata kau perempuan malam ya," Molly tersenyum sinis. "Apa kau tidak berkaca dulu?"

Jean melayangkan pukulan kearah Molly namun bukannya mengenai Molly tapi tamparan tersebut berhasil mengenai Sinta yang tiba-tiba berada di hadapannya.

Plakk~

Sinta meringis, sudut bibirnya mengeluarkan darah dan pipinya terlihat membengkak.

"Sinta!" teriak Sera panik.

Molly menarik baju yang di gunakan Jean. "Sialan! Kau ingin mati ya?" tanyanya sambil menggeram kesal.

"Siapa yang menyuruh jalang itu berada di depanmu?" tanya Jean sambil tersenyum miring.

"Siapa yang kau sebut jalang?"

Mereka semua langsung menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Bintang," ucap Sinta pelan.

∆∆∆

Bintang berjalan mendekat dengan beberapa bawahannya yang berjalan di belakang.

Bintang menatap kearah Sinta. Matanya menajam saat melihat wajah Sinta yang membiru dan terluka.

"Kau yang melakukan ini?" tanya Bintang dingin.

Jean melangkah mundur. Ia tau siapa yang berada dihadapannya ini. Bintang Orion, pria yang baru saja berhasil memperebutkan tender proyek triliunan rupiah menjadi direktur paling muda yang sudah memiliki banyak perusahaan.

Bintang memeluk pinggang Sinta. Ia menatap Molly dan Sera. "Kalian berdua pulanglah. Bawahan ku yang akan mengantar kalian berdua," ucap Bintang.

Molly dan Sera mengangguk. Molly menatap Jean dengan pandangan sinis, ia melambaikan tangannya kearah Jean.

"Kau ingin tau siapa pria yang menikahi Sinta kan?" tanya Bintang dingin. Jean menelan salivanya dengan kasar.

"Aku," ucap Bintang datar. "Aku yang menikahi Sinta."

"Kau berani mengganggu istriku?" Bintang menatap dingin.

"Kau Jean Claudy kan. Yang dulu pernah menjadi primadona di sekolah tapi di keluarkan karena kasus yang kau buat. Benarkan?" Bintang melepaskan jas yang ia kenakan dan meletakkan nya diatas pundak Sinta.

"Perlu aku ingatkan padamu," Bintang berjalan mendekat dengan perlahan. Ia menunduk.

"Aku paling tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu milikku sekalipun kau perempuan," bisik Bintang.

"Kau pikir karena kau perempuan aku akan melepaskan mu? Tidak. Kau salah besar, "Bintang menyeringai.

Bintang menatap tajam. "Nikmati kebahagiaan mu. Untuk terakhir kalinya," ucapnya.

"Siapapun mereka yang mengganggu istriku semua akan hancur. Termasuk kau Jean," Bintang tersenyum miring.

Bintang merangkul pundak Sinta. "Ayo pulang," ucapnya.

"Ah. Tapi barang yang aku beli---"

"Bawa barang milik istriku!" perintah Bintang pada bawahannya.

"Sudah kan?" Bintang tersenyum tipis.

Ia menyentuh luka disudut bibir Sinta. "Wanita itu benar-benar harus dihabisi," gumam Bintang.

"Aku tidak apa-apa," elak Sinta.

Bintang menatap tajam. "Pipimu bengkak kau masih bisa mengatakan dirimu baik-baik saja sayang?" tanyanya dingin. Sinta membuang muka. Tatapan Bintang sangat mengintimidasi nya.

"Aku benar baik---akhhh!" Bintang menggendong tubuh Sinta.

"Sepertinya hukuman dariku kurang untukmu ya sayang?" Bintang menyeringai. Wajah Sinta memucat seketika.

"Baiklah. Setelah ini kau akan menerima hukuman dariku baby,"

∆∆∆
TBC

Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang