Bintang menatap anaknya yang sudah di letakkan kembali ke dalam inkubator. Ia pun masuk ke dalam ruangan dengan pakaian khusus.
Menatap putrinya yang nampak begitu kecil dengan mata yang terpejam dan wajah nya sedikit memerah. Wajahnya begitu mirip dengannya hanya saja terlihat lebih cantik.
"Putriku," gumam Bintang. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Jika saja anaknya lahir dengan normal mungkin ia akan memiliki berat yang setara. Putrinya tidak akan tersiksa dan tidak akan seperti ini.
Bintang menyentuh tangan mungil putrinya dengan pelan takut jika hal yang ia lakukan akan melukai putrinya yang sedang tertidur pulas. Sangat cantik, rambutnya yang terlihat tipis.
"Tumbuhlah dengan sehat. Jadilah gadis yang cantik," ucap Bintang. Ia pun bergegas keluar untuk melihat keadaan istrinya, Sinta.
"Kakak ipar. Bagaimana keadaan kakakku?" tanya Leon yang baru saja sampai. Nafasnya memburu.
Bintang menatap sekilas. "Baik-baik saja. Hanya saja anakku harus lahir secara prematur," ucapnya sambil memandang kaca jendela. Istrinya masih tidak sadarkan diri mungkin efek bius obat setelah operasi.
Leon menatap terkejut. "Lalu?" tanyanya khawatir.
"Dimana wanita sialan itu?" Bintang menatap dingin. Sialan! Gara-gara wanita itu, hampir saja mencelakai istri dan anaknya. Awas saja, ia akan membalasnya.
"Di tempat biasa," ucap Leon. Bintang mengangguk.
"Dimana pria itu?" tanya Bintang. Ia tidak melihat Keano bersama Leon.
"Entahlah," Leon mengangkat bahunya. "Setelah mengantarkan wanita itu dia pergi begitu saja,"
Bintang mengangguk singkat. "Sudah mencari tau lebih lanjut?" tanyanya. Ia saja baru ingat jika ia mempunyai sepupu seperti pria itu. Wajar saja mereka baru saja bertemu tidak pernah bertukar sapa.
Leon menggeleng. "tidak semua. Hanya beberapa," balasnya sambil memandang kearah yang Bintang tatap.
"Amelia mendorong kakakku karena masalah sepele," Leon menghela nafas pelan. "Karena kakakku menjadi pewaris kekayaan ayah Amelia. Yah, mungkin saja itu adalah ayah kandung kami," Leon menatap acuh.
"Lalu?" tanya Bintang.
"Tapi aku tidak tau siapa ayah kandung kami. Informasi terlalu minim. Dan Amelia pun belum sadarkan diri," ucap Leon. "Setelah ini kau akan melakukan apa?"
"Membunuhnya," ucap Bintang santai membuat Leon terkejut.
"Haruskah?" tanya Leon.
Bintang menoleh. "Apa kau ingin membela kakakmu?" ia tersenyum sinis.
Leon menggeleng. "Kakakku hanya Sinta bukan Amelia. Lagipula wanita itu terlalu licik. Tidak pantas untuk menjadi kakak," ucap nya. "Ngomong-ngomong dimana keponakan ku?"
"Ada di inkubator. Harus mendapatkan perawatan ekstra karena terlahir dengan berat yang tidak sesuai," ucap Bintang.
Bintang berjalan menjauh. "Jaga istriku," ucapnya sambil berlalu.
"Kau ingin kemana?" tanya Leon heran.
"Memberi pelajaran wanita sialan itu," Bintang menatap datar.
∆∆∆
Sinta mulai mengerjapkan matanya perlahan. Tercium bau obat-obatan. Ia pun menatap sekelilingnya. Dimana ini?
"Kakak. Kau sudah bangun. Apa yang kau rasakan? Apa masih sakit?" tanya Leon khawatir.
"Aku baik-baik saja," ucap Sinta. Ia meringis sambil menyentuh perutnya. Tunggu, kenapa perutnya kembali rata? Ia pun menatap panik kearah Leon.
"Le-Leon dimana anakku?" tanya Sinta panik.
Leon memegangi pundak Sinta. "Jangan khawatir. Putrimu baik-baik saja," ucapnya membuat Sinta bernafas lega.
"Kak, kau harus tetap berbaring. Kau baru saja melakukan operasi," ucap Leon sambil mendorong tubuh Sinta pelan agar kakaknya kembali berbaring.
"Dimana Bintang?" tanya Sinta. Saat tidak melihat keberadaan Bintang di sekitarnya.
"Dia---"
"Aku disini," Sinta menoleh saat Bintang datang sambil tersenyum kearahnya.
"Bagaimana keadaan mu?" tanya Bintang sambil mengecup kening Sinta.
"Aku baik-baik saja. Bintang, putri kita---"
"Dia baik. Hanya saja butuh perawatan intensif beberapa minggu ini," ucap Bintang.
"Aku pamit. Ada yang harus aku urus," Leon mengecup kening Sinta. Lagipula ia tidak ingin di abaikan.
Sinta mengangguk. Bintang mengelus tangan Sinta dengan perlahan.
"Maaf," lirih Sinta. "Harusnya---"
"Sttt," Bintang meletakkan jarinya pada bibir Sinta. "Yang terjadi biarkan saja. Itu sudah terjadi tidak ada yang harus di sesali,"
"Bukankah semua baik-baik saja?" tanya Bintang sambil mengelus rambut Sinta.
"Aku tidak mendengar perkataan mu," Sinta memainkan jarinya sambil menunduk. Bintang mengecup punggung tangan nya.
"Tidak apa-apa," Bintang mengelus pipi Sinta perlahan. "Mulai hari ini aku akan lebih menjaga kalian berdua,"
"Bintang. Wanita yang bernama Amelia, dia---"
"Kakakmu," potong Bintang. Sinta kembali menunduk.
"Mungkin saja," balas Bintang. "Karena yang selama ini kau anggap ayah kandungmu teryata bukan,"
"Apa?" tanya Sinta heran.
"Pria yang selama ini merawatmu bukan ayah kandungmu. Dia hanya ayah sementara yang menjaga kau dan Leon," ucap Bintang. Sinta menatap terkejut.
"La-lalu siapa?" tanya Sinta.
"Kita akan mencari tau nanti. Jangan khawatirkan itu," Bintang memeluk tubuh Sinta dengan erat.
"Apa masih sakit?" tanya Bintang.
"Sedikit," Sinta kembali meringis saat Bintang menyentuh perutnya.
"Kembalilah berbaring," Bintang membaringkan tubuh Sinta perlahan lalu ikut berbaring di sampingnya.
"Jika ayahku adalah orang penting. Apa dia menerimaku?" tanya Sinta.
Bintang memainkan rambut Sinta. "Tidak akan ada yang menolak wanita cantik seperti istriku," ucapnya.
"Aku serius," Sinta memukul pundak Bintang.
"Aku pun," Bintang mengecup leher Sinta. "Siapapun dia. Tidak peduli ia menolak atau menerimamu. Aku akan membuatnya menerimamu,"
"Dengan caraku sendiri,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomanceSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...