Brakk~
"Ulang!" Bintang menatap dingin. "Aku ingin kalian buat ulang proyek ini," ia membanting dokumen yang baru saja ia baca. Apa isinya harus seburuk ini? Sialan! Bagaimana yang lain?
"Ta-tapi ini sudah yang ke delapan kali kami perbaiki," ucap Regan dengan gugup melihat tatapan dingin dari Bintang membuat ia ketakutan.
Bintang menatap tajam. "Aku ingin proyek ini selesai. Kalian paham?" tanyanya sambil memukul meja dengan pelan. "Kerjakan ulang dokumen itu!"
"Aku akan melihat hasil kerja kalian. Jika tetap seperti itu jangan harap kalian masih bekerja disini," Bintang memandang dingin membuat mereka membeku ditempat.
"Baik direktur," ucap mereka.
"Keluar!" perintah Bintang membuat semuanya keluar dengan cepat takut jika Bintang akan kembali mengamuk.
Bintang memijat pelipisnya. "Ck! Tidak berguna," gumamnya.
Cklek~
"Bintang," panggil Sinta. Ia meringis saat mendengar bentakan Bintang dari luar tadi.
Bintang menoleh, ia pun berjalan mendekat. "Kenapa kau datang kesini?" tanyanya heran.
Sinta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Tidak mungkin kan jika ia bilang bahwa sekertaris Bintang yang menghubunginya untuk membuat suaminya ini tenang.
"Aku hanya ingin melihatmu," ucap Sinta.
Bintang mengecup bibir Sinta. "Kau membutuhkan sesuatu sayang?" tanyanya sambil mengusap perut rata Sinta.
Sinta menggeleng. "Untuk sekarang tidak. Aku mendengarmu marah saat di luar tadi. Apa yang terjadi?" tanyanya.
"Tidak ada. Hanya masalah sepele," ucap Bintang.
"Apa aku boleh ke ruangan karyawan mu?" tanya Sinta dengan harap-harap.
Bintang menaikan alisnya. "Untuk apa kau kesana?" tanyanya.
"Aku ingin melihat karyawanmu," ucap Sinta dengan semangat.
"Lagi pula aku ingin membantu mereka. Kebetulan dokumen itu aku tau bagaimana cara memperbaiki nya," sambung batin Sinta.
"Jangan melakukan sesuatu yang berat. Paham sayang?" tanya Bintang sambil mengusap rambut Sinta.
Sinta mengangguk. Ia pun mengecup pipi Bintang dan berlalu pergi. Bintang menyentuh pipinya sambil tersenyum tipis.
"Aku jadi menginginkannya," gumam Bintang.
Sinta berjalan menuju ruangan karyawan, ia pun disuguhi pemandangan orang yang berlalu lalang dengan tergesa-gesa.
"Cepat-cepat! Kita harus menyelesaikan nya,"
"Jangan membuat direktur marah lagi,"
"Ini masih salah. Buat ulang lagi,"
"Apa ini? Salah!"
"Tidak ada waktu lagi, cepat!"
Sinta meringis. Apa suaminya sangat galak pada mereka? Melihat kerja mereka yang tergesa-gesa, ia yakin Bintang sudah marah besar. Sinta sedikit prihatin melihat wajah panik mereka.
"Haishh. Sekarang aku paham. Masuk ke sini harus melalui persaingan ketat," ucap Sinta. Persaingan yang benar-benar ketat untuk masuk ke sini dan juga---
"Dan juga harus memiliki mental yang kuat untuk menghadapi Bintang, yah seperti yang aku lihat sekarang," Sinta meringis membayangkan nya.
∆∆∆
"Biar aku bantu," ucap Sinta pada salah satu karyawan yang membawa dokumen tersebut.
"Nona. Tidak! Tidak bisa!" ucap Ghea panik. Jika direkturnya melihat istrinya malah membantu mereka bukankah itu sama saja mencari mati?
Sinta meletakkan jarinya di mulut. "Sttt. Bintang tidak akan tau," ucapnya sambil mengedipkan matanya.
"Ta-tapi---"
"Tenang saja. Aku akan bertanggung jawab untuk ini," ucap Sinta sambil mengambil alih dokumen yang berada di tangan Ghea.
Sinta langsung duduk dan menghidupkan salah satu komputer di hadapannya. Ghea menggigit jarinya dengan panik. Apa ini baik-baik saja?
Ghea berjalan mendekat. "Nona. Sebenarnya tidak perlu---"
"Jangan pikirkan itu," Sinta mengetik dengan cepat. "Cepat siapkan dokumen yang lain. Aku akan membantu kalian,"
Ghea saling menatap kearah karyawan yang lain. "Baik nona," ucapnya.
Mereka pun sebisa mungkin membantu Sinta agar pekerjaan tersebut cepat terselesaikan.
"Kirimkan file ini ke email perusahaan. Periksa beberapa dokumen keuangan lalu buat diagram contohnya," ucap Sinta. Ia mencabut flashdisk dari komputer.
"Siapkan dokumen pengganti. Hubungi manager Jisson. Cepat!" ucap Sinta.
"Baik nona," ucap mereka serentak.
Sinta tersenyum, setidaknya dia bisa membantu kan? Bintang tidak akan mengetahui ini.
Disisi lain~
"Direktur. Itu---"
Bintang tersenyum kecil melihat Sinta yang nampak senang membantu karyawannya. Ia tau jika istrinya pasti akan membantu.
"Lanjutkan pekerjaan mu," ucap Bintang pada Jisson managernya.
Jisson mengangguk. "Tentang ini---"
"Jangan sampai istriku tau jika aku memantaunya," ucap Bintang.
"Baik," Jisson keluar dari ruangan Bintang.
Bintang terkekeh kecil melihat Sinta yang sibuk mengetik di komputer. Setidaknya dia tidak melakukan hal yang berat.
Sementara itu Sinta sibuk mengetik. Yang lain mempersiapkan dokumen untuk di kerjakan.
"Selesai," ucap Sinta sambil tersenyum.
"Benarkah? Cepat sekali," ucap Ghea sambil berdecak kagum.
"Sisanya aku serahkan pada kalian. Aku tidak ingin suamiku tau tentang ini," ucap Sinta.
"Terima kasih nona," Ghea menunduk hormat.
"Terima kasih nona," ucap mereka serentak.
Sinta mengangguk. "Sttt. Jangan katakan pada suamiku tentang ini ya. Ini rahasia kita bersama," ucapnya sambil mengedipkan matanya.
"Baik," ucap mereka.
"Aku akan kembali. Teruskan pekerjaan kalian ya," Sinta melambaikan tangannya kearah mereka.
Ia pun kembali masuk kedalam ruangan Bintang terlihat suaminya itu sibuk membaca dokumen.
"Bintang," panggil Sinta.
Bintang menoleh. "Kemari," ucapnya.
Sinta mengerutkan keningnya lalu ia pun mendekati Bintang namun belum saja mendekat Bintang menarik tangannya membuat tubuhnya langsung terduduk di pangkuan Bintang.
"Apa---hmphh" Sinta membulatkan matanya saat Bintang langsung mencium bibirnya.
Bintang melepaskan ciumannya, ia mengusap pipi Sinta dengan perlahan.
"Hukuman kecil untuk istriku yang nakal ini," Bintang menyeringai.
∆∆∆
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Bintang [2# BINTANG SERIES] (TAMAT) [TERBIT DI PRNERBIT KAFEIN]
RomansaSudah begitu lama. Akhirnya ia kembali, kembali mengejar cintanya yang bahkan tidak pernah pudar. Kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan kembali untuk memperjuangkan cintanya. Ia kembali menemui wanita yang sangat ia cintai dan akan terus melindu...