- Prolog -

4.8K 324 7
                                    

"Mungkin ini hanyalah permainan perasaan sejak awal hingga akhir. Jika kamu meminta, aku akan memohon padamu."

"Bagaimana.. bagaimana bisa Paduka berkata seperti itu?"

"Jika aku tidak melakukan ini, bukankah kamu akan pergi dari sisiku?"

Mana bayi dalam perut seorang wanita berambut pirang dan bermata merah muda itu sangat kuat hingga tubuh sang ibu melemah dari hari demi hari, hingga akhirnya dia akan mati saat melahirkan.

Lucas berpikir sejenak. Bayi dalam perut wanita itu bukan Athanasia yang dia cari. Jadi tidak ada alasan baginya untuk melihat drama kedua orang di hadapannya.
Dia membuka pintu dimensi dengan cepat. Sampai dia tiba tiba merasa sayang pergi tanpa memperoleh apapun.

"Haruskah aku memakannya sebelum pergi?"

Athanasia akan lahir bukan sebagai penyihir. Ya dia tidak akan mati walaupun tidak punya mana. Dia hanya akan tumbuh jadi putri Kaisar biasa.

Walaupun demikian, Athanasia di dimensi ini sangat beruntung. Jadi dia dapat melindungi Ibunya dengan menukar sihirnya.

*Swooosh*

Seketika Diana membuka matanya lebar lebar. Dia merasakan aliran mana yang ditarik dari perutnya. Claude yang melihat apa yang terjadi segera mengeluarkan sihirnya, dia takut fenomena ini akan melukai tubuh Diana.

Lucas pergi begitu mendapatkan mana sang bayi, dia tidak peduli bagaimana kelanjutan dari dua orang yang keheranan dengan fenomena yang dia buat.

____

Suara tangisan bayi terdengar dari kamar persalinan. Diiringi dengan suara ucapan selamat dari para dayang. Seorang putri sudah lahir dengan selamat di Istana Ruby.

"Bagaimana keadaan Diana? Apa dia baik baik saja?" Sang Kaisar langsung menanyakan kabar kekasihnya yang baru melahirkan.

"Lady Diana baik baik saja Paduka. Tuan Putri juga lahir dengan sangat sehat." Bidan memberitahu Claude dengan wajah berseri seri. Dia sangat senang bisa membantu persalinan Lady Diana dan melihat kelahiran sang peri kecil.

Claude segera masuk untuk melihat kekasihnya dan si putri kecil yang baru lahir. Langkahnya sangat terburu buru, dia sudah sangat was was sejak Diana mengeluhkan sakit di perut bagian bawahnya. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada Diana. Jika wanita itu hilang dari sisinya, dia tidak tau harus bagaimana lagi menjalani hidup.

"Diana!!!"

"Paduka..."

Diana sudah terduduk sambil menyusui putri mereka. Wajahnya terlihat lelah tapi dari matanya jelas terpancar kebahagiaan.

"Ayahmu datang sayang.. Lihat dia khawatir sekali pada kita." Diana berbicara pada putri kecil mereka yang sudah dia tunggu selama sembilan bulan.

Claude kini bisa bernafas lega. Semua kekhawatirannya selama sembilan bulan sudah sirna. Semua yang terjadi di awal kehamilan bagaikan mimpi, putri mereka sama sekali tidak mengancam nyawa ibunya.  Sekarang dia bisa memeluk Diana dan putri mereka dengan penuh perasaan bahagia, tanpa kesedihan sedikit pun.
Claude duduk di sebelah Diana dan merapikan rambut kekasihnya yang basah dengan keringat.

"Terima kasih Diana. Terima kasih sudah mau tinggal bersamaku dan membawa peri kecil ini ke dalam dunia dengan selamat." Claude mengecup kening kekasihnya dengan lembut.

"Peluk dia Claude."

Diana berusaha menyerahkan bayi mungil mereka ke lengan Claude. Tapi sang ayah baru tampak kebingungan, dia tidak tau bagaimana cara menggendong bayi dengan benar. Kecanggungannya membuat Diana tertawa pelan. 'Manis sekali.'

"Begini Paduka. Selipkan tangan Paduka disini dan gunakan lengan untuk menyangga lehernya. Topang punggung dan bokongnya dengan tangan dan bawa ke dalam pelukan Paduka."

Diana mengajarkan Claude dengan sabar. Dia maklum jika kekasihnya belum pernah menggendong bayi, dia anak bungsu dan sudah tidak punya anggota keluarga kerajaan lainnya. Yah tapi sekarang dia punya, putri kecil penerus takhta.

"Kenapa dia mungil sekali. Aku takut dia terluka jika aku menggunakan kekuatanku sedikit saja."

Mata Claude berbinar binar takjub melihat bayi mungil di tangannya. Sang Putri sama sekali tidak menangis, dia tampak sedikit tersenyum dalam gendongan ayahnya.

"Dia tidak selemah yang Paduka kira. Lihat genggamannya, tadi dia menggenggam jariku dengan sangat kuat."

"Benarkah?"

"Tentu benar Paduka. Dia anakmu, tidak mungkin lemah."

"Anakku.." Claude masih merasa aneh dengan kenyataan dia sudah menjadi ayah.

"Claude. Anak kita belum punya nama. Aku sudah memikirkannya tapi aku takut kamu marah dan tidak setuju."

Claude tersenyum melihat kekasihnya meremas remas kedua tangan dan memajukan bibirnya.

"Katakanlah. Mana bisa aku marah pada Ibu yang baru melahirkan."

"Hmm.. Bagaimana menurutmu kalau Athanasia?"

Claude terdiam mendengar nama yang diberikan kekasihnya. Itu nama yang tidak dia miliki sebagai Kaisar. Nama yang  dimiliki oleh penerus takhta. Penerus takhta Obelia harus memiliki nama yang memiliki unsur keabadian. Nama yang diberikan langsung oleh Kaisar.

"Claude? Kamu tidak setuju ya? Tidak apa apa. Kamu bisa memilih nama yang lain. Aku sudah lancang memberinya nama duluan."

"Tidak. Tidak apa apa. Aku akan menerima nama yang kamu usulkan. Dia memang akan jadi penerus takhta, anak pertama yang lahir dari wanita yang kucintai. Athanasia."

"Terima kasih Paduka. Tolong cintai anak ini."

"Ya. Kita akan mencintainya bersama sama. Anakku Athanasia, Ayah dan Ibu akan selalu bersamamu." Claude mencium pipi putrinya yang sedang tertidur lelap di pelukannya.

Pagi itu seluruh Obelia diliputi kebahagiaan dengan kelahiran sang penerus takhta.

Putri Athanasia.

The Two Fairies ( Who Made Me A Princess Fanfiction)Where stories live. Discover now