Posessive Bintang--17

17.5K 1.5K 110
                                    

Sinta melongo saat melihat belasan bodyguard di depan rumahnya.

"Ini semua---" Sinta menelan salivanya dengan kasar. Tidak mungkin sebanyak ini kan?

"Untuk menjagamu," ucap Bintang dengan santai.

"Ta-tapi, bukankah ini sedikit berlebihan?" tanya Sinta sambil meringis. Jika di hitung-hitung lebih banyak dari yang ia perkirakan. God, ini sama saja dengan di penjara.

"Untukmu tidak ada yang berlebihan," ucap Bintang datar. Ia memeluk pinggang Sinta lalu memasuki rumahnya. "Ayo masuk,"

"Mereka akan menjagamu selagi aku tidak ada dirumah. Mulai besok kau tidak usah bekerja lagi. Tetaplah dirumah," ucap Bintang dengan nada bossy. Sinta melenguh kesal, ia akan bosan.

"Kau serius? Aku bisa bosan. Biarkan aku bekerja," ucap Sinta memohon.

Bintang menatap tajam. "Kau ingin kembali kehilangannya?" tanyanya dingin. Sudah cukup ia kehilangan satu anaknya. Ia tidak ingin kehilangan anaknya lagi. Sinta menggeleng dengan cepat.

"Ti-tidak," balas Sinta dengan pelan. Ia pun menunduk lesu.

"Kandunganmu masih sangat lemah. Kau tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat selama kau mengandung. Paham sayang?" tanya Bintang. Sinta mengangguk paham. Baiklah, dalam artian ia akan kembali di kekang.

Bintang menarik dagu Sinta lalu mengecup bibirnya. "Good. Pergilah tidur setelah bangun kau harus makan," ucapnya. "Aku akan menyiapkan makanan untukmu,"

Sinta mengangguk. "Apa aku boleh melakukan hal yang lain misalnya?" tanyanya dengan pelan.

"Seperti?" tanya Bintang.

"Seperti membersihkan rumah atau menanam bunga. Boleh kan?" tanya Sinta memohon.

"Tidak!" balas Bintang dingin. Itu sama saja membiarkan istrinya untuk melakukan pekerjaan yang berat.

Sinta terdiam, Bintang menoleh. Ia pun menghela nafas pelan lalu menggendong tubuh Sinta. Membuat perempuan itu terkejut.

"Ayo kau harus tidur," ucap Bintang. Sinta mengangguk lesu. Sudahlah, lagipula ia tidak bisa melawan seorang Bintang.

Bintang membaringkan tubuh Sinta perlahan diatas kasur, ia pun ikut berbaring sambil memeluk tubuh Sinta. Perempuan itu membalikkan tubuhnya sepertinya sedang merajuk padanya. Bintang tersenyum tipis.

"Tidurlah." Bintang mengecup kening Sinta.

Bintang memeluk tubuh Sinta dari belakang sambil mengusap perut datar istrinya itu.

"Maaf," bisik Bintang. "Tapi ini demi untuk melindungimu,"

"Kalau kau bosan kau bisa pergi menemui temanmu atau pergi ke kantor ku," ucap Bintang.

Sinta membalikkan tubuhnya. "Benarkah?" tanyanya dengan wajah sumringah.

Bintang mengulas senyumannya. "Tentu sayang. Tapi tidak untuk sekarang. Kau baru saja keluar dari rumah sakit," ucapnya.

Sinta mengangguk dengan semangat. Bintang mengusap rambut Sinta. "Tidurlah. Kalau kau tidak tidur juga aku tidak akan mengizinkanmu untuk pergi keluar," ancam Bintang.

Sinta memejamkan matanya sedangkan Bintang yang sibuk mengusap perutnya.

Bintang mengecup kening Sinta. "Cepat sembuh sayang,"

∆∆∆

"Bintang," panggil Sinta.

Bintang menoleh. "Ada apa?" tanyanya.

"Apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Sinta ragu.

Bintang berjalan mendekat, ia mengusap rambut Sinta. "Kau ingin apa?" tanyanya sambil mendudukkan tubuh Sinta diatas meja kayu di belakangnya.

"Aku ingin memakan daging panggang. Apa boleh?" tanya Sinta.

Bintang mengangguk. "Hanya itu?" tanyanya.

Sinta tampak berpikir. "Sebenarnya masih ada," ucapnya.

"Katakanlah," ucap Bintang.

"Aku ingin kentang goreng," ucap Sinta.

"Aku akan membelinya," ucap Bintang. Ia pun menurunkan tubuh Sinta dari meja.

"Apa aku boleh ikut?" tanya Sinta. Bintang mengangguk.

"Ganti bajumu," ucap Bintang sambil melihat kemeja miliknya yang melekat pada tubuh mungil milik Sinta dan terlihat transparan.

Sinta menatap baju yang ia kenakan. Wajahnya pun bersemu merah. "Ba-baiklah," ucapnya.

Bintang menggendong tubuh Sinta. "Aku akan mengantarmu," ucapnya.

"Aku masih bisa berjalan sendiri," ucap Sinta.

"Oh," balas Bintang. Ia pun masuk ke dalam kamarnya.

"Mandilah dan ganti bajumu. Aku akan menunggu di sini. Atau kau mau aku mandikan juga?" tanya Bintang dengan jahil.

Sinta melayangkan bantal kearah Bintang. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi. Bintang tersenyum kecil melihatnya.

Ponselnya berdering. Bintang langsung mengangkatnya.

"Kakak ipar. Kau benar-benar menghabisi keluarga Derralt?" tanya Leon.

"Tidak juga. Hanya beberapa yang menggangguku," ucap Bintang. "Ada apa?"

"Keluarga Derralt yang tersisa malah mengincar Sinta kakak ipar. Aku tau dari seseorang yang aku kirimkan untuk memantau mereka," ucap Leon.

"Lalu?" tanya Bintang santai.

"Kalau kau ingin melihatnya malam ini, kita akan pergi ke tempat dimana tarung liar di adakan disana," ucap Leon.

"Tentu saja. Tidak ada salahnya untuk ikut melihatnya juga," ucap Bintang. "Atau mungkin ikut juga tidak masalah,"

"Kau yakin kakak ipar? Devan adalah petarung handal. Kau yakin ingin melawannya?" tanya Leon khawatir.

Bintang tersenyum kecil. "Kau meremehkan aku," ucapnya.

"Ah ya. Aku lupa bilang padamu jika Devan pernah menyukai Sinta mungkin pria itu belum melupakan istriku," ucap Bintang.

"What?" tanya Leon tidak percaya.

"Tidak heran jika keluarganya menginginkan istriku," ucap Bintang dingin. "Yeah. Kumpulan orang idiot,"

"Tidak masalah. Aku akan menghabisi mereka satu persatu. Siapapun itu, yang berani menyentuh istriku. Mereka akan tamat,"

∆∆∆
TBC

Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang