"Bintang. Aku ingin pulang," ucap Sinta sambil merengek. Bintang menoleh sambil menatap tajam.
"Kau belum sembuh," ucap Bintang dingin.
"Tapi ini sudah lebih dari empat hari. Aku ingin kembali bekerja," rengek Sinta.
"Bekerja saja jika kau masih ingin melihat perusahaan itu masih berdiri," ancam Bintang.
Sinta mencibir kesal. Ini sudah lebih dari cukup. Bahkan dokter sudah berkata jika kondisinya membaik tetapi Bintang membuatnya rumit. Bahkan tidak merelakan dirinya pergi sekedar untuk melihat taman belakang rumah sakit.
"Aku ingin keluar," ucap Sinta.
"Tidak," tolak Bintang.
"Tapi aku bosan," rengek Sinta sambil menatap kesal kearah Bintang.
"Jika aku bilang tidak maka tidak," ucap Bintang.
"Kau! Kau menyebalkan," ucap Sinta.
Sinta menggembungkan kedua pipinya lalu ia pun memunggungi Bintang yang sibuk di depan laptopnya sedari tadi.
"Berani memunggungi ku," ucap Bintang datar.
Sinta tidak menjawab, ia menutup tubuhnya dengan selimut. Ia sangat kesal dengan sifat posesif Bintang bahkan mungkin sekarang Bintang lebih posesif terhadap dirinya.
Bintang menatap jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam. Pantas saja matanya sudah memberat. Lalu ia menatap kearah Sinta, mungkin gadis itu sedang kesal padanya.
Biarkan saja, ini demi kebaikan dirinya. Yurika sialan itu berhasil kabur dari penjara dan mungkin akan berniat membalaskan dendam pada dirinya atau pada Sinta.
"Polisi bodoh!" umpat Bintang. Ia pun menutup laptop miliknya.
Bintang berusaha menyelidiki wanita tersebut. Apa wanita itu melarikan diri karena unsur ketidaksengajaan dari pihak kepolisian atau ini ada campur tangan seseorang.
"Jika sampai aku tau siapa yang terlibat aku akan benar-benar menghabisinya," gumam Bintang. Ia melepaskan jas yang ia kenakan lalu menggulung kemejanya.
Bintang mendekati bankar Sinta, ia mengelus rambut Sinta. "Kau sudah tidur?" tanyanya. Padahal ia tau gadis itu sedang berpura-pura untuk tidur dan mengabaikan dirinya. Terlihat dari kelopak matanya yang bergerak-gerak.
Bintang berbaring di sebelah Sinta sambil memeluk gadis itu dari belakang. "Jangan marah padaku. Kau tau aku melakukan ini semua demi kebaikanmu," bisik Bintang.
Ia meletakkan dagunya diatas kepala Sinta sambil terus memeluk gadis itu. Lalu ia pun menenggelamkan wajahnya diantara sela leher Sinta.
"Tidurlah. Aku tau kau belum tidur," ucap Bintang datar.
Sinta mendengus kesal. Memang tidak mudah untuk membohongi si jenius ini. Anggap saja dirinya sedang tidak beruntung.
Sinta tidak menjawab perkataan Bintang tak lama kemudian ia merasakan hembusan nafas teratur pada lehernya. Sinta berusaha menoleh sekilas, teryata Bintang sudah tertidur lelap sambil memeluknya.
Sinta menghela nafas pelan, ia pun berusaha memejamkan matanya. "Selamat malam Bintang," bisiknya.
"Mimpi indah tuan posesif,"
∆∆∆
Sinta mengerjapkan matanya, ia terkejut saat bangun melihat wajah Bintang yang begitu dekat dengannya.
Jika di lihat-lihat lagi, pria ini banyak berubah. Terlihat dari kumis tipis yang menghiasi wajahnya. Tanpa sadar Sinta sudah menyentuh wajah Bintang.
"Sudah puas memandangiku, hm?" tanya Bintang.
Sinta nampak gelagapan, ia pun membalikkan tubuhnya. Bintang terkekeh pelan.
Ia pun memeluk tubuh Sinta dari belakang lalu mengecup pipinya. "Morning," bisiknya.
Bintang bangun dari tidurnya, rambutnya terlihat berantakan. Pakaian nya yang terlihat berantakan juga.
"Kau ingin sesuatu?" tanya Bintang.
Sinta menoleh, perutnya nampak berbunyi dengan jelas. Wajah Sinta memerah sedangkan Bintang tampak mengulas senyumannya.
Bintang mengambil ponselnya. "Belikan sarapan untukku dan kekasihku. Secepatnya!" perintahnya.
Sinta menundukkan wajahnya. Bintang berjalan mendekat, ia pun menarik dagu Sinta dan menyatukan bibirnya.
Sinta membulatkan matanya, Bintang mulai melumat pelan bibir Sinta sampai sebuah suara mengejutkan mereka.
Brakk~
"BINTANG! KABAR BURUK---Astaga!" Haris langsung membalikkan tubuhnya sambil memukul dinding dengan dokumen yang ia bawa.
Bintang berdecak kesal, sedangkan Sinta menutupi wajahnya dengan selimut tebal.
"Kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Bintang datar.
"Aku tidak sengaja," ucap Haris sambil meringis, ia tetap tidak membalikkan badannya. "Aku tidak tau kalau kalian sedang---emh, berciuman,"
Wajah Sinta semakin memerah mendengarkannya. Malu sekali. Ia pun berbaring sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Kau ingin berbicara dengan memunggungi aku?" tanya Bintang dingin.
Haris menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kalau kalian ingin melanjutkan kegiatan yang tadi silahkan. Aku akan tetap seperti ini," ucapnya.
"Berbaliklah atau aku akan menendangmu keluar," ancam Bintang.
Haris langsung membalikkan tubuhnya. Ia menatap canggung kearah Bintang.
"Ada apa?" tanya Bintang.
"Ada kabar buruk dan baik mungkin," ucap Haris.
"Tentang?" tanya Bintang.
"Tentang Yurika. Gadis itu kabur dari penjara dan sekarang aku mendapatkan kabar jika dia menetap di Rusia," ucap Haris.
"Lalu?" tanya Bintang lagi.
"Kabar buruknya. Gadis itu bersama seorang pria yang bernama Gio Derralt, kau tau jika pria itu---"
"Memiliki hubungan dengan Kenneth Acole. Aku sudah tau," ucap Bintang santai.
Sinta menoleh dan terkejut. "Tu-tunggu dulu. Benarkah?" tanyanya.
Bintang mengangguk. "Yang ku tau sekarang pria itu ingin membalaskan dendamnya padaku atas kematian Kenneth sepupunya," ucapnya.
"Aku sudah menunggu ini sejak lama," Bintang tersenyum miring.
Haris menatap terkejut. "Aku kira kau akan---"
"Panik? Takut? Untuk apa?" tanya Bintang.
"Tenang saja aku sudah memiliki persiapan,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomansaSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...