"Kakak! Disini!" teriak Maya. Bintang menoleh, lalu ia pun berjalan menghampiri.
"Kami sedang makan kak. Kak, kau tau tadi aku bertemu seorang gadis. Dia---hmphh," Sinta membekap mulut Maya dengan tangannya.
Bintang menaikan alisnya. "Ada apa?" tanyanya heran.
Sinta menggeleng. "Tidak ada apa-apa," ucapnya. Lalu ia berbisik pada Maya. "Jangan mengatakan itu. Jika tidak akan menjadi bahaya," bisiknya.
"Memangnya kenapa?" balas Maya dengan suara pelan.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Bintang datar.
"Tidak ada. Ngomong-ngomong kenapa kau lama sekali datang kak?" tanya Maya sembari mengalihkan topik pembicaraan.
"Ada sedikit masalah. Hari ini temani aku di kantor," ucap Bintang pada Sinta.
"Tapi kak, aku ingin mengajak kakak ipar pergi berbelanja di toko nenek," ucap Maya.
"Besok saja. Hari ini aku ingin bersama istriku," ucap Bintang. "Kalau kau ingin ikut tidak apa-apa,"
"Aku ikut! Aku mau menjaga kakak ipar," ucap Maya dengan semangat. Sinta tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Ayo," ucap Bintang. Ia memeluk pinggang Sinta.
"Sudah kenyang?" tanya Bintang. "Tidak ada lagi yang kau inginkan?"
Bintang mengusap perut Sinta. Sinta menggelengkan kepalanya. "Aku sudah kenyang," ucapnya.
"Dia tidak menyusahkan mu kan?" tanya Bintang.
"Tidak," balas Sinta.
"Ehm. Jangan lupakan aku," celetuk Maya. "Aku masih disini," ucapnya sambil mengembungkan kedua pipinya dengan kesal.
Sinta terkekeh. "Aku tau. Ayo," ucapnya sambil menggandeng tangan Maya.
Akhirnya mereka pergi menuju kantor Bintang. Maya yang asik berceloteh sedangkan Sinta ia hanya mengangguk sesekali menggelengkan kepalanya.
Bintang memeluk pinggang Sinta, memasuki kantornya. Terlihat banyak karyawan yang menatap mereka.
"Direktur. Sebentar lagi akan ada rapat penting dengan tuan Faris," ucap Ghea, sekertaris Bintang.
Bintang mengangguk. "Aku akan mengantar istriku dulu. Siapkan dokumennya," ucapnya.
Ghea mengangguk. "Baik direktur," ucapnya.
"Apa aku boleh pergi melihat kantormu?" tanya Sinta. Bintang menoleh lalu mengangguk.
"Aku ikut!" ucap Maya dengan semangat.
"Jangan sampai kelelahan. Paham sayang?" tanya Bintang sambil mengecup kening Sinta.
Sinta mengangguk. "Jika ada yang mengganggu kalian. Katakan padaku," ucap Bintang. Ia pun berlalu begitu saja menuju ruang rapat.
"Aye aye captain!" ucap Maya. "Woah. Tidak aku sangka kantor kakak sekeren ini,"
Sinta terkekeh. "Kau menyukainya?" tanyanya.
Maya mengangguk. "Aku sangat menyukai ini. Tunggu dulu, kakak. Bukankah itu gadis yang menabrak kita tadi?" tanya nya sambil menunjuk kearah gadis yang berpakaian kemeja yang menabrak mereka tadi.
"Mungkin saja. Mungkin dia adalah karyawan disini," ucap Sinta.
Maya tersenyum penuh arti. "Jika memang benar. Aku ingin mengerjainya. Berani sekali, setelah mendorong kakak. Dia malah pergi begitu saja," ucapnya.
"Lihat apa yang akan aku lakukan,"
∆∆∆
Bintang nampak sibuk dengan dokumen dihadapannya sesekali menatap kearah sekretarisnya yang menjelaskan tentang program kerja mereka.
Sesekali Bintang menulis di catatannya. "Baik. Rapat sampai disini saja," ucapnya.
Faris berdiri. "Kerja yang memuaskan. Aku beruntung bekerja sama denganmu," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Bintang tersenyum tipis. "Saling menguntungkan. Terima kasih atas pujianmu," ucapnya sambil membalas uluran tangan Faris.
"Aku tadi melihatmu membawa seseorang. Apa itu istrimu?" tanya Faris.
Bintang mengangguk. "Istriku," balasnya.
"Lalu gadis cantik yang di sebelahnya?" tanya Faris.
"Adikku. Jangan mendekatinya!" ucap Bintang dengan dingin.
Faris terkekeh pelan. "Aku tau itu. Aku hanya bertanya. Lagipula aku sudah memiliki tunangan," ucapnya.
"Beberapa hari yang lalu. Kau menyuruhku untuk mencari data lengkap seseorang kan," ucap Faris. "Kebetulan orang yang ingin kau cari datanya adalah orang yang bekerja sama denganku,"
"Tapi itu sudah lama. Karena aku merasa rugi atas apa yang kami lakukan," sambung Faris.
"Dimana dia?" tanya Bintang.
Faris menyerahkan dokumennya pada Bintang. "Terakhir kali dia berada di Australia. Dan seminggu yang lalu dia terlihat di Singapura. Mungkin dia masih disana," ucapnya.
Bintang mengangguk paham. "Baiklah. Terima kasih," ucapnya.
"Untuk apa kau mencari data tentang keluarga Violence?" tanya Faris heran.
"Aku memiliki urusan dengannya," ucap Bintang sambil memandang lurus.
"Apa ini ada hubungannya dengan istrimu?" tanya Faris. Bintang menoleh lalu mengangguk.
"Tentu saja. Aku tidak akan mencari tau jika itu tidak ada hubungannya dengan istriku," ucap Bintang.
Faris terkekeh. "Kau pria yang sangat posesif ya. Aku penasaran bagaimana reaksi istrimu itu," ucapnya.
Bintang menatap malas. "Kau bisa diam?" tanyanya datar.
"Aishh. Serius sekali. Aku kan bercanda," ucap Faris. "Dari dulu kau tidak berubah ya,"
Bintang mengangkat bahunya. "Kalau begitu aku tidak akan mengantarmu lagi," ucapnya.
Faris mengangguk. "Lagipula aku tau dimana pintu keluar dari kantormu. Kalau begitu aku duluan," ucapnya.
Bintang menatap punggung Faris yang mulai menjauh. Ia pun mengambil ponselnya lalu menghubungi Leon.
"Halo kakak ipar?" sapa Leon.
"Siapkan beberapa orang untuk memantau perkembangan di Singapura dan Australia," ucap Bintang.
"Untuk apa?" tanya Leon heran.
Bintang tersenyum dingin. "Lebih cepat lebih bagus. Aku ingin menangkap gadis itu langsung," ucapnya.
"Untuk meminta pertanggung jawaban semua yang dia lakukan pada Sinta. Satu tahun yang lalu," ucap Bintang. Ia tersenyum saat melihat Sinta berjalan kearahnya.
"Semua yang dia lakukan pada istriku akan aku kembalikan satu persatu padanya bahkan lebih buruk dari yang ia lakukan," ucap Bintang. "Ini balasan untuk orang yang berani mengganggu istriku,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomanceSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...