Part 7

165 12 0
                                    

"Aaaaaa!!..." Ada seseorang yang berteriak karena Ara.

Orang itu memejamkan matanya sambil memegang motornya yang mogok.

Ara pun berhenti diikuti oleh Putri. Putri pun sempat bingung dengan Ara, mengapa tiba-tiba berhenti disaat mereka balapan. Ara pun turun dari motornya dan menghampiri seseorang tersebut.

"Heh!.. tuh motor kenapa bro?" Ara bertanya kepada orang itu dengan gaya yang tomboy.

"Bra.. bro.. bra.. bro.. sok kenal lo, nih gara-gara lo berdua motor gue jadi mogok" Orang itu malah menyalahkan Ara dan Putri bahwa penyebab motornya mogok itu karena mereka berdua, kan aneh ya😆.

"Helloooow... nih motor lo itu dijual aja ketukang rongsokan. Gitu aja ribet. Huuu" Ara kesal dengan orang satu ini, pasalnya ia yang disalahkan.

Ara dan Putri pun hendak akan melanjutkan balapannya.

"Woooy!!.. ini tuh motor termahal sedunia raya. Lo juga gak akan bisa beli nih motor" Orang itu berteriak kepada Ara. Hal itu membuat Ara ingin tertawa.

Ara pun kembali ke tempat orang tersebut.

"Eh Ra, lo mau kemana?" Putri bertanya kepada Ara. Tapi tidak dihiraukan oleh Ara.

Dubrak!

"Lo-" Orang itu sempat marah, karena motornya yang ia sayangi ditendang oleh cewe.

Ara pun tidak peduli dengan teriakan orang itu. Ia hanya ingin melanjutkan balapannya sekarang.

Breeem..

"Wooy Ra, tungguin gue lah. Dasar anak itu" Putri sangat kesal dengan Ara. Ia meninggalkan Putri begitu saja.

Ara pun sudah sampai dirumahnya, ia sekarang sedang menunggu Putri.

"Ck anak itu sedang apa sih, lama banget." Ara berdecak kesal.

Breeem!

Putri sudah sampai dirumah Ara, ia mendapati Ara yang sedang duduk santai diteras.

"Lo keterlaluan banget sih, ninggalin gue pas lagi sayang-sayangnya eaaak hihi." Putri malah bercanda, bukannya marah kepada Ara ya? Aneh.

"Lo aneh deh Put, bukannya marah kok malah bercanda?" Ara sangat bingung dengan Putri, mengapa ia bisa sabar ya pas ditinggal dijalan.

"Gue mah bodo amat Ra, mau ditinggalin kek, mau dikhianati kek, mau diseling---" Ara memotong pembicaraan Putri.

"Udah-udah, lo mah kalo cerita itu kelewatan deh. Yuk lah masuk kedalam rumah aja." Ara pun mengajak Putri.

Cekleek!

Ara dan Putri pun masuk kedalam rumah. Putri hanya terbengong dengan keadaan rumah Ara sekarang.

"Hooo, ini rumah atau kapal pecah sih?" Putri heran dengan kedaan rumah Ara, sangat berantakan.

"Hehe makanya itu, gue ngajakin lo kesini itu buat bantu beres-beres." Ara berucap dengan rasa yang tak berdosa.

"Pinteran lo, awas aja kalo gue lagi kesusahan lo ngilang." Putri tak menyangka, ia telah tertipu oleh Ara. Yah walaupun Ara tidak bilang apa-apa sih sebelumnya.

"Lo tenang aja Put, gue pasti bantu kok." Ara memastikan Putri.

Mereka pun sibuk dengan urusannya masing-masing. Putri hendak mengambil sampah dikolong meja, akan tetapi Putri berteriak.

"Aaaaaa! cicak cicak didinding. Eh! kok malah nyanyi sih." Putri berteriak ketakutan. Karena dilengannya ada cicak yang menempel dan tak mau melepas.

"Yaelah cuma cicak kok takut Put." Ara mengambil cicak yang ada dilengannya lalu membuangnya.

"Huh, huh, huh, untung aja ada lo Ra, kalo nggak gue udah lari-lari teriak tuh." Putri bergidik ngeri. Ia sangat takut dengan cicak.

Mereka pun sudah berjam-jam membenahi rumah Ara, kini akhirnya sudah selesai. Mereka berniat istirahat, namun hari sudah semakin sore. Alhasil mereka pun bergegas mandi. Setelah itu mereka duduk diruang yang sangat indah.

"Lo mau tinggal dirumah gue kan? Satu hariiiii aja." Ara berharap Putri mau menemani Ara dirumah.

"Oke, gue juga dirumah ngapain ya. Sendirian ditemani sepi."

Ara hanya menganggukkan kepala, Ara bingung harus bermain apa. Putri pun begitu, ia hanya diam.

Sunyiii...
Sunyiii..
Sunyiii..
Sunyiii..

Dubrak!

"Eh kodok meloncat tinggi keangkasa melintasi bumi bertemu alien yang sedang melongo tanp- hmmpp." Putri kaget ada yang menyumpel mulunya dengan kertas.

"Lo itu kalo kaget kelewatan banget ya. Coba kalo sendirian, pasti udah capek tuh mulut komat-kamit sendiri." Ara sebal, ada saja orang yang seperti Putri.

Putri pun melepas sumpalan yang ada dimulutnya. Ia juga aneh dengan dirinya sendiri.

"Yah namanya juga bawaan Ra. Gue juga nggak mau kali kaya gini."

"Dah lah, nggak usah dibahas. Kita beli makanan yuk?" Ara mengajak Putri untuk membeli makanan.

"Lets goooo!" Putri segera bersiap-siap.

Ara pun begitu. Mereka berjalan kaki, karena mereka juga ingin melihat-lihat suasana disore hari.

"Bagaikan langit, disore hari, berwarna biru, sebiru hat- ups, hati kan warnanya merah, kok dilagunya warnanya biru ya? Menurut lo kenapa bisa biru Ra?" Putri terus mengoceh disepanjang jalan. Itu membuat Ara kesal.

Ara tak menjawab pertanyaan Putri. Ia fokus ke pemandangan yang disekitarnya. Tapi langkahnya berhenti karena Putri.

"Muka itu jangan datar-datar. Nggak menarik tau. Gini deh tak kasih tau cara agar tuh muka nggak datar, gini Ra, hahaha, lalu gini hahaha muka lo hahaha, lucuuu, jelek hahaha, daaan ini dia, haha, ha, haha, lo, ke-kenap---" Putri berhenti tertawa, ia bingung dengan Ara. Yang tiba-tiba menatapnya tajam.

"Lo bisa diem nggak sih? Baru kali ini gue dapet temen cerewet nya minta ampun." Ara sangat sebal kali ini.

Ara pun melanjutkan jalannya, diikuti dengan Putri. Baru beberapa langkah mereka jalan. Ada seorang...

Kira-kira siapa yah?.. tunggu part selanjutnya😊

KETIKA SI PENDIAM BERUBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang