Bintang menancapkan gas mobil nya dengan kecepatan tinggi. Sesekali mengumpat, brengsek!
"Shit!" umpatnya. Saat dirinya kehilangan jejak mobil yang membawa Serly pergi.
"Sialan!" Bintang memukul stir mobilnya dengan kuat.
Bintang mengacak rambutnya dengan frustasi. Sampai dering telepon miliknya berbunyi, ia pun mengangkatnya.
"Halo," sapa Bintang dengan suara lesunya.
"Ikut aku!" perintah Alvaro.
"Kemana?" tanya Bintang bingung.
"Ke tempat putrimu berada. Aku tau dimana tempatnya," ucap Alvaro.
Bintang menatap terkejut. "Dimana?" tanyanya.
"Aku akan mengirim lokasinya. Bergerak sekarang atau tidak sama sekali," ucap Alvaro.
Bintang mematikan sambungan telepon miliknya lalu mulai menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian ia mendapat pesan dari ayahnya tepat lokasi dimana anaknya berada.
"Mati kau!" desis Bintang.
Bintang menatap dingin dan tetap fokus menyetir mobil menuju lokasi yang ayahnya berikan.
Disisi lain~
"Ada yang berjaga," ucap seorang remaja tampan yang duduk dengan santai di motornya.
"Berapa orang?" tanya Alvaro.
"Sekitar belasan," ucapnya. Ia pun turun dari motornya dan berjalan mendekati Alvaro.
"Berapa orang yang kita punya?" tanya Alvaro.
"Lumayan untuk menghancurkan mereka," ucapnya dengan santai. "Paman, jangan lupa kompensasi untukku,"
Alvaro mendengus. "Saat seperti ini kau masih memikirkan kompensasi mu?" tanyanya dengan datar.
"Sesuai janjimu. Aku akan menagih itu," ucapnya sambil terkekeh, ia pun mengeluarkan batang rokok lalu menghidupkannya.
Alvaro berdecih. "Jika kau tidak berguna aku sudah lama menghabisimu," ucapnya.
"Aku memang bisa diandalkan," ucapnya dengan penuh percaya diri. "Ngomong-ngomong putramu belum sampai ya paman? Lamban sekali,"
"Kau ingin mati Vano?" tanya Alvaro dingin. Revano Maurer, putra dari keluarganya yang jauh. Memiliki kepintaran yang sama dengan Keano Marley.
Vano hanya mengeluarkan cengiran khasnya. "Jangan tersinggung. Aku berkata yang sebenarnya," ucapnya.
Alvaro mencibir pelan, ia pun melihat mobil Bintang yang baru saja sampai.
"Dad. Dimana Serly?" tanya Bintang panik.
"Ada di dalam. Hati-hati banyak yang berjaga. Siapa yang kau singgung akhir-akhir ini?" tanya Alvaro heran.
"Tidak ada. Hanya pak tua brengsek itu," ucap Bintang acuh.
"Pak tua?" beo Vano. Bintang menoleh dan menatap bingung.
"Siapa kau?" tanya Bintang.
Vano mendengus. "Tidak kau, tidak ayahmu. Kenapa tidak ada yang mengenalku," ucapnya dengan kesal.
Alvaro mendorong tubuh Vano agar menjauh dari Bintang. "Abaikan dia. Kita harus cepat," ucapnya.
Bintang mengangguk, ia pun bergegas masuk bersama ayahnya dan tentunya pria aneh itu.
Beberapa orang nampak menghalangi jalan mereka. Alvaro berdecih, ia pun menatap Vano yang menatap malas kearah lawannya.
"Kalian bergerak duluan. Aku akan menyusul," ucap Vano. "Orang-orang ini serahkan padaku,"
Alvaro dan Bintang mengangguk, mereka pun berlari masuk kedalam meninggalkan Vano disana.
∆∆∆
Bintang bernafas tidak teratur sambil mencari dimana keberadaan Serly.
"Dimana?" gumam Bintang. Sampai ia mendengar suara yang sangat familiar di telinganya ia pun bergegas berlari disusul oleh Alvaro dari belakang.
Brakk~
Bintang menendang pintu tersebut hingga roboh. Ia pun menatap tajam kearah seseorang yang sedang memangku putrinya.
"Sialan kau pak tua!" umpat Bintang.
"Yo, akhirnya kau menemukanku juga ya," ucap Eric sambil mengelus rambut Serly.
"Serahkan putriku brengsek!" umpat Bintang.
Alvaro menatap dingin. "Aku ingat kau tidak memiliki urusan dengan putraku Eric. Kenapa kau mengganggu keluarga putraku?" tanyanya.
Eric mengangkat kedua bahunya dengan acuh. "Tertarik, mungkin." ucapnya santai.
"Aku kira kau akan pergi kesini sendiri. Tidak aku sangka kau bersama dengan ayahmu ya," ucap Eric sambil terkekeh.
Bintang mengepalkan tangannya, ia pun berjalan mendekat.
"Mendekatlah. Kalau kau mau melihat putrimu terbujur kaku di depanmu," ucap Eric.
Bintang menghentikan langkahnya. Alvaro menepuk pundak Bintang.
"Apa yang kau inginkan? Kau dan putraku tidak memiliki dendam atau apapun itu," ucap Alvaro datar.
"Memang," Eric mengelus pipi Serly. "Hanya saja aku memang memiliki urusan dengan putramu Alvaro,"
"Kalau kau main-main denganku jangan salahkan aku jika berbuat lebih padamu," ancam Alvaro.
Eric menyunggingkan senyumnya. "Bukan kah itu seru?" tanyanya.
Bintang mengepalkan tangannya. Alvaro mengokang handgun miliknya lalu mengarahkannya kearah Eric.
"Kau memilih mati?" tanya Alvaro.
Eric tersenyum. "Aku belum bisa mati untuk saat ini," ucapnya.
"Kalau kau ingin cucumu tetap hidup tinggalkan Bintang sendiri," ucap Eric.
"Brengsek kau---"
Bintang menahan Alvaro yang ingin menyerang Eric. "Keluarlah dad. Biar aku yang selesaikan ini," ucapnya.
"Tidak bisa---"
Bintang menggelengkan kepalanya. "Semuanya akan baik-baik saja. Percaya padaku," ucapnya.
Alvaro menghembuskan nafas dengan kasar. Ia menunjuk kearah Eric.
"Sampai putraku dan cucuku terluka kau akan aku habisi Eric," desis Alvaro.
Eric tersenyum tipis. "Sesuai harapanmu," ucapnya. "Aku tidak akan macam-macam kalau kau meninggalkan Bintang sendiri disini,"
Alvaro menatap dingin, ia pun memilih keluar dan berjaga-jaga seandainya Bintang membutuhkan bantuan nya.
"Jaga pria itu. Jangan biarkan dia masuk," ucap Eric pada Denis.
"Baik tuan," ucap Denis. Ia pun keluar dan menjaga Alvaro agar tidak masuk tiba-tiba.
"Sudah? Katakan apa mau mu?" tanya Bintang dingin.
Eric berdiri dari duduknya sambil menggendong tubuh Serly.
"Aku beri pilihan," ucap Eric. Bintang menatap waspada.
"Perusahaan mu hancur atau anakmu yang mati?"
Bintang menatap Eric dengan pandangan membunuh.
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomansaSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...