Posessive Bintang--7

22.1K 1.7K 154
                                    

"Sayang. Kenapa kau jarang sekali datang kesini?" tanya Hana yang langsung memeluk tubuh Sinta saat dirinya dan Bintang baru saja masuk kedalam rumah.

"Maaf bibi. Aku memiliki kesibukan yang lain," ucap Sinta sambil tersenyum sungkan.

Hana menatap kesal. "Kenapa memanggilku bibi? Kau harus memanggilku mommy," ucapnya.

"Kau sudah menjadi kekasih anakku. Kenapa kau masih ragu?" tanya Hana.

Wajah Sinta memerah. "Ah, ba-baiklah," ucapnya.

"Dan kemana saja kau beberapa hari ini?" tanya Hana pada Bintang. Beberapa hari ini putranya tidak pernah pulang ke rumah.

"Aku menemani Sinta dirumah sakit," ucap Bintang dengan santai.

Hana menatap terkejut. "Rumah sakit? Astaga apa hubungan kalian sudah sejauh itu?" tanyanya senang.

Sinta menatap bingung. "Apa?" tanyanya.

"Apa Bintang menemanimu kerumah sakit untuk memeriksa kandungan atau yahh semacam itu?" tanya Hana. Sinta melongo.

"Ti-tidak seperti itu," ucap Sinta panik.

Bintang menghela nafas pelan lalu menarik tangan Sinta. "Ayo masuk. Kau tidak boleh terlalu lelah," ucapnya.

Sinta melotot kearah Bintang. Perkataan Bintang bisa membuat semua orang salah paham. Hana menatap jahil.

Sinta menyikut perut Bintang lalu berjalan mendahuluinya. Bintang terkekeh pelan.

"Sini sayang. Duduk sini. Kau pasti belum makan kan?" tanya Hana.

Alvaro menoleh dan tersenyum pada Sinta. "Sudah lama tidak bertemu, sepertinya kau banyak berubah ya. Kau bertambah gemuk," ucapnya.

Sinta tersenyum. "Akhir-akhir ini aku terlalu banyak makan," ucapnya sambil menyindir Bintang. Dalam seminggu ini ia selalu memakan makanan yang di belikan Bintang.

Pria itu berkata jika itu baik untuk tubuhnya. Alhasil berat badannya kini bertambah.

"Duduk sayang," ucap Hana sambil menepuk kursi di sebelahnya.

Sinta mengangguk namun belum sampai ia duduk Bintang langsung menggendong tubuhnya membuatnya terkejut bukan main.

"Bintang!" teriak Sinta terkejut.

Bintang menatap sekilas. "Mom, dad. Ada yang harus bicarakan pada Sinta," ucapnya.

"Bintang! Turunkan aku!" Sinta tampak memberontak di dalam gendongan Bintang.

"Jika kau berontak sekali lagi aku akan benar-benar menciummu," ancam Bintang.

Namun Sinta tetap tidak mendengarkan ancaman dari Bintang. Ia terus memberontak sampai terdiam saat dirinya benar-benar dicium Bintang didepan kedua orang tuanya.

Bintang melepaskan ciumannya. "Diam dan menurut lah. Jika tidak aku akan melakukan yang lebih padamu," ucapnya.

Bintang menatap Sinta yang langsung diam. Ia pun membawanya ke kamarnya. Ada yang ingin ia tunjukkan pada Sinta.

"Bagus. Menurutlah," ucap Bintang.

Alvaro terkekeh. "Ah sepertinya hubungan mereka sudah lebih dari ini," ucapnya.

"Bukankah mereka sudah menjadi sepasang kekasih?" tanya Hana.

Alvaro tersenyum. "Bukan itu maksudku sayang. Sepertinya aku akan memiliki cucu lebih cepat," ucapnya.

"Benarkan?"

∆∆∆

Bintang mendudukkan tubuh Sinta di atas kasurnya. Sinta menatapnya bingung.

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Sinta bingung.

Bintang tampak mencari sesuatu di lemarinya sampai ia menemukan kotak kecil yang ia cari.

Bintang berjalan mendekati Sinta yang duduk sambil menatapnya dengan bingung.

Sinta terkejut saat Bintang berjongkok dihadapannya sambil menatapnya dengan senyuman tipis.

Bintang membuka kotak kecil tersebut. Sinta terkejut menatap cincin bewarna perak dengan permata di tengahnya.

"Jadilah istriku," ucap Bintang. "Aku menunggu waktu yang tepat. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat,"

Sinta terdiam menatap kearah Bintang. Bintang mengambil cincin tersebut.

"Aku selalu menyimpan nya dari dulu. Waktu itu aku ingin menunjukkan nya tapi kecelakaan itu terjadi," ucap Bintang.

"Kau mau menjadi istriku?" tanya Bintang.

"Aku---"

"Jika kau menolak aku tetap akan menikahimu. Aku tidak akan membiarkan mu menikahi pria lain selain aku," ucap Bintang.

Sinta menatap kesal. Siapa yang ingin menolaknya? Menolak pria yang ia cintai.

"Jawab aku!" ucap Bintang.

Sinta mengerjapkan matanya. "Aku tidak mau," ucapnya.

Bintang menatap dingin. Ia mendorong tubuh Sinta hingga gadis itu berbaring diatas kasur. Sedangkan Sinta kini menatap melotot kearah Bintang.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sinta sambil mendorong tubuh Bintang namun tidak bergerak sama sekali.

"Mungkin aku akan lebih dulu membuatmu mengandung anakku baru kau mau menikah dengan ku," ucap Bintang. Sinta melongo. Padahal ia hanya bercanda tapi sepertinya Bintang menganggap perkataanya adalah kebenaran.

Bintang mencium bibir Sinta, tangannya mulai merambat kebawah perutnya yang rata. Dengan cepat Sinta mendorongnya dengan sekuat tenaga dan berhasil.

"Aku mau! Aku mau menjadi istrimu!" teriak Sinta dengan nafas memburu. "Aku tadi hanya bercanda kenapa kau menganggapnya serius?"

Bintang mengusap bibirnya. "Kau memang harus di ancam dulu ya gadis nakal," ucapnya sambil berjalan mendekat.

Wajah Sinta langsung pucat, ia berdiri dan langsung mencium bibir Bintang. Berharap yang ia lakukan dapat membuat Bintang berhenti melakukan yang lebih.

Bintang menatap Sinta, ia pun memegang tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka. Bintang memeluk pinggang Sinta.

Sinta membulatkan matanya saat tubuhnya terjatuh diatas kasur. Bintang melepaskan ciumannya, mengurung tubuh mungil Sinta dengan kedua tangannya.

Ia pun memasangkan cincin tersebut pada jari manis Sinta lalu mengecup punggung tangannya.

"Mine," bisik Bintang. Tubuh Sinta merinding seketika saat mendengar suara serak milik Bintang.

"Jika aku melakukannya sekarang tidak apa-apa kan?" tanya Bintang sambil menyeringai.

Wajah Sinta memucat. Habislah. Habislah. Dia tidak bisa lari dengan kondisi seperti ini.

"Untuk memiliki mu seutuhnya," Bintang kembali mencium bibir Sinta.

∆∆∆
TBC

Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang