Part 13 Bertemu musuh lama

92 9 0
                                    

"Lo kan yang dulu bully gue habis-habisan". Ara menunjuk muka orang tersebut.

"Ternyata masih ingat ya, gue beruntung banget bully lo. Karena ternyata lo masih mengingat kenangan bersama gue".

"Diam!!... lo nggak usah ngungkit masa lalu gue". Ara berteriak, dia sangat muak dengan orang ini.

"Wah wah wah.. ternyata lo sekarang makin berani ya". Orang tersebut tersenyum miring.

"Jangan buat gue marah!". Ara menatap tajam orang itu.

"Duuh Ara, eh bukan!!. Tapi lo bagus juga disebut PENGECUT!" Berkata dengan menekan kata pengecut.

"Apa mau lo dasar PECUNDANG!?" Ara berteriak, ia tak tahan dengan orang itu.

"Heh!!, gue punya nama kali. Panggil gue Trasya Filstof!, paham!" Rasya menarik kerah baju Ara.

Trasya Filstof, ia adalah seseorang yang membully Ara karena ia dulunya tak berani melawan.

Tak!!

"Lo gak pantes nyentuh gue!" Ara menampik kasar tangan Rasya.

"Lo berani ya sama gue!" Rasya melotot, karena ia baru kali ini dilawan oleh musuh lemahnya.

"Lebih baik lo pergi!, dan jangan ganggu gue lagi!. Paham lo!" Ara menunjuk wajah Rasya kasar.

"Heei santai dong, gue kan mau senang-senang dulu sama lo" Rasya mulai mendekat kearah Ara berdiri.

Ara pun mundur dengan perlahan. Ia juga masih takut karena kejadian dimasa lalunya bersama Rasya.

Bruuk..

Tiba-tiba Rasya didorong oleh seseorang, yang tak lain adalah Putri.

"Siapa lo!?, jangan sakiti sahabat gue!"

"Awas kalian yah, gue akan buat kalian menderita!" Rasya pun pergi, ia tak mau ada orang yang ikut campur urusannya.

"Lo gak papa kan Ra?" Putri meneliti setiap tubuh Ara. Khawatir kalau ada yang terluka.

"Ya gak papa kok. Lo kok bisa ada disini? Kan lo masih molor dikasur" Ara melipat kedua tangannya.

"Yaa gue kaget lah tadi, bangun-bangun kok gak ada lo sama peliharaan lo itu" Putri memanyunkan bibirnya, pertanda kalau dia kesal.

"Yaelahh, ceme hmptt

Ara belum selesai bicara, Putri sudah membungkam mulut Ara dengan tangannya.

"Tadi itu siapa Ra?, kok dia kelihatannya marah banget sama lo" Putri bertanya dengan tangan yang masih membungkam mulut Ara.

Ara menepis tangan Putri yang membungkam mulutnya.

"Lo itu kalo tanya tuh mulut gue jangan dibungkam dong, gue ya gak bisa jawab" Ara mendengkus kesal dengan tingkah Putri.

"Ehehe maafin gue ya," Putri cengengesan tak jelas. "Oh ya tadi itu siapa Ra?, lo kenal?" Putri bertanya.

"Itu musuh gue namanya Rasya yang paling ganas. Dah lah gak usah bahas orang gila itu" Ara akan beranjak dari tempat berdirinya.

"Eeeh mau kemana?" Putri memegang tangan Ara untuk berhenti.

"Mau kondangan!, ya mau pulang lah" Ara geram.

"Ya udah ayuk lah" Putri pun mulai menggandeng tangan Ara.

Mereka pulang menuju rumah dengan senandung kecil yang mereka nyanyikan. Putri terus memancarkan senyuman indahnya yang membuat orang-orang yang melihatnya akan senang. Sedangkan Ara, ia memasang raut muka datar. Tidak ada ekspresi apapun, hal itu membuat orang-orang yang melihatnya kurang suka.

Mereka sudah lama berjalan, kini akhirnya mereka sudah sampai dirumahnya. Ara dan Putri pun duduk sebentar diteras rumah untuk menghilangkan rasa cape nya.

"Huufftt.. padahal cuma jalan gak terlalu jauh ya, kok bisa capek" Ara berucap dengan menghibas tangannya.

"Aaahh!! Aku sungguh luar biasa"
Putri rebahan diteras rumah Ara.

"Eh rumah lo itu gimana?, nggak ada penghuninya" Ara membicarakan soal rumah Putri.

"Gue titipin sama bude yang gue percaya. Gue mana berani lah dirumah sendiri" Putri berucap dengan memainkan heandphone nya.

"Ooh jadi lo mau nih tinggal sama gue berapa pun lamanya?" Ara menatap wajah Putri yang sedang asik main heandphone nya.

"Iya Ra, gak apa-apa kan?" Putri duduk sambil menatap wajah Ara.

"Ya gue malah seneng banget lah Put. Ya udah yok kita masuk kedalam" Ara pun mulai beranjak dari terasnya.

"Hehe oke ayook laaah" Putri pun mengikuti Ara dari belakang.

Mereka berjalan ke kolam renang milik Ara, mereka akan berenang sekarang.

Aaaa!!..

Byur!!..

Jangan lupa vote temn-tmn😊

KETIKA SI PENDIAM BERUBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang