"Hai. Namaku Molly. Siapa namamu?" sapa Molly ramah.
Sinta tersenyum. "Aku Sinta. Salam kenal Molly," ucap nya.
"Ngomong-ngomong bagaimana wawancara nya. Aku dengar sangat sulit. Teryata kau bisa melewatinya ya," ucap Molly dengan semangat.
Sinta meringis. Padahal ia sama sekali tidak melalui wawancara yang Molly bicarakan.
"Ah. Iya," ucap Sinta sambil tersenyum canggung.
"Tapi aku tidak melewati wawancara apapun," batin Sinta.
"Kau langsung masuk divisi ini ya. Beruntung sekali. Aku saja harus melewati banyak proyek yang aku urus," ucap Molly.
Sinta tertawa sumbang. "Ah. Benarkah?" tanyanya.
"Jika saja Bintang tidak meminta seperti itu mungkin aku akan di tempatkan dimana banyak karyawan magang," Sinta meringis dalam hati.
"Apa kau memiliki kekasih?" tanya Molly.
"Ah. Aku---"
"Dia sudah memiliki kekasih," potong Sera. Ia tersenyum. "Ah ya. Kenalkan aku Sera bagian divisi utama juga sama sepertimu,"
"Benarkah? Aku juga sudah punya," ucap Molly dengan heboh.
"Aku Sinta," balas Sinta.
"Ngomong-ngomong siapa kekasihmu?" tanya Molly penasaran.
"Kekasihmu sangat tampan. Aku melihatmu tadi saat di koridor. Dia termasuk pria yang seksi," bisik Sera.
Sinta tersenyum canggung. Saat akan berbicara ada yang menggebrak mejanya.
"Kenapa ribut sekali? Kembali ke meja kalian. Dasar penggosip," ucapnya dengan sinis.
Sera mencibir. "Kau terlalu serius sekali Manager Haris saja tidak begitu repot pada kami," ucapnya.
Dena melotot kearah Sera. "Kau---"
"Cukup! Kembalilah ke mejamu juga. Jangan mengatur kami," ucap Molly kesal.
Dena mendengus lalu menatap tajam kearah Sinta. Sinta mengerutkan keningnya. Apa ia memiliki kesalahan padanya?
"Dia Dena. Bagian divisi utama yang mengurus bagian dana. Dia memiliki sifat iri pada setiap karyawan. Tidak heran sampai sekarang tidak memiliki teman," cibir Sera.
Sinta meringis. Wanita jika bergosip sangat berbisa ya. Untunglah dia bukan wanita seperti itu.
Ponsel milik Sinta berdering. Ia mengerutkan keningnya saat melihat nama Bintang tertera di ponselnya.
"Angkat saja. Jika itu penting," ucap Molly. Sera mengangguk setuju.
Sinta tersenyum. Ia pun mengangkat teleponnya. "Halo. Ada apa?" tanyanya.
"Wanita itu mengganggumu bukan?" tanya Bintang.
Sinta menatap bingung. "Wanita yang mana?" tanyanya.
"Wanita dengan pakaian ketat dan make up yang sangat tebal itu," ucap Bintang.
Sinta membulatkan matanya. "Ba-bagaimana kau bisa---"
"Tentu aku tau. Aku akan mengurusnya," ucap Bintang langsung memutuskan sambungan telepon nya.
"Apa?! Bintang! Tunggu! Haishh," ucap Sinta kesal. Ia menatap ke segala arah namun tidak ada yang janggal.
Ting~
Pesan masuk kedalam ponselnya. Ia pun membukanya.
Mencariku sayang?
Sinta melempar ponselnya dengan kesal.
"Ada apa?" tanya Molly khawatir.
Sinta menggeleng, ia tersenyum tipis. Astaga! Apa yang ada di pikiran pria itu?
∆∆∆
Bintang terkekeh pelan saat melihat wajah masam Sinta dari layar laptopnya.
"Ck," decak Bintang.
"Sebenarnya untuk apa kau mencari data semua karyawan divisi utama?" tanya Haris dengan kesal. Ia masuk dengan membawa banyak dokumen.
"Diam saja," balas Bintang dengan ketus.
Haris mencibir kesal. "Jika saja kau bukan pemilik investasi besar di perusahaan milik sepupuku Jovan. Aku mungkin akan menendangmu keluar," ucapnya.
"Kau berani?" Bintang menatap tajam.
"Tidak," balas Harus sambil mendengus.
Bintang membuka dokumen tersebut dan membacanya satu persatu. Sampai matanya menemukan data yang ia butuhkan.
Bintang menunjukan dokumen pada Haris. Haris mendekat.
"Ada apa dengan Dena?" tanya Haris bingung.
"Pecat dia," balas Bintang.
Haris menoleh terkejut. "Kenapa?" tanyanya.
"Dia memiliki kepintaran yang cukup lagipula dia adalah anak bagian divisi dana," sambung Haris. "Walaupun memiliki karakter yang buruk."
"Pecat dia. Gantikan divisi keuangan dengan dia," ucap Bintang sambil menunjukan dokumen yang berisi data Sera.
"Ta-tapi--" Bintang menatap tajam.
"Haishh. Kau ini," decak kesal Haris. Ia pun mengambil dokumen Dena dan Sera.
"Keluar dan urus sana," ucap Bintang.
"Kau mengusirku?" tanya Haris tidak percaya.
"Tidak aku menyuruhmu," balas Bintang ketus.
"Kau---"
"Atau aku akan menelpon Jovan?" ancam Bintang.
"What the---kau ini," Haris keluar sambil membanting pintu dengan kesal.
Bintang tersenyum tipis. "Satu orang sudah dibereskan," gumam nya.
Ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi Sinta kembali.
"APA?" bentak Sinta. Bintang menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Kenapa? Apa kau marah padaku?" tanya Bintang.
"Tanyakan sendiri pada dirimu!" ucap Sinta dengan ketus.
"Berani berkata ketus padaku sayang?" tanya Bintang. "Kau ingin menerima hukuman dariku?"
"Kau! Kau menyebalkan!" teriak Sinta.
Bintang terkekeh pelan. Ia pun menatap layar laptop miliknya.
"Aku akan menjemputmu. Dalam 5 menit. Aku akan mengajakmu untuk makan siang," ucap Bintang.
"Tidak mau!" tolak Sinta.
"Atau aku akan menciummu disana. Bagaimana?" tanya Bintang.
"Terserah. Aku tidak takut," dengus Sinta kesal.
Bintang tersenyum miring. "Kau menantang ku sayang," ucapnya.
"Lihat apa yang akan aku lakukan padamu," ucap Bintang lalu memutuskan sambungan teleponnya.
"Mine,"
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomanceSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...