MUHAMMAD ALDO ANGGARA
Laki-laki yg dengan sejuta pesonanya, lingkungan yang bebas, padahal ia memiliki ayah sambung seorang tentara. mungkin karna ayahnya yang notabenya hanya ayah sambung hingga ia seperti ini.
Dia laki-laki yang tipe seperti bunglon, mampu berubah-rubah, memiliki berbagai macam cara agar bahagia.
Kini ia berada di belakang sekolah tempat favorit dia bersama teman-temannya.
"do lu mau ngerokok?" tanya Denis karna sahabat ia tau, Aldo tidak akan menghisap rokok kecuali Aldo sedang memiliki masalah.
Denis sosok laki laki yg dewasa, dia memang nakal tapi dia masih bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
"udah lah biarin aja lagian kalau mati kan tinggal kubur" sahut Alvin dengan nada bercanda.
bertolak belakang dengan Denis, Alvin sosok laki-laki yg hidupnya hanya untuk bermain dan bercanda, masalah yang datang dianggap hal sepele.
"terus kita makan gratis dong"sahut Fani, bisa kita lihat sifat Alvin dan Fani sama. sama-sama ga jelas.
Sedangkan Aldo hanya diam dan menatap kosong kedepan.
"si Devan kemana?"tanya Aldo
"biasa, ngerjain tugas dia sebagai manusia yang taat dan bermartabat"jawab Alvin asal yg hanya di angguki Aldo.
"enaknya punya sahabat ketua osis, kalau ada razia kita udah tau hahaha" tambah Fani.
"ha?perasaan kita selalu jadi langganan bk deh" bingung Alvin. Devan memang ketua osis tapi dia tak pernah berpilih kasih.
"hooh bntr lagi juga pasti ada yang manggil salah satu nama kita" saut Denis.
"ALDOOO!!."teriakan itu membuat mereka menghela nafas.
"pucuk di cinta Eko pun tiba"
"hey kalian kenapa di sini" teriak pak Eko, guru BK di sekolah ini.
"buta" satu kalimat itu yg lolos dari mulut Aldo.
"apa kamu bilang ?! sekarang kalian semua ikut keruang kepala sekolah" perintah pak Eko.
"eh pak kok ke ruang ibu cinta sih biasanya kan di BK" sahut Alvin.
"biar kepala sekolah tau bagaimana kalian" tambah pak Eko menakuti.
"kalau gitu Aldo aja pak, kita cuman korban di sini, Aldo yang ngajak saya main, dia bilang mau main ular tangga yaudah saya dan kedua teman saya ini tergoda" kata kata dusta itu keluar dari mulut Allvin dan langsung berlari meninggalkan Aldo sendirian.
Aldo tak ambil pusing ia paham kenapa teman dakjal itu menyudutkan dirinya.
mereka memiliki alasan, alasan hanya 1. Aldo tidak akan di keluarkan dari sekolah karna sekolah ini milik ayah sambungnya, pak Bima anggara ayah sambung seorang Aldo anggara dan ayah kandung dari Devan anggara.
Aldo pergi begitu saja dan membuat pak eko mengejarnya
"Aldo mau kemana kamu?" tanya pak eko lagi.
"ke ruang bu cinta kan?" balas Aldo singkat.
Sampainya di ruangan kepala sekolah aldo langsung di tarik kedalam tanpa mengucapkan salam.
Aldo melihat jelas ada 2 orang perempuan di sana tapi Aldo tak mengetahui siapa sosok perempuan yg memakai seragam yg sama padanya.
Aldo mendengar percakapan 2 guru itu dan alih alih Aldo mendengar kalimat dusta yg di katakan pak Eko. dia bilang Aldo merokok? Heii Aldo hanya berencana untuk merokok dan belum merokok, dasar tua Bangka, pikir Aldo.
Dan hukuman sejenis apa ini, kepala sekolah itu menyuruh Aldo mengantarkan wanita ini ke kelasnya, ia sangat malas tapi apa boleh buat, akan ia lakukan.
"Kenpa wanita ini diam? pikir Aldo.
wanita ini wanita yg beruntung karna bisa berdua dengan Aldo, tapi kenapa dia hanya diam.
Aldo berhenti tepat di kelas yg bertulisan 11 ips 1, kelas Aldo sendiri. Aldo tak ingin membuat kerja hanya untuk mengantarkan gadis ini biarkan saja dia mencari kelasnya sendiri.
"ini kelas gua, kelas lu ipa? Yaudah cari sendiri aja. jadi cewek ga usah buat orang susah" kata Aldo sambil meninggalkan wanita itu sendiri dan membuat perempuan itu terlihat sangat marah.
__________
"eh Aldo dah datang sini sini duduk" sambung Alvin.
"Hmm" balasnya dengan muka datar.
"hehehe jangan marah dong ama kita berempat, kita kan khilaf" bales Fani tak tau diri.
"Gua ga"" sambung Devan yang tak ingin terkena getahnya.
"udah lagian lu berdua mau ngelakuin salah apapun juga ga bakal di keluarin dari sekolah jadi ya santai aja" jelas Denis.
"nah mantap"sahut Alvin dan Fani.
Mereka tertawa renyah seperti biasa, sampai hp devan berbunyi
Devan tidak berkata apa apa, ia hanya mendengarkan yang menelponya bicara sampai akhirnya Devan mengakhiri sambungan telpon itu dan segera bangkit
"kemana?"tanya Denis.
"ada urusan dikit"jawab Devan.
"heran gua ama Devan, ga cape apa dia jadi babu sekolah" miris Alvin.
"tapi gua lebih heran sama satu hal bahkan salut" kata Fani mulai serius.
"apa?" tanya Denis
Aldo hanya menjadi pendengar yg baik saja, sampai pernyataan Fani membuat dia berpikir.
"kenapa Aldo dan Devan bisa se akrab itu dan tak ada rasa benci, padahal kalian tau orang tua mereka seperti apa?" jelas Fani membuat mereka bertiga terdiam.
__________
Devan melihat sosok wanita tadi yang menelponya, ia melihat wanita itu seperti orang gila yang ingin maling.
(Orang gila, maling?gimana tuh?
"ngapain ra"tanya Devan, bener sekali wanita itu adalah Aira.
Devan dengan jelas bisa melihat betapa kesalnya gadis itu, mungkin karna devan yg mematikan telpon dengan sepihak dan tak berkata apa apa.
Tak menunggu lama Devan segera mengantar kan Aira ke dalam kelasnya, dan ia harus segera kembali ke kelasnya.
Devan mengkhawatirkan Aira, dia takut terjadi apa apa pada gadis itu.
ntahlah kekhawatiran itu dirasakan Devan, tepat ia melihat Aira berjalan bersama Aldo, Devan sangat paham bagaimana Aldo.
"Tuhan jaga dia untuk ku" Devan berdoa.
*****
Mohon maaf banget kalau ga nyambung tapi aku usahain buat memperbaikinya,makasih yg udah mau baca❤❤
#masihbelajar
#samasamabelajar
#dirumahaja
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Berdiri di atas jembatan Menatap langit dengan air mata yang terus mengalir. "Kenapa tuhan" Aira bertanya. Kata-kata yang tajam di lontarkan oleh orang-orang kala itu,masih berputar di pikiran nya, telinga nya tak mampu iy...