Sera mengerutkan keningnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ada apa?" tanya Sinta penasaran.
Sera menoleh. "Entahlah. Aku bingung," ucapnya.
"Bingung kenapa?" tanya Molly.
"Aku di pindahkan menjadi divisi keuangan dan Dena di pecat. Apa ada yang salah disini?" tanya Sera heran.
"What? Di pecat?" tanya Sinta terkejut. Sera mengangguk.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Molly bingung.
Sera menggaruk pelipisnya. "Aku juga bingung. Kenapa tiba-tiba sekali," ucapnya.
Sinta terdiam. Tunggu dulu, bukan kah Bintang tadi berkata ia akan membereskan Dena? Sinta membulatkan matanya. Jangan bilang ini adalah perbuatan Bintang?
"Kau kenapa?" tanya Molly pada Sinta yang sibuk mencari ponsel miliknya.
"Aku tidak apa-apa. Aku permisi dulu," ucap Sinta saat ia berhasil menemukan ponselnya.
Molly dan Sera saling bertukar pandang. Mereka menatap Sinta yang pergi menjauh.
Sinta menelpon Bintang namun pria itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Ia menggeram kesal. Lalu ia pun kembali bergabung bersama Molly dan Sera.
"Ada apa?" tanya Molly.
Sinta menggeleng sambil tersenyum paksa. "Tidak apa-apa," ucapnya.
Ia melempar ponselnya keatas meja. "Kau terlihat begitu kesal," ucap Sera pada Sinta.
"Ya. Seperti itulah," ucap Sinta.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Molly khawatir.
"Entahlah. Mungkin," ucap Sinta.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kekasihmu? Seperti apa orangnya?" tanya Sera dengan semangat.
"Dia? Dia orang yang menyebalkan," ucap Sinta.
"Tapi terlihat seperti pria kaya dan seksi," ucap Sera sambil menyenggol lengan Sinta. "Kau hebat sekali memilih kekasih seperti dirinya,"
"Aku jadi penasaran bagaimana dengan wajah kekasihmu," ucap Molly.
"Sangat tampan. Aku sangat yakin jika dia datang kesini akan menjadi bulan-bulanan wanita disini," ucap Sera sambil terkekeh geli.
"Siapa yang tau. Dia adalah orang yang sangat menyebalkan. Dingin, tidak berperasaan. Selalu memberi perintah. Terlebih lagi selalu berbuat seenaknya," ucap Sinta kesal.
Molly dan Sera terkekeh geli namun mereka terdiam saat melihat seseorang berada di belakang Sinta.
"Kalian tidak tau. Dia adalah pria paling dingin yang pernah aku temui. Dan selalu memaksa," ucap Sinta. Sera meringis, dia memberi kode lewat matanya kearah Sinta.
Sinta mengerutkan keningnya. "Ada apa denganmu?" tanyanya.
Sera menepuk keningnya. "Berbaliklah," ucapnya tanpa suara lalu dengan gerakan tangan menyuruh Sinta agar berbalik badan.
Sinta berbalik dan membulatkan matanya saat Bintang berdiri tepat di belakangnya.
Sinta terkekeh sumbang sambil meringis. "Mati aku," gumam Sinta pelan.
"Pria paling dingin yang pernah aku temui. Dan selalu memaksa," ucap Bintang yang mengulang perkataan Sinta. Sinta menelan salivanya dengan kasar.
"Alright. Kau sepertinya benar-benar harus dihukum," Bintang menyeringai.
"Bagaimana aku menghukummu sayang?"
∆∆∆
Bintang menarik pinggang Sinta. Molly dan Sera saling tersenyum penuh arti.
"Bukan seperti itu," ucap Sinta panik.
Alis Bintang terangkat. "Oh. Lalu seperti apa?" tanyanya
Bintang menarik dagu Sinta dan mencium bibirnya di depan Molly dan Sera. Sinta membulatkan matanya, lalu mendorong tubuh Bintang dengan kuat.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Sinta dengan wajah memerah. "Ini ada di kantor,"
Bintang mengangkat bahunya. Sinta menatap kearah Molly dan Sera. Mereka berdua malah mengacungkan ibu jari kearahnya.
"Ini bukan---"
"Sepertinya kami harus mengurus sesuatu. Kami permisi dulu," ucap Sera. Ia mengedipkan matanya kearah Sinta.
Sinta melongo. "Kalian---"
"Jangan sampai kalah dengan seorang pria," bisik Sera pada Sinta.
Sinta menatap shock. "Apa yang kau katakan?" tanyanya.
Sera tersenyum penuh arti. Ia pun menarik tangan Molly.
"Jangan lupa keponakan untukku," ucap Molly dengan jahil.
"Apa---"
"Ah iya. Banyak urusan yang harus kami lakukan. Silahkan lanjutkan," ucap Molly. Ia melambaikan tangannya kearah Sinta lalu berlalu pergi.
"Kau! Kenapa kau selalu menyebalkan?" tanya Sinta kesal.
"Ayo," ucap Bintang sambil menarik tangan Sinta. Sinta menepisnya membuat wajah Bintang menjadi dingin.
"Aku masih banyak kerjaan. Aku tidak bisa meninggalkan mejaku," ucap Sinta dengan ketus.
"Jalan sendiri atau aku gendong?" tanya Bintang dingin. Sinta berbalik, ia tidak mendengarkan perkataan Bintang.
"Aku masih---akhhh,"
"Kau yang meminta sendiri," ucap Bintang sambil menggendong tubuh Sinta seperti karung beras.
Sinta memberontak. "Bintang! Turunkan aku!" teriaknya sambil terus memukul punggung Bintang.
Bintang hanya diam dan melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Sinta yang sedari tadi mengoceh padanya.
Di perjalanan Bintang berpapasan dengan seorang pria berpakaian lengkap dengan jas hitam nya dan beberapa bodyguard miliknya yang mengikuti dari belakang.
Bintang menatap sekilas lalu tetap berjalan menuju mobilnya. Pria yang berpapasan itu berbalik. Ia menatap Sinta yang berada di pundak Bintang. Sepertinya gadis itu tidak asing. Pria itu mengerutkan keningnya sambil berpikir.
"Siapa dia?" tanyanya.
"Lapor tuan. Dia tuan Bintang. Anak sulung dari tuan Alvaro," balas Managernya.
"Aku tidak bertanya tentang dia. Tapi gadis yang berada di gendongannya," ucapnya.
"Dia kekasih tuan Bintang. Namanya Sinta Pamela," balas Managernya. Ia sudah mencari lebih dulu semua tentang keluarga Antony. Karena mereka memiliki hubungan kontrak kerja sama
Pria itu menyunggingkan senyumannya. "Ketemu," gumamnya.
"Akhirnya aku menemukanmu Sinta,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomanceSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...