Akan tetapi, ada yang menghampirinya.
"Hai," Sapa orang tersebut.
"Paan sih. Lo ngapain ngikutin gue?" Ara tak suka dengan teman satu kelasnya.
Dia adalah Beni Carlote. Orang yang tidak takut dengan Ara. Tapi justru dia menyukai Ara. Kenapa bisa ya?
"Jangan judes-judes Neng, nanti Aa nggak suka loh sama Eneng." Beni berucap sambil membenarkan rambutnya.
"Nang, Neng, Nang, Neng, sok akrab lo sama gue! Jijik tau gak sama ucapanmu itu." Ara melipat kedua tangannya didepan dada. Pertanda kalau dia kesal.
Ara pun melihat kucing yang melintas didepannya dan menggendongnya. Ara juga tau, bahwa Beni takut dengan Kucing. Dia pun mempunyai ide untuk menakuti Beni, agar ia segera pergi dari tempat Ara.
"Yaelah Neng, jangan gitu dong. Kan cum-- AAAAA!" Saat Beni melihat kearah Ara dia berteriak dan berlari.
"Ck sama kucing aja takut. Dasar aneh." Ara menggendong kucing yang melintas didepannya.
Putri melihat Ara yang sedang fokus ke kucing. Dia akan mengerjai Ara. Putri berjalan perlahan kearah Ara.
"ARA!" Putri berteriak tepat ke telinga Ara. Hal itu membuat Ara kaget. Begitupun dengan kucing yang digendong oleh Ara.
"Wah dasar lo ya. Untung aja gue gak punya gagal jantung."
"Hahaha emang ada tah yang namanya gagal jantung? yang ada gagal ginjal kali." Putri tertawa sampai perutnya sakit. Itu membuat Ara terheran-heran, memangnya ada yang lucu. Pikir Ara.
"Dah lah, lo mah aneh banget hari ini. Gue jadi takut." Ara bergidik ngeri dengan tingkah Putri sekarang.
"Haah, haah, iya iya udah. Aduuh perutku sakit." Putri memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.
"Nih kucing." Ara memberikan kucing yang tadi digendongnya.
"Buat apa?" Putri bingung dengan Ara. Mengapa ia memberikan kucing itu kepada Putri.
"Buat dimakan, ya dibawa pulang lah Put." Ara masih menyodorkan kucingnya.
"Ini kan kucing orang, siapa tau ada yang nyariin." Putri mengambil kucing yang ada ditangan Ara.
"Nggak ada, udah yuk pulang." Ara sudah menaiki motornya.
"Hei kucing, lo diam aja ya kalo naik motor. Ini bahaya kalo lo gak nurut." Putri berbicara kepada kucing. Ara pun hanya geleng-geleng kepala.
"Oh ya, orang aneh tadi yang ngikutin lo ada dimana? Tumben nggak bututin lo?" Ara celingak-celinguk disekitar mereka berdiri.
"Ooh si Via, dia udah pulang duluan tadi." Putri menjawab dengan antusias.
"Hmm ya udah yuk pulang. Kok jadi ngomongin si aneh itu sih."
"Ya udah ayok. Kan lo duluan yang bicarain dia." Putri sangat bingung dengan Ara. Jelas-jelas Ara yang duluan membicarakan Via.
Mereka pun melaju dengan kecepatan penuh. Hal itu membuat Putri mengoceh tak karuan disepanjang jalan. Karena, kucing yang dia pegang ingin melompat dari motor.
"Ish! bener-bener deh. Lo diem aja cing, gue susah nih ngimbanginnya."
"Ra, buruan deh. Gue capek nih megangin kucing terus."
"Ara juga ngapain sih bawa-bawa kucing."
Sepanjang jalan Putri terus mengoceh, akhirnya mereka sampai dirumah Ara. Putri terduduk diteras rumah Ara karena badannya pegal semua.
Ara memarkirkan motornya digarasi."Kucing gue mana?" Ara bertanya pada putri.
"Noh didepan pintu rumah lo. Nungguin dibuka itu."
"Adududu, kamyu nungguin yah cing? Hmm gemez deh akyu." Ara berbicara lebay. Itu membuat Putri bergidik.
"Gue bakal dilupain nih, ada teman baru sih." Putri berjalan kearah Ara.
"Ya nggak dong Put, lo kan sahabat gue. Kucing ini untuk peliharaan kita. Ya gak? Juga biar nih rumah nggak sepi." Ara merangkul pundak Putri.
"Dah lah, gue mau istirahat nih. Capek gue." Putri berlalu meninggalkan Ara.
Putri merebahkan tubuhnya dikasur. Ia benar-benar lelah saat ini. Tidak ada kegiatan lain yang harus dilakukan oleh Putri.
Ara pun berbaringan disamping Putri. Ia juga sangat lelah entah kenapa. Padahal seharian ini tidak ada kegiatan yang melelahkan.
"Eh put." Ara memanggil Putri dengan memalingkan wajahnya menghadap wajah Putri.
"Mmm." Putri hanya bergumam.
"Ih lo mah, liatin gue dong. Gue mau bicara nih." Ara kesal dengan Putri yang menjawabnya hanya dengan bergumam.
Zzz...
Zzz...
Zzz..."Wah parah banget nih anak. Tidur nggak bilang-bilang."
"Udah gitu dengkur lagi. Mirip siapa sih nih anak."
"Mau ngomong, malah tidur. Dasar aneh."
"Dah lah, bisa-bisa ilfiel gue dengerin dengkurannya itu."
Ara terus mengoceh, karena Putri tega tidak mendengarkan ceritanya yang akan dibicarakan oleh Ara malah Putri tertidur. Hal itu membuat Ara kesal.
"Keluar aja yuk cing. Kita reflesing gitu yuk. Pasti si Icing mau kan jalan-jalan keluar rumah?" Ara berbicara pada Icing. Icing adalah nama kucing milik Ara saat ini.
Meeooong!
Kucing itu pun menjawab dengan khasnya.
"Oke, kita berangkaat!" Ara bergegas siap-siap.
Ara jalan keluar rumah dengan jalan kaki. Karena kalau naik motor akan susah karena sambil membawa kucing peliharaanya.
Ara bersenandung kecil saat ini. Ia menikmati perjalannya bersama kucing.
Setelah cukup lama Ara bejalan, Ara duduk dikursi taman yang tak jauh dari mereka berdiri."Hmm sejuk sekali disini. Kalau aja si Putri kesini pasti seru tuh." Ara bergumam.
Ara sedang menikmati pemandangan yang ada disana. Ia begitu senang, rasa lelah yang ada ditubuhnya hilang seketika.
"Heh!" Seseorang membentak Ara.
Ara merasa ada yang membentaknya, ia mendongak kearah suara tersebut.
"Oohh ternyata si pengecut!" Seseorang tersebut melipat kedua tangannya didada.
"Lo---"
Wah siapa ya?..
Kalo suka, jangan lupa vote nya ya kak😊
![](https://img.wattpad.com/cover/233954689-288-k39505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA SI PENDIAM BERUBAH
Teen FictionMaaf kalo alur ceritanya gak nyambung atau bahkan amburadul, mohon dimaklumi saya masih tahap belajar membuat novel wattpad. Jadi jika ada salah disetiap katanya atau penempatan tanda titik, koma, dan lainnya mohon dikasih tau agar saya bisa memperb...